Budidaya udang membutuhkan lahan yang cukup luas. Meskipun intensifikasi telah dilakukan, produksi udang masih banyak dilakukan dengan metode ekstensifikasi. Ekstensifikasi pada budidaya udang bersinggungan dengan aspek lingkungan dan sosial. Lingkungan yang terdampak salah satunya adalah area mangrove dimana banyak dilakukan deforestasi untuk ekstensifikasi budidaya. Untuk mengatasi hal tersebut, belakangan banyak dikembangkan budidaya udang terintegrasi dengan mangrove. Budidaya ini dilakukan dengan memelihara udang pada lahan yang disitu juga terdapat mangrove. Budidaya udang terintegrasi mangrove ini sering disebut sebagai budidaya organik. Lebih jauh lagi, konsep budidaya perikanan yang digabungkan dengan konservasi disebut dengan silvofishery.
Vietnam merupakan salah satu negara yang telah menerapkan budidaya udang bersama mangrove. Udang dibudidayakan bersisian dengan mangrove dalam sistem budidaya terintegrasi. Tambak terisi dengan mangrove dan udang dengan bagian yang sama. Udang juga dibiarkan makan secara alami tanpa penambahan pakan komersil untuk mengurangi limbah. Hal ini merupakan salah satu upaya pemerintah Vietnam untuk melindungi mangrove. Pemerintah Vietnam menentukan batas plot untuk lahan mangrove adalah 50-70%, namun pembudidaya mampu membuat 30-50% saja. Mangrove dapat ditempatkan terpisah maupun bergabung. Bahkan terdapat pembudidaya yang menggunakan mangrove sebagai filter air limbah. Budidaya udang dengan mangrove ini, serupa dengan budidaya udang windu sebab udang dibudidayakan dengan padat tebar rendah.
Budidaya udang terintegrasi mangrove memiliki beberapa kelebihan antara lain:
- Mangrove akan menjebak sedimen
- Mangrove memiliki populasi bakteri berbeda yang menguntungkan
- Nutrien akan direcycle dan terkunci dalam tanah
- Air budidaya lebih bersih. Air budidaya yang berasal dari hutan mangrove mampu menghilangkan nutrien berlebih seperti nitrat dan amonium, mengurunkan fluktuasi fosfat dan menghasilkan komponen bioaktif yang berfungsi sebagai antibakteri.
- Mangrove merupakan hutan yang kaya karbon. Mangrove rata-rata dapat menyimpan 3-4 kali karbon lebih banyak daripada hutan tropis.
- Pembudidaya memiliki kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari komoditas lain, sebab pada kepiting, kerang, tiram, udang liar, ikan liar dapat mudah tumbuh pada ekosistem mangrove. Mangrove juga dapat dipanen dan dijual secara berkala. Bagian kayu, daun, buah dapat dimanfaatkan oleh pembudidaya.
- Sistem integrasi budidaya udang dan mangrove disamping dapat meningkatkan produktifitas budidaya perikanan, dapat mendukung konservasi dengan tersedianya ekosistem dan biodiversitas.
Bentuk integrasi budidaya udang pada mangrove selain menempatkan secara langsung pada petak budidaya, juga dapat dilakukan dengan menumbuhkan mangrove pada area tandon budidaya untuk menghilangkan beberapa nutrien. Kapasitas kemampuan mangrove ini dibatasi oleh lama paparan air dengan mangrove. Bentuk integrasi lain adalah dengan menempatkan mangrove di area buangan untuk menghambat resiko eutrofikasi dari perairan terdekat. Mangrove juga dapat dimanfaatkan sebagai nursery ground. Mangrove dengan kepadatan tinggi cocok digunakan untuk budidaya udang dan kepiting bakau, sedangkan kepadatan rendah cocok utuk budidaya ikan.
- Tambak baru tidak boleh dibangun pada ekosistem mangrove. Apabila harus membuang mangrove untuk pembuangan saluran air pada tambak baru, pembudidaya diwajibkan untuk melakukan reforestasi atau penanaman ulang mangrove yang hilang.
- Area mangrove dijaga dengan luas 1,4-1,6ha agar mampu mengolah limbah dari 1 ha tambak intensif maupun semi intensif.
- Dilarang menggunakan antibiotik ataupun bahan kimia dan biologis yang berbahaya bagi organisme di mangrove.
- Tambak yang sudah melakukan budidaya udang terintegrasi mangrove harus melakukan mitigasi dan asesmen dampak negatif budidaya pada ekosistem mangrove
- Seluruh bahan organik dan buangan tambak harus dibuang sesuai dengan aspek AMDAL, tidak mencemari mangrove
- Pembudidaya memiliki tanggung jawab terhadap pemerintah terkait konservasi mangrove, terutama pada tambak tua yang sebelumnya merupakan mangrove untuk melakukan restorasi.
- Pembudidaya menjadi promotor untuk memastikan keberlanjutan sumber daya mangrove, terutama terhadap penduduk setempat.
- Mangrove seperti Avicennia, Sonneratia dan non Rhizophoracea dapat dipanen secara berkala (misal batang). Mangrove Rhizophorea, Ceriops, dan Rhizophoraceae lainnya dapat dipanen satu pohon utuh dan dapat ditanam ulang.
- Tambak yang berbatasan dengan sungai atau pantai, area mangrove dapat dijadikan sebagai greenbelt.
Referensi
Ahmad, T., M. Tjaronge, E. Suryati. 2003. Performances Of Tiger Shrimp Culture In Environmentally Friendly Ponds. Indonesian Journal of Agricultural Science 4(2): 48-55
Ahmed, N., S. Thompson, M. Glaser. 2018. Integrated mangrove-shrimp cultivation: Potential for blue carbon sequestration. Ambio 2018, 47:441–452
Ben. 2023. Environmental management in prawn aquaculture. IISAP UQ Training 2023.
Binh, C.T., M.J. Phillips, H. Demaine. 1997. Integrated shrimp-mangrove farming system in the Mekong Delta of Vietnam. Blackwell Science
Gautier, D. 2002. “The Integration of Mangrove and Shrimp Farming: A Case Study on the Caribbean Coast of Colombia”. Report prepared under the World Bank, NACA, WWF and FAO Consortium Program on Shrimp Farming and the Environment. Work in Progress for Public Discussion. Published by the Consortium. 26 pages.
Mcllveen, S. & Hung, P.Q. 2019. Improving livelihoods and increasing coastal resilience: A look at integrated mangrove-shrimp aquaculture in Vietnam. Aquaculture 23(4): 11-13
McSherry M, Davis RP, Andradi-Brown DA, Ahmadia GN, Van Kempen M and Wingard Brian S.2023. Integrated mangrove aquaculture: The sustainable choice for mangroves and aquaculture?. Front. For. Glob. Change 6:1094306.
OECD. 2005. OECD Trade Policy Series: Environmental Requirements and Market Access. Organisation For Economic Co-Operation And Development
Perwitasari, W.K., Muhammad, F., & Hidayat, J.W. (2021). Budidaya Silvofishery Di Desa Mororejo Kabupaten Kendal Untuk Mendukung Program Budidaya Berkelanjutan. Jurnal Pengabdian Perikanan Indonesia, 1 (3), 196-201. http://doi.org/ 10.29303/jppi.v1i3.345
Stickney, R.R. & McVey, J.J. 2002. Resposible Marine Aquaculture. CAB International
SEAFDEC & ASEAN. 2007. InfoTips on mangrove-friendly shrimp farming. SEAFDEC/AQD Publications
Wulandari, C., N.T.K. Hapsari, D.W. Putranto, T.U. Syahid. 2023. Potensi Ekosistem Mangrove untuk Mewujudkan Kawasan Pesisir Berkelanjutan di Desa Wedung, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Jurnal Parikesit 1(2): 81-92
No comments:
Post a Comment