-->

atas

    Tuesday, 26 November 2024

    Erysipelothrix pada cetacean

    Nama lain:  -

    Etiologi/ penyebab:  
    Erysipelothrix rhusiopathiae
     [1], bakteri gram positif basil, non acid fast, oportunis, mampu bertahan lama di lingkungan dan tumbuh di mukus kulit ikan[2,3]. Terkadang bakteri ini muncul bersama dengan patogen lain seperti Staphylococcus aureus dan Cryptococcus neoformans [3]. 

    Hospes :
    pinnipeds, cetacean [1]. Penyakit ini dilaporkan pada paus beluga (Deplhinaptherus leucas) [2], lumba-lumba hidung botol  southern right whale (E. australis) [3], porpoise (Phocoena phocoena) [5], rough-toothed dolphin (Steno bredanensis) [8]. Selain di mamalia laut, bakteri E. rhusiophatiae ini telah terdeteksi di ikan air tawar, ikan laut, dan kepiting laut [2].

    Saturday, 16 November 2024

    Infeksi Ostreid herpesvirus 1 microvariant pada tiram

    Nama lain:  infeksi OsHV-1 μVar [1], Pacific Oyster Mortality Syndrome (POMS) {4}

    Etiologi/ penyebab:
    herpesvirus OSHV-1 microvarian, dsDNA [1]. Terdapat dua genotipe yang berkaitan yakni OSHV-1 varian dan microvarian. OSHV-1 varian berbeda secara genetik namun tidak memiliki varian spesifik seperti yang ada pada microvarian[2].

    Hospes :
    moluksa bivalvia, pacific oyster Crassostrea gigas, C. angulate. Virus ini pernah terdeteksi pada kerang Mytilus edulis dan Donac trunculus dan tidak diketahui apakah keduanya berperan sebagai inang atau vector [1]

    Wednesday, 6 November 2024

    Program pemuliaan untuk kesehatan ikan dan udang

    Breeding ikan atau pemuliaan ikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan ikan unggul melalui perbaikan sifat yang terukur. Secara sederhana, pemuliaan ikan ditujukan demi produksi ikan yang berkelanjutan. Tak hanya mencakup kebutuhan ekonomi ataupun pasar, pemuliaan ikan mengarah pada tujuan biologis, ekologis, dan sosiologis. Dan pemuliaan ikan lebih jauh lagi mencakup fungsi kesehatan dan fungsionalitas.

    Menurut PermenKP no 21 tahun 2021, ikan yang akan dilakukan pemuliaan memiliki syarat populasinya mulai menurun atau hampir punah, tidak membahayakan keanekaragaman hayati Ikan asli, dapat meningkatkan kualitas lingkungan, mempunyai nilai manfaat teknologi, sosial, dan ekonomi. Pemuliaan ikan dapat dilakukan dengan cara seleksi. Kegiatan ini dapat dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan seperti padat tebar, umur, suhu, kualitas air, sifat biologi dan fisiologi, maternal efek, pakan, pemeliharaan komunal, kompensasi pertumbuhan dapat menutup potensi genetik dan berpengaruh terhadap fenotip dari individu atau populasi.

    Saturday, 26 October 2024

    Konsep penggunaan antibiotik yang bertanggung jawab dalam perikanan

    Perikanan menjadi sebuah industri dengan segmen yang cukup luas mencakup berbagai komoditas. Seiring dengan pekembangan industri perikanan, permasalahan penyakit selalu menjadi ancaman terbesar dari kerugian ekonomi akibat kematian massal. Pengendalian penyakit pada perikanan tidak jauh berbeda dengan yang digunakan pada peternakan. Antibiotik banyak dipakai sebagai bahan pengendali dari penyakit terutama yang disebabkan oleh infeksi bakterial. Tidak semua antibiotik diperkenankan digunakan untuk ikan konsumsi. Penggunaan antibiotik punsangat dibatasi dengan peraturan. Hal ini berkaitan dengan adanya residu dan resiko resistensi antibiotik. 

    Wednesday, 16 October 2024

    Mewaspadai Vibrio parahaemolyticus pada produk perikanan

    Bakteri vibrio, termasuk Vibrio parahaemolyticus umum ditemukan di air laut. Bakteri ini termasuk bakteri laut gram negatif yang dapat dengan mudah diisolasi dari air, sedimen, endapan, plankton, ikan, udang, kerang, cumi-cumi, lobster, abalone, kepiting, dan spesies air laut lainnya. Bakteri ini tidak hidup di perairan dalam, dan optimal hidup pada suhu 7-10oC hingga 44oC, salinitas 3-4%. Bakteri ini memiliki karakteristik oksidase, katalase, indol, citrat positif, memfermentasi glukosa, manosa, maltosa, mannitol, arabinosa dan tidak memfermentasi sukrosa, laktosa, dan salicin. Bakteri V. parahaemolyticus kurang tahan panas, mati pada suhu 60oC selama 15 menit, rentan pengeringan, akuades, dan cuka dalam beberapa menit, namun dapat tetap hidup saat dibekukan atau didinginkan.