Cryptosporidium parvum merupakan parasit kelompok protozoa yang termasuk dalam filum apicompexa. Parasit ini dapat menyerang berbagai hewan darat, termasuk buruk, mencit, dan manusia. Terdapat 44 spesies Cryptosporidium yang menginfeksi ikan, amfibi, reptil, burung, dan mamalia. Parasit ini menimbulkan sakit dengan cara masuk dan bereproduksi di saluran pencernaan serta sel lainnya. Ikan berperan sebagai karier mekanik dari Cryptosporidium. Infeksi Cryptosporidium pada ikan mungkin saja terjadi dan harus dikonfirmasi melalui histologi. Dalam tubuh ikan, siklus hidup yang dialami oelh Cryptosporidium meliputi:
- Pecahnya kista dan lepasnya sporozoit
- Skizogoni/merogoni
- Gamogoni
- Pembentukan zigot
- Pembentukan dinding oosista
- SporulasiOosista yang telah bersporulasi akan dieliminasi lewat feses dan mampu menginfeksi hewan lainnya.
Parasit ini dapat menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi, kontak langsung dengan hewan terinfeksi, atau kontar antar manusia. Feses yang mengandung parasit ini dapat terbawa di air dan mencemari hasil pertanian.
Parasit ini dapat menyebabkan infeksi akut pada saluran pencernaan. Orang yang terinfeksi oleh C. parvum akan mengalami diare berat berari 2-4 hari, demam, lemah, kram perut dan biasanya akan sembuh sendiri. Anak-anak, orang tua, dan orang dengan penyakit imun rentan terhadap infeksi ini. Pada pasien tertentu, infeksi Cyyptosporidium dapat menyebabkan kasus kronis.
Deteksi Cryptosporidium membutuhkan surveilans lingkungan termasuk deteksi pada feses hewan dan manusia, air sumber dan air yang telah ditreatmen, makanan terutam sayuran dan seafood. Deteksi laboratorium Cryptosporidium biasanya menggunakan PCR. Organ yang dapat digunakan utamanya adalah insang dan hemolim.
Tindakan pencegahan terhadap infeksi C. parvum adalah dengan memasak seafood dengan matang. Memasak dengan tekanan tinggi cukup efektif mesikupun belum mampu mematikan seluruh organisme ini. Di area penanganan hasil laut sebaiknya tetap bersih dan terjaga dari limbah yang berpotensi menjadi sumber kontaminasi. Perbaikan metode pnanganan air, pertanian, dapat menurunkan resiko penyebaran C. parvum. Tehnik depurasi banyak digunakan untuk bivalvia dengan menempatkan pada kondisi terkontrol dalam periode tertentu untuk mengeliminasi atau meminimalkan infektifitas patogen. Pada tiram, oosista Cryptosporidium sp. masih terdeteksi dalam jumlah rendah. Namun demikian aplikasi UV skala industri untuk depurasi dapat meningkatkan inaktivasi oosista C. parvum. Waktu depurasi untuk C. parvum dapat mencapai >33 hari pada tiram Asia dan hal ini menunjukkan bahwa tehnik depurasi belum cukup mampu mengeliminasi infeksi dari parasit ini.
Referensi untuk dibaca
Adley, C. 2008. Food-Borne Pathogens: Methods and Protocols. Springer Science & Business Media
Couso-Pérez S, Ares-Mazás E,
Gómez-Couso H (2022). A review of the currentstatus of Cryptosporidium in fish. Parasitology
149, 444–456
Holliman, D. 2007. Cyrptosporidium, emerging pathogen associated with sellfish. Global Aquaculture Advocate 10(2): 20-21
Toldra, F. & Nollet, L. 2024. Handbook of Seafood and Seafood Products Analysis. CRC Press
No comments:
Post a Comment