-->

atas

    Wednesday, 6 November 2024

    Program pemuliaan untuk kesehatan ikan dan udang

    Breeding ikan atau pemuliaan ikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan ikan unggul melalui perbaikan sifat yang terukur. Secara sederhana, pemuliaan ikan ditujukan demi produksi ikan yang berkelanjutan. Tak hanya mencakup kebutuhan ekonomi ataupun pasar, pemuliaan ikan mengarah pada tujuan biologis, ekologis, dan sosiologis. Dan pemuliaan ikan lebih jauh lagi mencakup fungsi kesehatan dan fungsionalitas.

    Menurut PermenKP no 21 tahun 2021, ikan yang akan dilakukan pemuliaan memiliki syarat populasinya mulai menurun atau hampir punah, tidak membahayakan keanekaragaman hayati Ikan asli, dapat meningkatkan kualitas lingkungan, mempunyai nilai manfaat teknologi, sosial, dan ekonomi. Pemuliaan ikan dapat dilakukan dengan cara seleksi. Kegiatan ini dapat dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan seperti padat tebar, umur, suhu, kualitas air, sifat biologi dan fisiologi, maternal efek, pakan, pemeliharaan komunal, kompensasi pertumbuhan dapat menutup potensi genetik dan berpengaruh terhadap fenotip dari individu atau populasi.

    Breeding program pada dasarnya dilakukan dengan memodifikasi gen. Breeding program ini penting pada budidaya udang untuk mendapatkan benih yang berkualitas sehingga menurunkan kerugian ekonomi. Ikan/udang hasil pemuliaan adalah Ikan yang dihasilkan dari rangkaian kegiatan untuk mempertahankan kemurnian, menghasilkan jenis atau varietas Ikan yang sudah ada, dan/atau untuk menghasilkan jenis atau varietas baru yang lebih unggul.

    Pada budidaya udang, program pemuliaan dimanfaatkan ke arah peningkatan kelangsungan hidup dan perbaikan pertumbuhan. Manfaat lain dari breeding program adalah meningkatan biosekuriti, menurunkan penggunaan indukan liar, stok benur tersedia sepanjang tahun, dapat digunakan untuk selective breeding, meningkatkan kemampuan memijah.

    Terdapat 3 kategori breeding program

    1. SPF /Specific pathogen free
      Istilah ini bermakna bahwa individu tersebut bebas dari patogen tertentu (spesifik) namun tidak bebas dari seluruh parogen. Calon SPF dapat diperoleh dari udang liar atau udang budidaya yang bertahan dari suatu penyakit atau memiliki performa bagus, dll. Ikan/udang akan diskrining patogennya kemudian dicari yang hasil ujinya negatif. Ikan/udang kemudian disimpan pada fasilitas dengan biosekuriti tinggi dan direproduksikan kemudian diskrining berkali-kali keteraturan hasil ujinya. Skrining ini dilakukan hingga 2 tahun dan dinyatakan SPF apabila dalam 2 tahun tersebut bebas patogen. Karakterisasi SPF mengacu sejarah sanitasi hewan, fasilitas, dan kondisi budidaya dimana individu dipelihara dan dibesarkan dengan fasilitas biosekuriti yang ketat. SPF tidak bersifat herediter karena bukan berasal dari genetik dan dapat metode perolehannya tidak dilakukan modifikasi genetik, hanya dicari yang kematiannya rendah. Individu SPF juga belum tentu lebih rentan atau lebih toleran terhadap patogen serta belum tentu juga memiliki pertumbuhan atau keragaman genetik yang lebih baik atau lebih buruk. Ketika individu SPF terkena penyakit potensial, status SPF nya akan langsung hilang.  Penggunaan benih SPF penting pada budidaya ekstensif dan semi ekstensif pada lokasi dengan biosekuriti yang rendah bahkan tidak ada sama sekali.  SPF merupakan metode dasar untuk SPT, SPR, dan selective breed.

    2. SPR /specific pathogen resistance
      Istilah ini bermakna bahwa individu resisten/kebal terhadap infeksi oleh patogen tertentu, akan tetapi masih dapat terinfeksi maupun tidak. Pada kategori ini, udang dibuat resisten secara genetik untuk patogen tertentu. Basic SPR adalah dari SPF yang ditelusur resistensi dari familinya. Meskipun resisten untuk 1 jenis patogen, resistensi dari patogen dapat menurun seiring dengan siklus pemijahan yang berulang. SPR tidak mengacu pada status kesehatan udang karena masih ada kemungkinan terinfeksi oleh patogen yang tidak resisten.

    3. SPT/ specific pathogen tolerance
      Toleran untuk patogen tertentu, hewan masih dapat terinfeksi namun penyakit tidak berkembang atau penyakit dapat berkembang pada level yang rendah. Tingkat toleransi terhadap penyakit bergantung pada strain patogen dan kondisi lingkungan. SPT tidak mengacu pada status kesehatan udang sebab udang masih bisa terinfeksi oleh patogen yang mana udang tersebut tidak toleran atau karena faktor lainnya. Di Amerika Latin, stok lebih cenderung SPT terhadap penyakit endemik daripada SPR. Apabila peniadaan patogen sulit untuk dilakukan, maka penggunaan benih SPF perlu dikombinasikan dengan SPR/SPT. Aplikasi metode ini mampu meningkatkan kelangsunganhidup udang hingga 70% dalam penggunaan SPT dan SPF WSSV.  

    Referensi untuk dibaca

    Alday-Sanz, V. Benefits of specific pathogen free stocks for shrimp aquaculture: Experience from the Kingdom of Saudi Arabia. Ppt Naqua

    Alday-Sanz, V. 2018. Specific Pathogen Free (SPF), Specific Pathogen Resistant (SPR) and Specific Pathogen Tolerant (SPT) as Part of the  Biosecurity Strategy for Whiteleg Shrimp (Penaeus vannamei Boone 1931). Asian Fisheries Science 31S: 112–120

    Gustiano, R. Subagyo, S. Asih. 1999. Peningkatan mutu genetic ikan mas dengan teknik seleksi dalam Harjamulya et al. 1999. Prosiding seminar hasil penelitian genetika ikan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Departemen Pertanian p 23-25.

    Hadie, W & Hadie, L.M. 2008. Sistem pemuliaan berbasis pembudidaya (cooperatif breeding system ): strategi pemuliaan ikan tepat guna. Media Akuakultur Volume 3 Nomor 1

    IISAP UQ training 2023

    UAZ training 2012

    PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2021 TENTANG JENIS IKAN BARU YANG AKAN DIBUDIDAYAKAN

    No comments:

    Post a Comment