-->

atas

    Tuesday, 26 November 2024

    Erysipelothrix pada cetacean

    Nama lain:  -

    Etiologi/ penyebab:  
    Erysipelothrix rhusiopathiae
     [1], bakteri gram positif basil, non acid fast, oportunis, mampu bertahan lama di lingkungan dan tumbuh di mukus kulit ikan[2,3]. Terkadang bakteri ini muncul bersama dengan patogen lain seperti Staphylococcus aureus dan Cryptococcus neoformans [3]. 

    Hospes :
    pinnipeds, cetacean [1]. Penyakit ini dilaporkan pada paus beluga (Deplhinaptherus leucas) [2], lumba-lumba hidung botol  southern right whale (E. australis) [3], porpoise (Phocoena phocoena) [5], rough-toothed dolphin (Steno bredanensis) [8]. Selain di mamalia laut, bakteri E. rhusiophatiae ini telah terdeteksi di ikan air tawar, ikan laut, dan kepiting laut [2].

    Epizootiologi:
    Penyakit iniumum ditemukan pada cetacean yang tertangkap maupun yang terdampar. Mamalia laut dapat terinfeksi jika memakan ikan yang telah terkontaminasi bakteri ini [2]. Cara penularan E. Rhusiophatiae secara pasti belum diketahui, namun diduga berasal dari mukus ikan sebagai pakan [3]. Cara penularan lain yang memungkinkan adalah  melalui per oral bahkan mungkin melalui berkas luka di kulit [4]. Diketahui bahwa Erysipelothrix dapat bertahan di lingkungan dalam jangka panjang dan berkaitan dengan ikan laut, moluska, dan krutasea [5].

    Faktor pendukung
    -

    Gejala Klinis
    Infeksi bakteri ini tidak memiliki gejala klinis yang khas, hanya berupa kelemahan dan anoreksia. Terdapat dua bentuk penyakit yang telah dilaporkan yaitu septicaemia akut dan kutaneus kronis. Bentuk kutaneus ditandai dengan rhomboid dermal plaque abu-abu di seluruh tubuh. Lesi ini akan berbekas, mengeras, dan area infeksi pada kulit memiliki warna berbeda [2]. Betuk kutaneusini termasuk ringan [4]. Bentuk septikemia kerap kali mengakibatkan kematian dengan atau tanpa gejala klinis. Gejala klinis yang umum dijumpai adalah anoreksia, letargi, leukositosis diikuti leukopenia sebelum kematian [2].

    Perubahan patologi
    Bakteri ini dapat menyebabkan pneumonia dan/ septicaemia [1]. Pada infeksi bentuk septikemia, didapati cairans asites serosanguineous, hemoragi petekie dan ekimosae multifokal pada usus, sloughing kulit, pembengkakan nodus limfatikus, dan splenomegali [2]. Pada organ hati dijumpai adanya bercak-bercak. Secara histopatologi, pada organ limpa akan dijumpai necrotizing lymphadenitis dan hepatitis capsular edema pada hati [4].

    Diagnosa banding
    -

    Metode Diagnosa
    Diagnosa E. rhusiopathiae dilakukan dengan pengamatan klinis, isolasi bakteri atau serologi, dan molekuler [2]. Lesi E. rhusiopathiae tidak spesifik, oleh karenanya identifikasi bakteri dan histopatologi menjadi penting [7]. Sampel terbaik untuk mendapatkan bakteri ini adalah organ limpa dan hati  [1].

    Pencegahan dan Pengendalian
    Pengobatan dengan antibiotik ciprofloxacin dinilai cukup berhasil. Upaya penanganan dapat mengadopsi yang telah dilakukan pada ikan yakni dengan radiasi ion seperti gamma irradiation. Vaksinasi telah digunakan di berbagai institusi, namun demikian masih terkendala administrasi karena efek samping dari vaksin ini. Pemberian vaksin yang direkomendasikan pada lumba-lumba hidung botol adalah booster setelah 7 minggu pemberian vaksin pertama, kemudian diulang setiap 6 minggu untuk meningkatkan antibodi [2]. Tingkat efikasi vaksin bergantung pada jumlah vaksin yang diberikan, bukan jenis kelamin, umur, sejarah/infeksi alami. Penghilangan mukus ikan yang digunakan sebagai pakan cukup efektif untuk menurunkan resiko infeksi bentuk sistemik dan mengurangi keparahan bentuk infeksi non sistemik. Pada lokasi yang memelihara cetacean, ember-ember harus terbuat dari stainles steel atau yang serupa agar mudah dibersihkan dan disterilkan Hal yang juga harus diperhatikan adalah kualitas ikan segar [3]. Upaya penanganan yang pernah berhasil dilakukan untuk kasus E. Rhusiopathiae tipe septikemia adalah dengan melakukan terapi cairan dan menghindari hidrasi berlebih serta komplikasi paru-paru. Disamping itu, juga dilakukan penambahan dengan pengobatan antibiotik dan antifungal. Pakan diberikan dengan protein berkualitas dan rendah fosfor [6].

    Zoonosis
    Penyakit ini bersifat zoonosis. Infeksi E. rhusiophatiae pada manusia disebut dengan erysipeloid atau ”fish poisoning” yang ditandai dengan bentuk kutaneus difus, kemerahan, bercak mengeras pada kulit, pembengkakan, gatal, rasa terbakar. Sedangkan gejala klinis bentuk sistemik tergantung organ yang terlibat  (misal endocarditis). Manusia dapat terpapar melalui penanganan ikan segar dan beku sebagai pakan [3]. Bakteri ini akan ada dalam karkas hingga 12 hari dengan paparan matahari secara langsung, hingga 4 bulan pada bangkai, dan 9 bulan pada karkas yang dikubur. Pada penanganan mamalia terdampar, dibutuhkan ornag yang telah terlatih dan waspada terhadap kemungkinan penularan.[5].

     

    Referensi

    1. Howard, E.B. (Ed). 2018. Marine mammal disease volume II. CRC Press: Boca Raton
    2. Dierauf, L.A. & Gulland, M.D. (Ed). CRC Handbook of Marine Mammal Medicine Second Edition. CRC Press: Boca Raton
    3. Gulland, F.M.D., L.A. Dierauf, K.L. Whitman. CRC Handbook of Marine Mammal Medicine Third Edition. CRC Press: Boca Raton
    4. Terio, K.A., D. McAloose, J.S. Leger (ed). 2018. Pathology of Wildlife and Zoo Animals. Academic Press
    5. Lonneke L. IJsseldijk, Lineke Begeman, Birgitta Duim, Andrea Gröne, Marja J.L. Kik, Mirjam D. Klijnstra, Jan Lakemeyer, Mardik F. Leopold, Bas B. Oude Munnink, Mariel ten Doeschate, Linde van Schalkwijk, Aldert Zomer, Linda van der Graaf-van Bloois, Els M. Broens. 2023. Harbor Porpoise Deaths Associated with Erysipelothrix rhusiopathiae, the Netherlands, 2021. Emerging Infectious Diseases • www.cdc.gov/eid • 29(4)
    6. Gearhart, S., M. Walsh, B. Chittick. 2005. Medical Management of Peracute Erysipelothrix rhusiopathiae Septicemia and Complications in a Tursiops truncates. IAAAM Conference Proceeding
    7. Ceccolini, M.E., M. Wessels, K. Macgregor, R. Deaville, M. Perkins., P.D. Jepson, S.K. John, A. Guthrie. 2021. Prevalence and Postmortem Findings Associated with Erysipelothrix rhusiopathiaeSepticemia in Cetaceans Stranded in England and Wales. IAAAM Conference proceeding.
    8. Lee K, Park SY, Seo HW, Cho Y, Choi SG, Seo S, Han W, Lee NK, Kwon H, Han JE, Kim JH. 2022. Pathological and Genomic Findings of Erysipelothrix rhusiopathiaeIsolated From a Free-Ranging Rough-Toothed Dolphin Steno bredanensis (Cetacea: Delphinidae) Stranded in Korea. Front Vet Sci.

    No comments:

    Post a Comment