-->

Referensi

    Saturday, 26 October 2024

    Konsep penggunaan antibiotik yang bertanggung jawab dalam perikanan

    Perikanan menjadi sebuah industri dengan segmen yang cukup luas mencakup berbagai komoditas. Seiring dengan pekembangan industri perikanan, permasalahan penyakit selalu menjadi ancaman terbesar dari kerugian ekonomi akibat kematian massal. Pengendalian penyakit pada perikanan tidak jauh berbeda dengan yang digunakan pada peternakan. Antibiotik banyak dipakai sebagai bahan pengendali dari penyakit terutama yang disebabkan oleh infeksi bakterial. Tidak semua antibiotik diperkenankan digunakan untuk ikan konsumsi. Penggunaan antibiotik punsangat dibatasi dengan peraturan. Hal ini berkaitan dengan adanya residu dan resiko resistensi antibiotik. 

    Dalam aplikasinya, terdapat berbagai isu terkait penggunaan antibiotik dalam budidaya perikanan yang perlu dipahami, misalnya:

    1. Semua antibiotik itu sama saja
      Antibiotik dapat bersifat bakteriostatik dan bakterisidal. Keberhasilan pengobatan bergantung pada jenis dan dosis antibiotik yang digunakan. Beberapa antibiotik bersifat spesifik untuk penyakit tertentu.
    1. Penggunaan antibiotik dalam budidaya tidak dianjurkan
      Pada dasarnya penggunaan antibiotik boleh digunakan dengan ketentuan tepat dosis dan tepat guna serta memperhatikan peraturan jenis antibiotik mana saja yang diperbolehkan untuk digunakan.
    1. Terdapat antibiotik yang bagus dan tidak
      Baik buruknya antibiotik bergantung bagaimana antibiotik tersebut digunakan. Antibiotik tertentu secara peraturan dilarang karena dampak residunya terhadap konsumen. Penggunaan antibiotik secara bertanggungjawab dibutuhkan untuk meminimalkan residu.
    1. Residu antibiotik pasti buruk
      Beberapa antibiotik memiliki jumlah kadar residu yang diperkenankan, beberapa yang lain sama sekali tidak boleh mengandung residu.
    1. Antibiotik paling manjur digunakan untuk infeksi bakteri pada ikan dan udang
      Antibiotik bagus digunakan ketika hewan masih mau makan. Dan pengetahuan mengenai penyebab penyakit diperlukan agar penggunaan antibiotik dapat tepat sasaran. Akan tetapi antibiotik bukanlah solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan penyakit dalam jangka panjang
    1. Boleh menggunakan antibiotik untuk pertumbuhan dan memperbaiki konversi pakan
      Di kebanyakan negara termasuk Indonesia tidak memperkenankan penggunaan antibiotik untuk pertumbuhan dan memperbaiki konversi pakan
    1. Boleh menggunakan antibiotik untuk pencegahan penyakit
      Prinsip dasar penggunaan antibiotik adalah hanya digunakan ketika hewan sakit. Penggunaan antibiotik untuk pencegahan secara peraturan tidak diperkenankan.

    Penggunaan antibiotik pada perikanan lebih kompleks dibandingkan dengan peternakan dimana antibiotik akan terekspos dengan air, baik pada pemberian secara langsung di air maupun melalui pakan yang beresiko terhadap resistensi antibiotik. Oleh karena itu, penggunaan antibiotik harus memenuhi kaidah-kaidah berikut:

    1. Guna menjamin penggunaan antibiotik tepat sasaran, pada setiap kasus penyakit dipersyaratkan untuk memastikan adanya bakteri sebagai penyebab utama penyakit sebab antibiotik hanya diperuntukkan pengobatan penyakit bakteri dan bukan untuk mengatasi patogen parasit, jamur, dan virus.
    2. Laboratorium wajib untuk melakukan pemetaan sensitivitas antibiotik menggunakan bakteri yang berasal dari budidaya.
    3. Antibiotik yang digunakan untuk pengobatan hanyalah yang terdaftar. Antibiotik yang diizinkan beredar di Indonesia terdiri dari golongan tetrasiklin, eritromycine, enrofloxacin, dan sulfadiazin. Dan antibiotik yang resmi dan telah melalui proses pendaftaran memiliki nomer kode registrasi pada label kemasan.
    4. Penggunaan antibiotik harus tepat dosis dan menyesuaikan kondisi lingkungan. Suhu dapat menjadi faktor yang mempengaruhi efikasi dan withdrawal time antibiotik. Pencampuran yang tidak sesuai dapat mempengaruhi konsentrasi obat sehingga berdampak terhadap ketidakefektivan, overdosis, dan toksisitas.
    5. Antibiotik yang digunakan harus memiliki withdrawal time sebelum pemanenan.
    6. Antibiotik berspektrum sempit harus menjadi pilihan pertama
    7. Peresepan dan pembuatan antibiotik harus dibawah lisensi dokter hewan atau ahli kesehawan ikan.
    8. Segala penggunaan antibiotik harus dicatat oleh setiap pembudidaya

    Penggunaan antibiotik secara bijaksana dan bertanggungjawab harus memperhitungkan juga kualitas dari antibiotik yang digunakan. Berikut adalah prinsip-prinsip yang harus diperhatikan agar antibiotik digunakan secara bijaksana.

    1. Penggunaan antibiotik pada ikan konsumsi dibatasi hanya pada ikan yang membutuhkan untuk menjamin kesehatan dan kesejahteraannya.
    2. Penggunaan antibiotik sebaiknya hanya dapat dilakukan dibawah konsultasi dan pengawasan dokter hewan. Hal ini penting sebab dokter hewan lah yang dapat menentukan apakah antibiotik tersebut harus digunakan dan mampu merekomendasikan antibiotik yang tepat.
    3. Hanya menggunakan antibiotik yang aman, berkualitas, berkhasiat dan digunakan sesuai tujuannya. Hal ini penting untuk meminimalisir dampak antibiotik terhadap ikan, manusia, dan lungkungan.
    4. Gunakan sesedikit mungkin sesuai kebutuhan. Penggunaan antibiotik dapat mengacu pada 5R: Right drug (tepat obat), Right time (tepat waktu), Right dose (tepat dosis), Right duration (tepat lama penggunaan), Right route (tepat cara penggunaan).
    5. Penggunaan antibiotik bertanggungjawab harus melibatkan pada stakeholder. Dalam hal ini stakeholder berkewajiban menginformasikan dan mengkampanyekan penggunaan antibiotik secara tepat.
    6. Pemantauaan dan pengumpulan data dibutuhkan untuk pembentukan kebijakan dan penyebarluasan informasi penggunaan antibiotik yang bijaksana.

     

    Referensi untuk dibaca

    Newman, S.G. 2007. Antibiotics in aquaculture . Global Aquaculture Advocate 10(2): 20-21

    Serrano, P.H. 2005. Responsible Use of Antibiotics in Aquaculture. FAO

     

     

    No comments:

    Post a Comment