-->

Referensi

    Tuesday, 30 April 2024

    Haplosporidium nelsoni pada Tiram

    Nama lain
    MSX (multinucleated sphere X) [1], Delaware Bay Disease [8].

    Etiologi/ penyebab
    Haplosporidium nelsoni, parasit Protista, dulu dinamakan Minchinia nelsoni. Parasite menyukai salinitas 15ppt dengan suhu 20oC [1]. Parasit ini masuk dalam Kelompok protozoa, filum Haplosporidia, kelas Haplosporea, famili Haplosporidiidae [8].

    Hospes 
    paling serius terjadi pada Crassostrea virginica (American oyster), selanjutnya pada Crassostrea gigas (Pacific oyster).  [1]

    Stadium rentan
    juvenil (1-2 tahun), sporadik pada tiram dewasa [2]

    Epizootiologi
    Penyakit ini pertama kali tercatat pada tahun 1957 di pantai timur Amerika Serikat.  Penyakit ini terjadi juga di pantai timur Kanada, Perancis, Jepang, dan Korea [1]. H. nelsoni pada C. Virginica dilaporkan terjadi di Amerika Utara dan Teluk Meksiko. Sedangkan H. Nelsoni pada C. gigas dilaporkan di Barat laut Amerika, Eropa (Perancis, Spanyol, Irlandia) dan Asia Timur (Jepang, Cina, Korea Selatan) [3]. Penularan diduga melalui hospes intermediet. Mortalitas tertinggi pada 20ppt. Tingkat kematian dapat mencapai 90% [1]. Namun rata-rata kematian berkisar anatar 50-60% di tahun pertama dan 50% di tahun kedua budidaya [10]. Epizootik terjadi bersiklus setiap 6-8 tahun  [1]. Pada populasi rentan, prevalensinya dapat mencapai 100% dengen tingka kematian 40-80% [10]. Infestasi parasit ini menyebabkan penurunan kondisi dan fekunditas yang mungkin disebabkan oleh dampak parasit terhadap penyimpanan karbohidrat [6].

    Faktor pendukung
    Kontaminan kimia tidak berkaitan dengan infeksi H. Nelsoni  [7]. Suhu dan salinitas berpengaruh terhadap infeksi H. nelsoni. Ketika musim dingin disertai dengan salinitas rendah, prevalensi dan intensitas infeksi cenderung turun [11]. 

    Siklus hidup
    Haplosporidium menghasilkan operculate spore yang tidak menginfeksi secara langsung (butuh inang perantara). Skizogoni akan berkembang menjadi plasmodium multinuklear. Plasmodium berkembang menjadi sporont yang menjadi sporocyst dan spora dilepaskan ke air melalui individu yang mati [8]. Spora dewasa jarang ditemukan pada tiram dewasa. Sekitar 75-86% sporulasi terjadi pada tiram muda (<1 tahun) [10]. Suhu dan ketersediaan makanan sangat berpengaruh terhadap siklus hidup parasit ini [11]. 

    Gejala Klinis
    Tiram biasanya akan mengalami kekurusan dan kegagalan cangkang untuk tumbuh [10]. Disamping itu juga terjadi resesi mantel, kelenjar pencernaan pucat, deposit conchiolin [1]. Deposit ini berwarna kuning kecoklatan dan menonjol pada permukaan cangkang. Deposit mengandung cairan kuning bertekstur krim. Infeksi MSX diawali dari insang kemudian menjadi sistemik [4]. Biasanya, tiram akan mati dalam sebulan [7].

    Perubahan patologi
    Pada sel epitel tubulus terdapat spora. Dan sporulasi lebih banyak terjadi pada tiram juvenil. Plasmodia ditemukan di antara jaringan ikat dan epitel insang, saluran pencernaan dan reproduksi. Perivascular cuffing dengan hemosit terdapat di mantel, respon massif hemosit dapat terjadi, sel terinfeksi mengalami nekrosis dan piknosis [1]. Plasmodium multinuklear teramati pada sel epitel dan jaringan ikat insang serta saluran pencernaan [5]. Plasmodia berukuran 5-100µm sedangkan spora yang besar jarang ditemukan pada dewasa, sering pada epitel kelenjar pencernaan digestive gland  [8].

    Gb. Plasmodia (panah) pada jaringan ikat dan nukleolus eksentrik pada nukleus

    Diagnosa banding
    Di pantai timur Amerika harus dibedakan dengan Haplosporidium costale. Sedangkan di daerah lainnya harus dibedakan dengan infeksi Haplosporidium costale dan Perkinsus marinus [1]. H. nelsoni dapat dibedakan dari spesies lainnya dari lokasi sporulasi yang berada di digestive gland, sedangkan yang lain bersporulasi di jaringan ikat [9]. Disamping itu, H. nelsoni lebih patogenik dengan periode kematian dan infeksinya yang sepanjang tahun [11]. 

    Metode Diagnosa
    Pewarnaan sederhada dengan smear hemolim dapat digunakan untuk melihat parasit [10]. Pengamatan dengan mikroskop membutuhkan perbesaran kuat [4]. Histopatologi, ISH, PCR [1] imprint, TEM juga dapat digunakan [2]. Intensitas infeksi H. nelsoni dapat dinilai secara semi kuantitatif [5].  Pada pewarnaan tahan asam, spora berwarna merah [8]

    Tabel skala semi kuantitatif H. nelsoni  (modifikasi dari Ford (1985, 1986), dan Ford & Figueras (1988)).   

    Skor

    Perubahan

    0

    Tidak ditemukan parasit

    1

    < 10 plasmodia per bidang pandang (100x)

    2

    11<plasmodia<100  per bidang pandang (100x)

    3

    >100 per bidang pandang (100x), <1 per bidang pandang (1000x)

    4

    >100 per bidang pandang (100x), 1-10 per bidang pandang (1000x)

    5

    11-20 per bidang pandang (1000x)

    6

    >20 per bidang pandang (1000x)

    Pencegahan dan Pengendalian
    Tiram harus dipelihara pada salinitas <10ppt dan suhu lebih dingin selama 2 minggu, terutama pada musim panas. Pada saat non periode infektif, pemeliharaan dilakukan pada salinitas tinggi Penggunaan strain tiram tahan penyakit jug harus dipertimbangkan[1]. Penggunaan tiram yang resisten MSX efektif untuk memperbaiki gametogenesis, namun hanya yang infestasinya rendah saja [6]. Filtrasi dan UV untuk sterilisasi membantu mencegah penularan melalui air [2]. Pemantauan berkala dan diagnosa dini penyakit menjadi penting untuk mencegah kematian [10].

    Kesehatan Masyarakat
    Penyakit ini tidak menular ke manusia [7].

    Referensi

    1. Raidal, S., Garry Cross, Stan Fenwick, Philip Nicholls, Barbara Nowak, Kevin Ellard, Frances Stephens. 1004. Aquatic Animal Health: Exotic Diseases Training Manual. Murdoch Print: Australia
    2. Reantaso M G., B., Mcgladdery S E, Subangsinghe. 2001. Asian Diagnostic Guide to Aquatic Animal Diseases. FAO Fisheries Technical Paper, No. 402, supplement 2. Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO), Rome, Italy, 240 pp.
    3. Azevedo, C. & Hine, P.M dalam Archibald, J.M (Ed). 2017. Chapter 23: Haplosporidia. Springer International Publishing
    4. Howard, D. W., E. J. Lewis, B. J. Keller, and C. S. Smith. 2004. Histological techniques for marine bivalve mollusks and crustaceans. NOAA Technical Memorandum NOS NCCOS 5, 218 pp.
    5. Kim, Y., K.A. Ashton-Alcox, and E.N. Powell. 206. Histological Techniques for Marine Bivalve Molluscs: Update. Silver Spring, MD. NOAA Technical Memorandum NOS NCCOS 27. 76 pp.
    6. Gosling, E. 2015. Marine Bivalve Molluscs Second Edition. Blackwell Publishing: UK
    7. Apeti, D.A., Y. Kim, G. Lauenstein, J. Tull, and R. Warner. 2014. Occurrence of Parasites and Diseases in Oysters and Mussels of the U.S. Coastal Waters. National Status and Trends, the Mussel Watch monitoring program. NOAA Technical Memorandum NOSS/NCCOS 182. Silver Spring, MD 51 pp.
    8. Meyer, T & Burton, T. 2009. Disease of wild and cultured shellfish in Alaska. Alaska Department of Fish and Game: USA
    9. Walker, P. and Subasinghe, R. (eds.). 2000. DNA-based molecular diagnostic techniques: research needs for standardization and validation of the detection of aquatic animal pathogens and diseases. Report and proceedings of the Joint FAO/NACA/CSIRO/ACIAR/DFID Expert Workshop. Bangkok, Thailand, 7-9 February 1999. FAO Fisheries Technical Paper. No.395. Rome, FAO. 93p
    10. Woo, P.T.K. (Ed). 2006. Fish diseases and disorders Volume 1: Protozoan and Metazoan Infections Second Edition2nd ed. CABI International
    11. Arzul, I. & Carnegie, R.B. 2015. New perspective on the haplosporidian parasite of molluscs. Journal of Invertebrate Pathology 131 : 32-42 

    No comments:

    Post a Comment