Nama lain: Mikosis pada lobster, Burnspot Disease [1,2]
Etiologi/ penyebab:
Jamur Fusarium sp, F. solani Jamur ini memiliki mikro dan makrokonidiaspora. Mikrokonidia berbentuk ovoid atau agak melengkung dengan 1-2 sel dan berukuran 8-15um. Makrokonidia berbentuk seperti perahu kanoe dengan 3-5 sel [1]. Jamur ini termasuk deuteromycetes [5].
Hospes :
lobster Homarus americanus, Panulirus ornatus, P. cygnus, H. vulgaris, P. longipes, P. penicillatus. Jamur Fusarium juga dikenal menyerang udang Penaeus japonicus, P. californiensis, dan hiu [2,3,4,6].
Stadium rentan :
juvenil dan dewasa [3]. Larva tidak dilaporkan terserang oleh jamur ini [5].
Epizootiologi:
Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1974 pada losbter Homarus americanus di New York dimana kerugian yang ditimbulkan oleh mencapai 35% dalam periode 12 bulan [1]. Pada tahun 1979, outbreak oleh Fusarium terjadi di Australia pada Panulirus cygnus [5]. Penyakit ini dilaporkan di Vietnam pada tahun 2003-2005 pada lobster Panulirus ornatus. Kematian lobster mencapai 69,5% dari 272 keramba [2]. Secara umum, penyakit ini tidak fatal namun pada infeksi buatan, infeksi Fusarium dapat mengakibatkan kematian hingga 100% [3,6]. Dampak negatif penyakit lebih ke pertumbuhan dan tampilan yang mempengaruhi harga jual [6].
Faktor pendukung
Black gill disease pada lobster dipicu oleh buruknya kualitas air budidaya. Bahan organik yang tinggi akan menghambat proses molting sehingga lobster menjadi stress dan rentan terserang oleh sporan Fusarium [4].
Gejala Klinis
Awal penyakit ditandai dengan bintik putih pada eksoskeleton yang muncul 6-10 hari mengikuti proses molting. Bintik ini kemudian berubah menjadi oranye dan hitam. Bintik-bintik hitam dengan berbagai ukuran terdapat pada eksoskeleton dan alat gerak serta terdapat warna kecoklatan pada insang. Lobster dengan gejala klinis memperlihatkan perilaku dan makan yang normal. Namun demikian lobster dengan bintik hitam ini tidak akan bertahan hingga periode molting berikutnya [1]. Warna kehitaman tidak hanya terdapat di insang, namun juga pada abdomen, uropod, telson, pereiopod, dan eksoskeleton [4]. Pada lobster Panulirus ornatus, gejala yang teramati berupa tubuh merah, insang melepuh dan coklat kemerahan hingga menghitam [2]. Adanya kerusakan pada insang mengakibatkan lobster menjadi lemah, pucat, lesu, kehilangan nafsu makan dan kesulitan bernafas serta kerap berada dekat dengan permukaan air [2,4].
Perubahan patologi
Insang berwarna coklat pucat hingga coklat gelap. Pada pengamatan histopatologi, jamur teramati berada di insang pada kutikula dan subkutikula. Pada kutikula, hanya teramati hifanya, sedangkan makrokonidia terdapat di eksternal hifa. Di sekitar hifa terdapat agregasi dari hemosit yang membentuk enkapsulasi dan disertai melanisasi. Pigmen melanin tersebut merupakan respon lobster terhadap hifa, bukan pigmen yang dibentuk oleh fungus. Pada area tersebut juga dijumpai sel debris yang mengindikasikan area nekrosis. Hifa dan konidia tidak terenkapsulasi oleh hemosit. Hancurnya jaringan insang oleh hifa menjadi penyebab kematian lobster [1]. Pada P. cygnus, lesi membentuk granuloma pada abdomen, uropod, telson, dan pereiopod [5].
Gb. Jaringan insang yang terinfeksi Fusarium, hifa jamur terenkapsulasi oleh hemosit berlapis (Hoa & Khoa, 2009). |
Diagnosa banding
Insang yang menghitam pada lobster selain disebabkan oleh Fusarium juga teramati pada kasus paparan nitrit, defisiensi asam askorbat, infeksi Infectious Hypodermal and Haematopoietic Necrosis Virus (IHHNV), Flexibacter atau jamur Haliphthorus [2].
Metode Diagnosa
Sampel dari insang dapat dikultur menggunakan Sabouraud Dextrose Agar (SDA) atau potatoes dextrose agar (PDA) dengan NaCl 2% dan penambahan antibiotik untuk mencegah kontaminasi bakteri. Pada media SDA akan terdapat pigmen coklat keunguan yang memberi warna coklat pada insang, namun pigmen ini akan larut sehingga tidak akan teramati pada pemeriksaan histopatologi. Pengamatan secara mikroskopis juga dapat dilakukan menggunakan mikroskop dengan metode wet mount untuk melihat keberadaan hifa. Penggunaan histopatologi dapat membantu mengamati perubahan jaringan dari penyakit ini. Pewarnaan hematoksilin-eosin atau dengan periodic acid schiff (PAS) dapat digunakan [1].
Pencegahan dan Pengendalian
Hingga saat ini belum ada pencegahan, penanganan, dan pengendalian penyakit ini. Namun penyakit ini berpotensi mengancam budidaya lobster [1,3].
Referensi
- Lightner, D. V. and Fontaine, C. T. (1975). A mycosis of the American lobster, Homarus americanus caused by Fusarium sp. J. Invertebr. Pathol., 25, 239-245.
- Nha, V.V., Hoa, D.T., Khoa, L.V.2009. Black gill disease of cage-cultured ornate rock lobster Panulirus ornatus in central Vietnam caused by Fusarium species. Aquatic Animal Health Vol XIV (4): 35-37
- Phillips, B.F., Kittaka, J. 2000. Spiny lobsters: fisheries and culture. Blackwell Science: UK
- Radhakrishnan, E.V., B.F. Phillips, G. Achamveetil (Ed). 2019. Lobsters: Biology, Fisheries and Aquaculture. Springer Nature: Singapore
- Phillips, B.F (Ed). Lobsters: biology, management, aquaculture and fisheries. Blackwell Publishing: UK
- Jones C.M. (ed) 2015. Spiny lobster aquaculture development in Indonesia, Vietnam and Australia. Proceedings of the International Lobster Aquaculture Symposium held in Lombok, Indonesia, 22–25 April 2014. ACIAR Proceedings No. 145. Australian Centre for International Agricultural Research: Canberra. 285 pp.
No comments:
Post a Comment