-->

atas

    Saturday, 18 March 2023

    Microsporidia udang

    Nama lain:  Cotton shrimp, milky shrimp, white back shrimp [1], microsporidiasis [6].

    Etiologi/ penyebab: microsporidia seperti Ameson (Nosema) nelsoni, Agmasoma (Thelohania) duorara, Pleistophora (Plistophora) penaei [1]. Parasit ini masuk dalam parasite uniseluler pengahsil spora (kingdom fungi) [7]. Setiap jenis mikrosporidia memiliki ukuran yang berbeda, dengan uraian sebagai berikut [6]:

    Ameson: 1.2 x 2 μm, dihasilkan secara tunggal dari sporont

    Pleistophora: 2.1 x 2.6 μm, spora berjumlah 16-40 di setiap sporont

    Agmasoma penaei: 2.0 x 5.0 atau 5.0 x 8.2 μm dengan jumlah 8 spora tiap sporont

    Agmasoma duorara : 3.6 x 5.4 μm dengan jumlah 8 spora tiap sporont

    Hospes
    P. vannamei, P. monodon, P. aztectus, P. duodenum, P. setiferus, P. esculentus, P. merguiensis, P. semisulcatus, P. brasiliensis, hampir semua jenis udang [1]. Disamping udang, parasit ini juga menyerang ikan dan krustasea lainnya [5]. Agmasoma penaei umum menyerang P. merguiensis namun jarang ditemukan pada udang windu [8].

    Stadium rentan 
    udang juvenil hingga dewasa [1]. Indukan dapat terinfeksi parasite ini [6].

    Epizootiologi
    Penyakit ini dilaporkan pertama di Madagaskar pada tahun 2003 dimana petani menemukan adanya udang kapas dengan warna keputihan pada ekor [7]. Penyakit ini menyebar secara horizontal dengan memakan feses ikan yang mengandung spora infektif [1]. Outbreak dari kasus ini sangat jarang terjadi. Tingkat kejadiannya di bak pembesaran atau pemeliharaan induk sangatlah jarang [6].

    Siklus Hidup
    Parasit bereproduksi seksual dengan sporogami (pada inang) dan aseksual dengan skizogami [6]. Udang bertindak sebagai hospes intermediet dari parasite ini. Hospes definitive parasite adalah ikan karnivora [1]. Mikrosporidia masuk ke ikan Ketika ikan memakan udang yang berparasit. Parasit kemudian berkoloni di tubuh ikan, spora berkembang di usus ikan dan stadium infektif dilepaskan bersama feses. Udang dapat memakan feses berparasit lalu parasit masuk ke otot [6]



    Faktor pendukung

    Gejala Klinis
    Otot yang terinfeksi akan berwarna seperti udang rebus. Eksoskeleton menjadi biru kehitaman dan pembengkakan seperti tumor pada insang dan subkutikula [3]. Ventral abdomen berwarna putih. Pada infeksi berat otot serupa susu/milky atau kapas. Udang menjadi rentan mati [5]. Pada beberapa kasus, udang berukuran lebih kecil daripada yang lainnya. Kelemahan dan kelesuan dapat terjadi. Gonad dapat terjadi pembengkakan. Gonad yang terinfestasi dapat menjadi steril sehingga berpengaruh terhadap produksi udang [6].

    Perubahan patologi
    Penyakit ini ditandai dengan adanya massa parasit berjumlah banyak pada otot. Ameson dan Pleistophora menyerang pada otot, sedangkan Agmasoma menyerang gonad dan jaringan di sekitarnya (insang, jantung, pembuluh darah, hepatopankreas) [1]. Infeksi pada gonad akan menyebabkan gonad mengalami hipertrofi dan berwarna putih. Sementara itu, pada organ lain seperti subcutan menyebabkan pembengkakan serupa tumor pada subkutikula. Otot-otot ovarium berwarna opaq dan terkadang berwarna biru gelap atau kehitaman akibat perluasan kromatofora [2]. Secara mikroskopis, sel-sel yang berparasit mengalami hipertrofi sitoplasma dan inti serta terdapat spora protozoa yang berbentuk bola atau oval. Jaringan yang terinfeksi parasit ini biasanya mengalami peradangan [6]. Otot dan ovariunm yang terinfeksi oleh A. penaei hancur dengan segera. Massa spora A. penaei seringkali terlihat dimakan oleh hemosit. Pleistophora menginfeksi semua otot bagian dalam, otot tidak hancur namun mengalami atrofi [9]. Infeksi mikrosporidia yang berat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang [10]

    Gambar udang yang terinfeksi oleh mikrosporidia (Pancahan et al, 2011)


    Diagnosa banding
    -

    Metode Diagnosa
    Diagnosa dilakukan dari gejala klinis dan perkembangan stadium microsporidia pada jaringan secara mikroskopis [3]. Pemeriksaan mikroskopis dapat dilakukan dengan pewarnaan giemsa untuk memperlihatkan spora yang berbeda-beda ukurannya antar spesies [4]. Pengamatan secara histologi menggunakan pewarna H&E memperlihatkan spora yang jelas berkoloni pada jaringan [6]. Pada pengamatan menggunakan SEM,  nukleus diplokaryon pada plasmodium Agmasoma dan vesikula sporogenik uninuclear muncul dari plasmodium utama [1]. Secara molekuler, diagnosa parasit dapat menggunakan sequencing, in situ hibridisasi, PCR[7].

    Pencegahan dan Pengendalian
    Tidak ada penanganan khusus untuk penyakit ini. Menghindari kontak udang sakit dengan yang sehat lebih baik dilakukan, terutama kontak dari ikan yang merupakan hospes definitif.  Penting adanya mencegah ikan berada di tambak maupun tandon [6]. Udang yang terinfeksi sebaiknya dikubur atau dimusnahkan dengan pemberian kapur dan jauh dari tambak. Pasca panen, dasar tambak harus dikeringkan untuk mematikan spora mikrosporidia [3]. Sebelum tebar, tambak harus terbebas dari hospes/hospes intermediet [4]. Pemberian buquinolate oral [2].

     

    Referensi

    1. Alaya de Graindrage, V. dan Flegel, T.W. 1999. Diagnosis of shrimp diseases, with emphasis on the black tiger shrimp (Penaeus monodon). FAO: Roma
    2. Felix, S. 2013. Advances In Shrimp Aquaculture Management. Daya Publishing house: New Delhi
    3. Alavandi, S.V., Vijayan, K.K., Rajendran, K.V. 1995. Shrimp Disease, Their Prevention and Control. Central Institute of Brackishwater Aquaculture: Madras
    4. 2005. Diagnosis and Management of Shrimp Disease. Training Programme Central Institute of Brackishwater Aquaculture 21-26 November 2006
    5. Panchana, F., Sotomayor, M., Melena, J. 2011. Atlas de Histopatología de Penaeus vannamei: Volumen II (Bacterias, hongos y parásitos). Revista Tecnológica ESPOL – RTE, 24(1)
    6. Morales, V. y J. Cuéllar-Anjel (eds.).   Guía Técnica - Patología e Inmunología de Camarones Penaeidos.  Programa CYTED Red II-D Vannamei, Panamá, Rep. de Panamá. 270 pp.
    7. Application of molecular methods for characterization of disease etiologies and classification of agents. UAZ Short couse 2012.
    8. Flegel, T.W. 2007. Bacteria, fungi, and parasites. Shrimp Biology and Pathology
    9. Kelly, J. F. (1979). Tissue specificities of Thelohania duorara, Agmasoma penaei, and Pleistophora sp., microsporidian parasites of pink shrimp, Penaeus duorarum. Journal of Invertebrate Pathology, 33(3), 331–339. doi:10.1016/0022-2011(79)90035-1
    10. Prasertsri, , C. Limsuwan, N. Chuchird. 2009. The Effects of Microsporidian (Thelohania) Infection on the Growth and Histopathological Changes in Pond-reared Pacific White Shrimp (Litopenaeus vannamei). Kasetsart J. (Nat. Sci.) 43 : 680 - 688

    No comments:

    Post a Comment