-->

Referensi

    Sunday, 6 February 2022

    Stress pada ikan

    Stress merupakan suatu kondisi ketidaknyamanan secara fisik maupun psikologis yang menimbulkan pelepasan hormone terkait stress. Stress dapat terjadi pada berbagai makhluk hidup. Stress pada ikan didefinisikan sebagai terancamnya homeostasis ikan yang dibentuk oleh srespon adaptif yang kompleks. 

    Durasi Stress pada ikan
    Stress dapat berlangsung dalam jangka waktu singkat maupun panjang. Stress jangka pendek cenderung memiliki dampak terhadap Kesehatan yang lebih serius dibandingkan jangka panjang. Pada kondisi stress jangka pendek, ikan lebih sering mengalami sakit dan kematian. Stress jangka pendek dapat disebabkan oleh proses transportasi atau handling. Stres yang terjadi jangka panjang menyebabkan adanya kesempatan masuknya patogen yang dalam kondisi normal tidak berbahaya. Penyebab adanya stress jangka panjang berasal dari perubahan kualitas air dan manajemen budidaya yang buruk. Stress jangka panjang kerap kali ditandai dengan perubahan perilaku seperti perubahan cara berenang, ketidakmampuan merespon predator, penurunan pola makan, dan menyendiri.

    Pemicu stress pada ikan (stressor)
    Secara normal ikan dapat bertahan pada perubahan kondisi apapun selama masih dalam rentang toleransinya. Namun demikian ikan dapat menjadi lemah dan rentan terserang penyakit apabila mengalami perubahan yang melampaui batas toleransinya. Perubahan inilah yang disebut dengan stressor. Terdapat banyak sekali faktor yang dapat memicu stress pada ikan.

    1. Kimia
    Stressor kimia yang dapat memicu stress pada ikan sebagian besar berasal dari lingkungan, seperti DO, pH, ammonia,nitrit, cemaran, dan produk buangan lainnya. Amonia dan nitrit yang tinggi berpotensi menyebabkan kerusakan jaringan dan membuat ikan lebih rentan terinfeksi. Komposisi pakan yang tidak seimbang juga dapat menimbulkan stress.

    2. Biologi
    Stressor biologi dapat berasal dari tingkat kepadatan yang tinggi dan keberadaan pathogen. Padat tebar yang tinggi akan meningkatkan penularan penyakit virus antar ikan dan memicu stress yang memperparah penularan penyakit.

    3. Fisik
    Stressor fisik berasal dari suhu, cahaya, suara, dan gas terlarut.

    4. Stressor prosedural
    Stressor ini berasal dari manajemen seperti handling, transportasi, grading, dan penanganan penyakit yang kurang bak..

    Gb. Stressor pada ikan (Alex N. Fedoruk - FAO, 1981)


    Kondisi yang membuat ikan rentan mengalami stress

    Ikan budidaya rentan terhadap stress apabila berada dalam kondisi sebagai berikut:

    - padat tebar tinggi

    - kualitas air buruk

    - kelukaan akibat handling yang kasar

    - ketidakcukupan nutrisi

    - sanitasi yang buruk

    Respon ikan terhadap stress
    Respon stress pada ikan tidak jauh berbeda dengan hewan darat. Perbedaan antara keduanya adalah keterlibatan parameter lingkungan perairan. Misalnya saja pada kasus cemaran lingkungan. Ikan memiliki permukaan insang dan kulit yang dapat terpapar langsung oleh cemaran dari air. Stressor dapat mengganggu homeostasis ikan dan kondisi ini harus segera ditangani. Apabila individu dapat menjaga homeostasis pada kondisi stress dengan baik, maka stress dapat tertangani. Namun demikian terdapat indikasi variasi respon stress pada ikan, bergantung pada adaptasi dari tiap ikan, sumber, dampak, lingkungan, dan karakteristik stressor, dan jenis kelamin ikan. Respon stress pada ikan melibatkan reaksi perilaku, neural, hormonal, dan fisiologis. Respon ikan terhadap stressor dari lingkungan terbagi menjadi primer, sekunder, dan tersier.

    Respon primer
    Respon ini dicirikan dengan perubahan system simpatetik-kromaffin dan aksis hipotalamus pituitary-interrenal. Respon ini meliputi respon neuroendokrin awal termasuk pelepasan katekolamin dari jaringan kromaffin sestra stimulasi aksis hipotalamus pituitary-interrenal yang berujung dengan pelepasan hormone stress, sirkulasi katekolamin dan kortisol.

    Respon sekunder
    Respon ini berupa perubahan ion plasma dan jaringan serta kadar metabolic, gambaran hematlogi, dan heat chock atau protein stress (HSPs). Pada respon ini, hormone stress mengaktivasi sejumlah jalur meabolik sehingga terjadi perubahan kimia darah dan hematologic. Plasma glukosa juga dapat digunakan sebagai indicator respon stress sekunder. Glukosa dihasilkan Ketika ikan mengalami stress suplai energi ke jaringan seperti otak, insang, dan otot untuk mengkompensasi peningkatan kebutuhan enerrgi saat darurat.

    Respon tersier
    Respon ini meliputi aspek performa dari populasi seperti pertubuhan, kondisi, ketahanan terhadap penyakit, aktifitas metabolisme,penurunan kapasitas reproduksi, dan kelangsungan hidup.

    Ciri-ciri ikan mengalami stress
    Ikan yang mengalami stress dapat mengalami perubahan fisik. Perubahan ini berbeda-beda antar spesies dan bergantung pada pemicunya. Misalnya pada benih ikan lele (C. gariepinus), stress akibat perubahan kualitas air pada ikan ini akan ditandai dengan perubahan perilaku berenang dalam posisi tegak. Sedangkan stressor limbah pupuk pada ikan lele dan nila mengakibatkan perubahan frekuensi gerakan ekor/operculum atau terdapat peningkatan produksi mucus. Secara laboratoris, ikan yang mengalami stress juga dapat teramati perubahan parameter hematologi dan imunologi. Pada ikan nila (O. niloticus) yang terpapar bahan kimia akan teramati depresi hematopoiesis. Sedangkan pada ikan lele, paparan bahan kimia dapat mengakibatkan pperubahan komponen darah dan kimia jaringan.

    Dampak stress
    Samahalnya seperti respon stress, dampak stress pada ikan pun berbeda-beda, bergantung pada penurunan mekanisme pertahanan tiap ikan, kerusakan sisik dan kulit, serta produksi antibody dan peradangan. Ikan dapat beradaptasi terhadap stress pada waktu tertentu. Namun energi yang disimpan akan menurun perlahan dan terjadi ketidakseimbangan hormonal, system kekebalan menurun dan ikan menjadi rentan terhadap infeksi.

    Pada benih, stress dapat memicu terjadinya kematian sebab pada usia tersebut ikan masih lemah dan rentan terhadap stressor dari luar. Seiring bertambahnya usia, dampak stress pada ikan dapat mengakibatkan

    - Penurunan performa (pertumbuhan lambat)

    - Perubahan parameter leukosit dimana terdapat heterofilia dan lymphocytopenia

    - Ketidaksimbangan reproduksi

    - Peningkatan kerentanan terhadap penyakit

    - Timbulnya kematian

    - Penurunan kualitas daging

    - Kerugian ekonomi.

    Tabel dampak stress pada ikan

    Stadium ikan

    Dampak stress

    benih

    Kematian tinggi

    tokolan

    Kematian tinggi

    juvenil

    Kematian sedang, penurunan pertumbuhan

    dewasa

    Penurunan pertumbuhan, dampak lebih rendah dari juvenil

    indukan

    Tingkat kesuburan menurun


    Penyakit ikan yang berkaitan dengan kondisi stress
    Pada ikan, outbreak penyakit biasanya terjadi mengikuti stress fisiologis dan lingkungan yang menyebabkan virus dapat bereplikasi secara massif atau menular secara horizontal akibat tingginya jumlah virus [1]. Beberapa penyakit viral yang dikaitkan dengan stress antara lain:

    a. CEV (Carp edema Virus) dan KSD (Koi Sleepy Disease)
    Infeksi CEV dapat bersifat subklinis. Dan stress transportasi akan memicu KSD yang sebelumnya ada di ikan yang terinfeksi 

    b. VEN (Viral Erythrocytic Necrosis)
    VEN berkaitan dengan stressor seperti infeksi sekunder, kadar oksigen yang rendah, dan salinitas yang rendah. 

    c. WSIV (White Sturgeon Iridovirus)
    Tingkat keparahan dan kejadian outbreak WSIV ini dipengaruhi adanya stress. 

    d. CCVD (channel Catfish Virus Disease)
    Pada beberapa kasus, CCVD berkaitan dengan stress lingkungan dan kepadatan.

    e. AngHV1 (anguiliid herpervirus 1)
    Outbreak AngHV1 berkaitan dengan faktor stress seperti kualitas air yang buruk dan penyortiran

    f. EED (epizootic epitheliothropic Disease)
    Telah diketahui bahwa EED biasanya terjadi pada musim gugur ketika suhu mendekati 8–10°C dan sering dikaitkan dengan factor pemicu stress seperti fin clipping. 

    g. IPNV (Infectious Pancreatic Necrosis Virus)
    Pada IPNV beberapa strain avirulen dapat menjadi virulen bila ikan dalam kondisi stress. 

    h. VHS (Viral Haemorrhagic Septicaemia)
    Faktor nutrisi, kepadatan, kualitas air, handling yang kasar, atau infeksi patogen dipastikan sebagai stressor umum yang memicu outbreak VHS

    i. ISAV (infectious salmon anemia virus)
    Kondisi stress seperti handling saat sortir, pengobatan, splitting, atau pemindahan keramba dapat memicu outbreak penyakit ini. 

    j. VNN (Viral Nervous Necrosis)
    Penularan VNN secara vertikal dapat meningkat frekuensinya apabila terjadi stress akibat pemijahan berualang 

    Manajemen pengendalian stress pada ikan
    Pengendalian stress pada ikan penting untuk memastikan bahwa ikan dalam kondisi nyaman dan terjamin kesehatannya. Stress yang dikendalikan dengan baik mampu mencegah berkembangnya patogen dan kematian pada ikan. Stress jangka panjang dapat dicegah dengan melakukan pemantauan kualitas air secara rutin. Sedangkan untuk stress jangka pendek dimana dapat menimbulkan dampak besar dapat dicegah dengan menerapkan manajemen saat pemanenan, handling, dan pengiriman.

    a. Pemeliharaan kualitas air
    Kualitas air yang baik akan mencegah penumpukan bahan organic. pH dan DO juga penting untuk selalu dijaga kadarnya.

    b. Padat tebar yang sesuai
    Ikan yang ditebar harus diperhitungkan tidak melebihi daya tampung kolam. Padat tebar terlalu tnggi mengakibatkan ikan harus berebutan dalam mendapatkan pakan dan oksigen, sehingga dapat memicu stress.

    c. Keseimbangan pakan
    Ikan diberikan pakan sesuai kebutuhan nutrisi, spesies, umur, ukuran, dan fungsi reproduksi. Pemberian pakan juga tidak boleh berlebih untuk mencegah menumpuknya kotoran serta produk buangan lainnya.

    d. Sanitasi yang baik
    Pembersihan kolam yang disertai disinfeksi secara berkala atau setelah panen dapat membantu menurunkan jumlah pathogen sehingga potensi stress oleh pathogen berkurang.

    e. Penggunaan anestetika
    Anestetika atau obat bius digunakan untuk meminimalisir stress oleh transportasi, breeding, dan aktifitas lainnya.

    f. Manajemen pegiriman ikan yang baik
    Pengelolaan pengiriman dengan mengatur waktu pengiriman, kondisi kendaraan, dapat membantu menurunkan kematian ikan sebagai dampak stress perjalanan. Saat pemanenan, disarankan untuk meminimalkan kelukaan dan stress dengan menggunakan jaring yang halus. Proses pengiriman ikan harus memperhatikan suhu dan kecukupan oksigen. Pemberian garam 0,1-03ppm dapat membantu menjaga keseimbangan osmotic akibat stress.

    g. Edukasi
    Pemahaman tentang apa saja yang dapat menimbulkan stress diperlukan bagi pembudidaya. Terutama mengenai dampak stress yang mengakibatkan ikan rentan terhadap penyakit, turunnya hasil panen, dan kerugian ekonomi.

    Referensi

    Kibenge, F.S.B. dan Godoy, M.G. (Ed). 2016. Aquaculture Virology. Elsevier: UK

    Bonga, S.E.W. 1997. The stress response in fish. PHYSIOLOGICAL REVIEWS Vol. 77, No. 3, July 1997

    Gabriel, U.U. dan Akinrotimi, O.A. 2011. Management of stress in fish for sustainable aquaculture development. Researcher 3(4)

    Gree,C. dan Haukenes. 2015. The role of stress in fish disease. SRAC Publication no 474.

    Rottman, R.W., R. Francis-Floyd, R. Durborow. 1992. The role of stress in fish disease. SRAC Publication No. 474

    Shreck, C.B., L. Tort, A.P. Farrell, C.J. Brauner. 2016. Biology Of Stress In Fish. Zoe Kruze: Chennai India

    No comments:

    Post a Comment