Hama baik pada kolam maupun tambak dapat ditangani dengan metode fisik maupun kimiawi. Keduanya dapat dilakukan secara bersamaan maupun satu per satu. Diantara metode pengedalian, cara yang paling efektif adalah dengan melakukan pencegahan. Metode ini dilakukan di masa persiapan, sebelum mulai masa tanam.
A. Fisik
Metode ini adalah metode terapan untuk mengeliminasi hama tanpa efek
samping terhadap hewan maupun manusia. Metode ini biasanya dilakukan pada
masa persiapan.
1. Pemasangan filter air/saringan
Filter dipasang bersusun pada pintu masuknya air, umunya untuk hama ikan
dan kepiting. Penyaring di pintu air berupa bilah bambu untuk menghalau
masuknya benih ikan buas. Sedangkan di saluran masuk petakan, filter berupa
waring halus berdiameter 0,5mm. Filter sebaiknya dibuat secara bersusun,
bisa juga berupa kantung yang memudahkan kecepatan aliran air.
2. Pemasangan pagar
Pagar dibuat untuk menghalau kepiting, katak, dan ular. Pagar umumnya
dibuat mengelilingi tambak. Disamping itu, juga dilakukan pemeliharaan
kolam atau tambak dari tanaman yang rimbun. Tanaman-tanaman liar dapat
menjadi tempat persembunyian hama. Beberapa jenis tanaman juga dapat
menjadi sumber makanan bagi hama.
3. Pemasangan bird scary device
Alat ini dapat berupa jaring-jaring atau tali yang dipasang di atas kolam.
Akan tetapi burung tampaknya belajar untuk dapat mengakses kolam melalui
penutup tersebut. Peralatan yang menimbulkan bunyi-bunyian seperti gongs,
klakson, sirine atau bercahaya (flash gun) dapat digunakan untuk
menakut-nakuti burung. Pemasangan kawat yang diberi potongan kain berwarna
atau besi juga dapat membuat burung takut. Kincir angin dengan cermin juga
cukup berhasil namun seiring berjalannya waktu efek keberhasilan berkurang.
Terlebih lagi ada beberapa jenis burung yang aktif di malam hari.
4. Pemasangan jebakan
Jebakan dapat digunakan untuk memberantas hama burung, tikus, biawak,
muskrat, otter, reptil, dan jenis mamalia lainnya. Kepiting juga dapat
dijebak menggunakan umpan ikan lele, rucah, katak,dll. Jebakan harus dibuat
sedemikian rupa sehingga udang yang dipelihara tidak ikut masuk ke dalam
jebakan.
5. Pengeringan kolam/tambak
Metode pengeringan ini cocok digunakan untuk membasmi berbagai hama
terutama telur dan larvanya. Pembasmian hama cacing polychaeta, ikan
predator, dan keong juga dilakukan dengan metode ini. Biasanya saat
sebagian mengering, phenol ditambahkan untuk menghilangkan cacing ini. Lama
pengeringan umumnya 1-3 minggu untuk persiapan. Dasar kolam atau tambak
dibiarkan mengering hingga retak-retak. Apabila masih dijumpai ikan di
dalam lumpur, disarankan untuk diberi air kemudian dikeringkan kembali atau
diberi bahan kimia. Hal ini untuk menghilangkan ikan-ikan penggali.
6. Perbaikan pematang
Pematang diperbaiki dari adanya lubang. Plastik dapat digunakan sebagai
pembatas pematang. Cara ini dilakukan untuk menghalau predator yang masuk
melalui lubang yang dibuat oleh kepiting.
7. Metode manual/ tangkap langsung
Metode manual yang dimaksud adalah menghilangkan hama secara mekanik atau
manual. Cara ini dilakukan apabila hama terlanjur masuk ke kolam dan tidak
memungkinkan untuk menggunakan bahan kimia. Misalnya pada keong, ular,
ikan, udang, katak, kepiting. Alat tangkap yang digunakan dapat berupa
waring, bubu, jala, pancing, dan sebagainya. Tehnik ini dilakukan tiap 1-4
hari sekali.
8. Perbaikan kolam
Kolam yang terbuat dari terpal dan beton relative leih jarang didapati
hama. Hama larva cybister atau yang sering disebut sebagai uncrit sulit untuk dibasmi. Cara penanggulangan yang tepat adalah dengan pencegahan bahan organic menumpuk di sekitar kolam.
B. Kimia
Penggunaan bahan kimia sebagai pembasmi hama lebih menguntungkan dibandingkan menggunakan metode fisik. Disamping lebih efisien, bahan kimia juga dinilai lebih praktis. Bahan yang digunakan dapat berupa racun atau pestisida. Pestisida dapat dikelompokkan menjadi berikut:
- insektisida (membasmi insekta) contoh: DDT, endrin, diazinon, baygon, dll
- piscisida (membasmi ikan) contoh: rotenone, saponin, nikotin, dll
- Avisida (membasmi burung) contoh: avitrol, fenthion
- Fungisida (membasmi jamur) contoh: thiram, ferbam, ziram
- Herbisida (membasmi gulma air) contoh: treflan, 2,4 D, Dichloprop
Di antara jenis pestisida tersebut, bahan dasar kimianya ada yang bersifat sintetis dan alamiah. Pestisida yang alami berasal dari tanaman seperti tembakau (nikotin), biji teh (saponin), akar tuba (rotenone). Penggunaan bahan alami ini lebih aman dan minim efek samping. Rotenon atau akar tuba direkomendasikan untuk digunakan pada masa persiapan. Sebanyak 4-5kg/ha akar tuba dipakai pada air ketinggian 5cm.
Pengedalian hama secara kimia dengan saponin 15ppm digunakan untuk membasmi ikan predator. Sebanyak 12-15kg/ha bubuk tembakau atau 15-18kg/ha saponin dapat digunakan pada kolam setelah pengeringan untuk mengatasi keong. Saponin aman digunakan sebab beracun bagi ikan tanpa mengganggu kehidupan udang. Keefektifan saponin akan berkurang seiring menurunnya salinitas. Akar tuba digunakan untuk membasmi telur ikan buas atau ikan yang jumlahnya cukup besar. Di pasaran akar tuba dijual dalam bentuk serbuk dan dikenal dengan nama tepung derris. Senyawa rotenone yang terkandung dalam akar tuba ini baik digunakan di air tawar dan efektif pada salinitas rendah daripada tinggi. Namun demikian, efek beracunnya juga berdampak pada invertebrata bentos dan zooplankton.
Tabel. Daftar tanaman untuk pembasmi hama dan cara penggunaannyaUntuk tikus, dapat digunakan sodium cyanida 1ppm. Penggunaan pestisida untuk membasmi hama harus benar-benar diperhatikan oleh karena efek residunya.Bahan lain yang dapat digunakan adalah pemberian kapur. Tehnik ini dilakukan untuk memberantas moluska. Cara ini cukup efektif untuk membasmi ikan. Takaran yang digunakan adalah 1000kg/ha (quicklime). Penggunaan pestisida kurang direkomendasikan digunakan pada kolam atau tambak sebab dapat mencemari perairan serta membahayakan ikan dan manusia.
C. Biologis
Pemberatasan hama secara biologis dilakukan oleh jenis-jenis ikan yang
pemakan larva serangga/insekta. Ikan-ikan karnivora dan omnivora menggunakan hama sebagai makanan alami di habitatnya.
D. Pengawasan secara rutin/ Inspeksi
Aktifitas ini dilakukan oleh orang-orang yang berjaga di tambak. Anjing
penjaga juga dapat dilatih untuk melakukan hal ini.
Catatan:
Berdasarkan standar internasional, hama seperti burung, ular, dan biawak
dilarang untuk dibunuh. Disarankan untuk sekedar menakuti saja atau
memperketat pengamanan kolam/tambak.
Asyari. 2006. Peran Serangga Air bagi Ikan air tawar. Bawal 1(2): 12-19
Chichowlaz, S.D . (ed). Aquatic pest control. Nevada State Department of Agriculture
Darmanto. 2016. Pembesaran Ikan Lele Dengan Sapta Usaha Penjualan dengan Bauran Orientasi Strategi untuk Usaha Mikro Kecil Menengah. Deepublish: Yogyakarta
Dominisad, J. Eradication And Control Of Predators And Competitors In Fishponds
Fahmi. 2000. Beberapa Jenis Ikan Pemangsa Ditambak Tradisional Dan Cara Penanganannya. Oseana, Volume XXV, Nomor 1, 2000 : 21 - 30
Farchan, M. dan Mulyono, M. 2011. Dasar-dasar budidaya Perikanan.STP Press: Jakarta Selatan
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan: Jakarta
Tim Penulis PS. 2008.Agribisnis Perikanan Edisi Revisi. Penebar Swadaya: Depok
Pada Tambak Ramah Lingkungan
T.V.R Pillay. 2005. Aquaculture principles and practices, First Indian reprint pp-216-227.
No comments:
Post a Comment