-->

Referensi

    Saturday, 10 July 2021

    Pengendalian Hama perikanan

    Hama baik pada kolam maupun tambak dapat ditangani dengan metode fisik maupun kimiawi. Keduanya dapat dilakukan secara bersamaan maupun satu per satu. Diantara metode pengedalian, cara yang paling efektif adalah dengan melakukan pencegahan. Metode ini dilakukan di masa persiapan, sebelum mulai masa tanam.

    A. Fisik
    Metode ini adalah metode terapan untuk mengeliminasi hama tanpa efek samping terhadap hewan maupun manusia. Metode ini biasanya dilakukan pada masa persiapan.

    1. Pemasangan filter air/saringan
    Filter dipasang bersusun pada pintu masuknya air, umunya untuk hama ikan dan kepiting. Penyaring di pintu air berupa bilah bambu untuk menghalau masuknya benih ikan buas. Sedangkan di saluran masuk petakan, filter berupa waring halus berdiameter 0,5mm. Filter sebaiknya dibuat secara bersusun, bisa juga berupa kantung yang memudahkan kecepatan aliran air.

    2. Pemasangan pagar
    Pagar dibuat untuk menghalau kepiting, katak, dan ular. Pagar umumnya dibuat mengelilingi tambak. Disamping itu, juga dilakukan pemeliharaan kolam atau tambak dari tanaman yang rimbun. Tanaman-tanaman liar dapat menjadi tempat persembunyian hama. Beberapa jenis tanaman juga dapat menjadi sumber makanan bagi hama.

    3. Pemasangan bird scary device
    Alat ini dapat berupa jaring-jaring atau tali yang dipasang di atas kolam. Akan tetapi burung tampaknya belajar untuk dapat mengakses kolam melalui penutup tersebut. Peralatan yang menimbulkan bunyi-bunyian seperti gongs, klakson, sirine atau bercahaya (flash gun) dapat digunakan untuk menakut-nakuti burung. Pemasangan kawat yang diberi potongan kain berwarna atau besi juga dapat membuat burung takut. Kincir angin dengan cermin juga cukup berhasil namun seiring berjalannya waktu efek keberhasilan berkurang. Terlebih lagi ada beberapa jenis burung yang aktif di malam hari.

    4. Pemasangan jebakan
    Jebakan dapat digunakan untuk memberantas hama burung, tikus, biawak, muskrat, otter, reptil, dan jenis mamalia lainnya. Kepiting juga dapat dijebak menggunakan umpan ikan lele, rucah, katak,dll. Jebakan harus dibuat sedemikian rupa sehingga udang yang dipelihara tidak ikut masuk ke dalam jebakan.

    5. Pengeringan kolam/tambak
    Metode pengeringan ini cocok digunakan untuk membasmi berbagai hama terutama telur dan larvanya. Pembasmian hama cacing polychaeta, ikan predator, dan keong juga dilakukan dengan metode ini. Biasanya saat sebagian mengering, phenol ditambahkan untuk menghilangkan cacing ini. Lama pengeringan umumnya 1-3 minggu untuk persiapan. Dasar kolam atau tambak dibiarkan mengering hingga retak-retak. Apabila masih dijumpai ikan di dalam lumpur, disarankan untuk diberi air kemudian dikeringkan kembali atau diberi bahan kimia. Hal ini untuk menghilangkan ikan-ikan penggali.

    6. Perbaikan pematang
    Pematang diperbaiki dari adanya lubang. Plastik dapat digunakan sebagai pembatas pematang. Cara ini dilakukan untuk menghalau predator yang masuk melalui lubang yang dibuat oleh kepiting.

    7. Metode manual/ tangkap langsung
    Metode manual yang dimaksud adalah menghilangkan hama secara mekanik atau manual. Cara ini dilakukan apabila hama terlanjur masuk ke kolam dan tidak memungkinkan untuk menggunakan bahan kimia. Misalnya pada keong, ular, ikan, udang, katak, kepiting. Alat tangkap yang digunakan dapat berupa waring, bubu, jala, pancing, dan sebagainya. Tehnik ini dilakukan tiap 1-4 hari sekali.

    8. Perbaikan kolam
    Kolam yang terbuat dari terpal dan beton relative leih jarang didapati hama. Hama larva cybister atau yang sering disebut sebagai uncrit sulit untuk dibasmi. Cara penanggulangan yang tepat adalah dengan pencegahan bahan organic menumpuk di sekitar kolam.

    B. Kimia

    Penggunaan bahan kimia sebagai pembasmi hama lebih menguntungkan dibandingkan menggunakan metode fisik. Disamping lebih efisien, bahan kimia juga dinilai lebih praktis. Bahan yang digunakan dapat berupa racun atau pestisida. Pestisida dapat dikelompokkan menjadi berikut:

    - insektisida (membasmi insekta) contoh: DDT, endrin, diazinon, baygon, dll

    - piscisida (membasmi ikan) contoh: rotenone, saponin, nikotin, dll

    - Avisida (membasmi burung) contoh: avitrol, fenthion

    - Fungisida (membasmi jamur) contoh: thiram, ferbam, ziram

    - Herbisida (membasmi gulma air) contoh: treflan, 2,4 D, Dichloprop

    Di antara jenis pestisida tersebut, bahan dasar kimianya ada yang bersifat sintetis dan alamiah. Pestisida yang alami berasal dari tanaman seperti tembakau (nikotin), biji teh (saponin), akar tuba (rotenone). Penggunaan bahan alami ini lebih aman dan minim efek samping. Rotenon atau akar tuba direkomendasikan untuk digunakan pada masa persiapan. Sebanyak 4-5kg/ha akar tuba dipakai pada air ketinggian 5cm.

    Pengedalian hama secara kimia dengan saponin 15ppm digunakan untuk membasmi ikan predator. Sebanyak 12-15kg/ha bubuk tembakau atau 15-18kg/ha saponin dapat digunakan pada kolam setelah pengeringan untuk mengatasi keong. Saponin aman digunakan sebab beracun bagi ikan tanpa mengganggu kehidupan udang. Keefektifan saponin akan berkurang seiring menurunnya salinitas. Akar tuba digunakan untuk membasmi telur ikan buas atau ikan yang jumlahnya cukup besar. Di pasaran akar tuba dijual dalam bentuk serbuk dan dikenal dengan nama tepung derris. Senyawa rotenone yang terkandung dalam akar tuba ini baik digunakan di air tawar dan efektif pada salinitas rendah daripada tinggi. Namun demikian, efek beracunnya juga berdampak pada invertebrata bentos dan zooplankton.

    Tabel. Daftar tanaman untuk pembasmi hama dan cara penggunaannya

    Kesehatan Biota Air  (2013), Gusrina (2008)

    Hama krustasea seperti kepiting dapat diberantas dengan abu sekam, karbit (calcium carbide) atau tembakau, dan bahan lainnya. Bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam lubang kepiting dan diberi air. Penggunaan senyawa hidrocarbon chlorin (BHC, DDT, endrin, chlordan, gamma BHC, dll) kurang direkomendasikan sebab menimbulkan efek residu. Ikan yang dibasmi dengan senyawa ini tidak boleh dimakan oleh manusia dan hewan sebab dapat menimbulkan efek kematian. Hama seperti serangga notonceta dapat diberantas dengan menuangkan minyak tanah ke permukaan air sebanyak 500ml/100m2.

    Untuk tikus, dapat digunakan sodium cyanida 1ppm. Penggunaan pestisida untuk membasmi hama harus benar-benar diperhatikan oleh karena efek residunya.Bahan lain yang dapat digunakan adalah pemberian kapur. Tehnik ini dilakukan untuk memberantas moluska. Cara ini cukup efektif untuk membasmi ikan. Takaran yang digunakan adalah 1000kg/ha (quicklime). Penggunaan pestisida kurang direkomendasikan digunakan pada kolam atau tambak sebab dapat mencemari perairan serta membahayakan ikan dan manusia.

    C. Biologis
    Pemberatasan hama secara biologis dilakukan oleh jenis-jenis ikan yang pemakan larva serangga/insekta. Ikan-ikan karnivora dan omnivora menggunakan hama sebagai makanan alami di habitatnya.

    D. Pengawasan secara rutin/ Inspeksi
    Aktifitas ini dilakukan oleh orang-orang yang berjaga di tambak. Anjing penjaga juga dapat dilatih untuk melakukan hal ini.

    Catatan:
    Berdasarkan standar internasional, hama seperti burung, ular, dan biawak dilarang untuk dibunuh. Disarankan untuk sekedar menakuti saja atau memperketat pengamanan kolam/tambak.

    Referensi

    Anonim. 2011. Materi Budidaya Ikan Gurami (Osphronemus gourami). Pusat Penyuluhan perikanan dan kelautan.

    Asyari. 2006. Peran Serangga Air bagi Ikan air tawar. Bawal 1(2): 12-19

    Chichowlaz, S.D . (ed). Aquatic pest control. Nevada State Department of Agriculture

    Darmanto. 2016. Pembesaran Ikan Lele Dengan Sapta Usaha Penjualan dengan Bauran Orientasi Strategi untuk Usaha Mikro Kecil Menengah. Deepublish: Yogyakarta

    Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. 2013. Paket Keahlian: Budidaya Kekerangan Kesehatan Biota Air.

    Dominisad, J. Eradication And Control Of Predators And Competitors In Fishponds

    Fahmi. 2000. Beberapa Jenis Ikan Pemangsa Ditambak Tradisional Dan Cara Penanganannya. Oseana, Volume XXV, Nomor 1, 2000 : 21 - 30

    Farchan, M. dan Mulyono, M. 2011. Dasar-dasar budidaya Perikanan.STP Press: Jakarta Selatan

    Gusrina. 2008. Budidaya Ikan untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan: Jakarta

    Indiana Department of Natural Resurces & Indianan Division of Fish and Wildlife. Indiana Fish Pond Management.
    Taslihan, A. dan Sunaryanto. Pest And Disease Management In P. Monodon Culture. Proceedings of the shrimp culture industry workshop

    Tim Penulis PS. 2008.Agribisnis Perikanan Edisi Revisi. Penebar Swadaya: Depok

    Tim Perikanan WWF Indonesia. 2014. Better Management Practices Seri Panduan Perikanan Skala Kecil Budidaya Ikan Bandeng (Chanos Chanos). WWF Indonesia

    Pada Tambak Ramah Lingkungan

    T.V.R Pillay. 2005. Aquaculture principles and practices, First Indian reprint pp-216-227.






    No comments:

    Post a Comment