Hama adalah organisme yang keberadaannya dapat mengganggu produktifitas sebab dapat mengurangi jumlah organisme budidaya, berkompetisi dalam menggunakan energi, dan merusak sarana. Pada budidaya udang, keberadaan hama sangat berbahaya sebab dapat menjadi karier (pembawa) beberapa penyakit virus penting seperti WSSV. Hama pada budidaya udang dapat ditemukan baik di hatcheri maupun tambak. Secara umum, hama pada udang terbagi menjadi tiga jenis yaitu:
1. Predator
Predator adalah hama yang mengganggu dengan memangsa udang sehingga
mengurangi jumlah stok udang yang dibudidayakan. Udang umur pemeliharaan
1-2 bulan rentan terhadap serangan hama ini. Predator yang berukuran lebih
besar akan mudah untuk memangsa udang yang pada umur tersebut masih lemah.
Hama predator juga dapat bertindak sebagai kompetitor dengan mengambil
ruang dan berebut oksigen. Hama yang merupakan predator udang yaitu
a. Ikan
Ikan yang termasuk jenis hama udang adalah ikan karnivora seperti kakap,
ikan kerong-kerong (Therapon jarbua), ten pounders/payus (Elops
hawaiensis), bulan-bulan (Megalops cyprinoides), groupers (Epinephelus
tetradactylum) dan barracudas (Sphyraena sp.), gerot-gerot (Pomadasys
hasta), kuro (Eleuthronema tetradactylum), lundu (Arius maculatus), gabus
(Ophiocephalus striatus)
b. Krustasea
Krustasea yang paling sering dijumpai sebagai hama di tambak adalah
kepiting (Famili portunidae).
c. Reptil
Ular air seperti ular kadut (Cerberus rhynchops), Fordonia leobalia,
d. Burung
Burung pecuk (Phalacrocorax javanicus), burung blekok (Ardeola rallaoides
speciosa), burung bango (Leptotilus javanicus), bangau hitam (Ciconidae), Belibis (Anatidae),
platuk besi (Plegagidae)
e. Amfibi (katak)
Katak hijau (Rana sp)
f. Mamalia
Lingsang (Prionodon gracilis), manusia, otter
g. Insekta
2. Kompetitor/Penyaing
Udang liar dikategorikan sebagai hama sebab dapat berkompetisi untuk
mendapatkan makanan, oksigen, dan ruang untuk hidup. Akibatnya udang yang
dibudidayakan akan kekurangan pakan. Ikan yang termasuk dalam jenis
kompetitor adalah mullet, nila, bandeng, kepala timah (Aplocheilus
panchax), kiper (Scatophagus argus), ikan belanak (Mugil sp), mujair.
Disamping itu ada kelompok siput, cacing polychaeta (Dendronereis sp),
larva Chironomid yang berkompetisi mendapatkan makanan pada tambak. Siput
yang termasuk kelompok ini adalah trisipan (Cerithidea cingulata) dan
congcong (Telescopium telescopium).Terdapat pula jenis udang mysid atau
jambret (Mesopodopsis sp), udang putih (Penaeus merguiensis), udang api-api
(Metapenaeus monoceros) yang berkompetisi mendapatkan suplai oksigen dan
makanan.
3. Perusak sarana/ Pengganggu
Hama destruktif ini dapat menghancurkan sarana tambak dengan membuat lubang
sehingga timbul kebocoran pematang. Papan pengukur tinggi air juga dapat
hancur oleh hama ini. Keong jenis cerithid sebenarnya bermanfaat di tambak,
namun bila jumlahnya berlebih dapat menghancurkan dasar tambak. Tanah yang
hancur disertai dengan munculnya klekap mengakibatkan gas sulfida
dilepaskan dari dasar tambak. Gas ini akan mencemari air. Kepiting lumpur
(mud crab Scylla serrata), remis (Teredo novalis), dan burrowing shrimp
(Thallasina) merupakan hama penghancur berbahaya yang menggali lubang.
Akibatnya volume sulit dipertahankan, hama lain mudah masuk, dan udang
dapat hilang dari tambak.
Penanganan hama pada budidaya udang meliputi Tindakan secara fisik maupun kimiawi. Berikut adalah beberapa metode penanganan hama pada budidaya udang menurut FAO Manual On Pond Culture Of Penaeid Shrimp
Referensi
Fahmi. 2000. Beberapa Jenis Ikan Pemangsa Ditambak Tradisional Dan Cara Penanganannya. Oseana, Farchan, M. dan Mulyono, M. 2011. Dasar-dasar budidaya Perikanan.STP Press: Jakarta Selatan
Taslihan, A. dan Sunaryanto. Pest And Disease Management In P. Monodon Culture. FAO
T.V.R Pillay. 2005. Aquaculture principles and practices, First Indian reprint pp-216-227.
Varikul, V. 1985. Shrimp Culture. The Secretariat Southeast Asina Fisheries Development Center
www.fao.org/3/ac006e/AC006E09.htm
No comments:
Post a Comment