Nama lain: -
Etiologi/
penyebab
Tidak
ada seorangpun yang mampu mendefinisikan secara pasti penyebab dari ulcer hanya
dengan pengamatan makroskopis. Semua penyebab dapat terjadi secara bersamaan
sehingga penentuan penyebab utama sulit dilakukan [11]. Ulcer pada ikan air
tawar sebagian besar timbul akibat penyakit Epizootic Ulcerative Syndrome
(EUS), septicaemia disease, busuk ekor dan sirip, busuk insang, dropsy, jamur,
parasit [1].
Agen infeksius
a. Jamur
Gambaran
ulcer yang disebabkan oleh EUS sulit dideskripsikan dan ditentukan penyebabnya
dengan melihat lukanya. Pada studi, jamur Aphanomyces
sp., Saprolegnia sp., dan Achlya sp terisolasi dari ikan yang
memilki ulcer [2].
b. Bakteri
Bakteri
Aeromonas, Pseudomonas, dan Edwardsiella terlibat pada kasus ulcer
yang disebakan oleh EUS [2]. Pada studi oleh Majumder et al (2001), ditemukan
bahwa bakteri Aeromonas hydrophila berperan
penting dalam menimbulkan lesi tipe ulcer pada ikan [3]. Sedangkan pada studi
lainnya mengindikasikan keterkaitan bakteri Vibrio
sebagai penyebab ulcer pada flatfish [10]. Pada ikan salmon, terdapat suatu
penyakit yang disebut Winter ulcer
disease pada hatcheri yang menggunakan air laut [8]. Penyakit ini
disebabkan oleh Moritella viscosa [7].
Penyakit ini muncul pada saat suhu rendah di musim dingin [8].
c. Parasit
Ulcerasi
juga dapat disebabkan oleh parasit seperti Argulus, Lernaea, Lepeophteirus
salmonis, Caligus elongatus [4, 6]. Parasit kelompok protozoa yakni Kudoa sp banyak didiagnosa pada kasus
dermatitis ikan [12].
d. Virus
Kelompok
rhbdovirus terlibat pada banyak kejadian ulcerative syndrome ikan [13].
B. Non infeksius
a. Toksin
Ulcer
pada kulit ikan dapat menjadi suatu indikator adanya cemaran atau stress
lingkungan. Ulcer yang bersifat endemik, pada banyak studi berkaitan dengan
adanya xenobiotik dan biotoksin. Salah satu penghasil toksin yang dikaitkan
dengan ulcer adalah dinoflagellata Pfiesteria [4].
b. Fisik,
imunologis, nutrisi, dan metabolik
Hipoksia
yang berlangsung secara kronis akan memicu dampak seperti imunosupresi, stress,
peningkatan hormon atau lesi ulceratif kulit. Hipoksia kronis menyebabkan ulcer
secara langsung akibat hilangnya fosforilasi oksidatif seluler [14]. Adanya
tingkat kepadatan yang tinggi juga akan memicu stress dan meningkatkan resiko
kelukaan secara fisik maupun predasi sehingga penyakit infeksius akan cepat
menyebar [12]. Perubahan kualitas air secara mendadak seperti suhu atau pH atau
arus cemaran antropogenik dapat memicu kerusakan pada sel. Perubahan mendadak
pada kualitas air, perubahan fisiologis, dan penurunan status nutrisi
berkontribusi terhadap perubahan lapisan mukus kulit yang mana bekerja sebagai
pertahanan pertama ikan dari perubahan lingkungan [12]. Pada kasus lain, sengatan
dari ubur-ubur pada ikan salmon yang tidak parah dapat menimbulkan ulcer dan infeksi
sekunder. Sedangkan sengatan yang cukup serius dapat mengakibatkan kematian
[6]. Disamping disebabkan oleh patogen maupun organisme lainnya, ulcer juga
dapat disebabkan oleh adanya jeratan, gesekan, ataupun gigitan [11].
Hospes
Ikan
air tawar dan laut
Epizootiologi
Kejadian penyakit ulcer ini berkisar antara
0-100% di perairan umum [3].
Faktor pendukung
Peningkatan kasus ulcer berhubungan langsung
dengan kontak dari toksin atau secara tidak langsung melalui perubahan
lingkungan seperti pH dan suhu. Adanya virus lymphocystis juga dapat memicu
ulcer dari munculnya infeksi sekunder [4]. Pada penyakit winter
ulcer disease, permasalahan osmoregulasi berkaitan dengan ulcer pada suhu
rendah [6].
Gejala Klinis
Lesi ulcer digambarkan sebagai lesi hemoragi pada permukaan kulit [3]. Bentuk
lesi secara makroskopis boleh jadi serupa meskipun agen penyebabnya berbeda [4]. Dilihat dari bentuknya, ulcer memiliki dua bentuk. Ulcer yang asal
penyebabnya dari eksternal (outside-in), memiliki dasar sempit. Sedangkan ulcer
yang muncul sebagai lesi yang berasal di bawah permukaan (inside-out) memiliki
dasar yang lebar (lihat gambar) [12] Gejala lainnya berbeda-beda, bergantung
jenis patogen yang terlibat. Pada lesi
yang disebabkan oleh kutu laut (sea lice)
dapat terlokalisir atau meluas, bergantung pada ukuran ikan, mobilitas, dan
jumlah parasit [6].
Perubahan patologi
Pada pemeriksaan histopatologi, lesi granuloma dengan hifa jamur menciri
pada kasus ulcer yang disebabkan oleh EUS
[5].
Metode Diagnosa
Diagnosa penyebab ulcer dilakukan secara
komprehensif. Isolasi dan identifikasi bakteri dan jamur dibutuhkan untuk
menentukan jenis patogen yang terlibat. Uji patogenesitas bakteri dan jamur
yang diperoleh dilakukan untuk mengetahui gambaran lesi yang dihasilkan.
Pemeriksaan histopatologi diperlukan untuk melihat lebih jauh lesi pada
jaringan [5].
Diagnosa
banding
Diagnosa banding yang umum untuk ulcer adalah agen
infeksius, toksin, fisik, imunologi, nutrisi, dan metabolik [12].
Pencegahan dan Pengendalian
Aplikasi
garam dan pengapuran dirasa sangat membantu mengurangi keparahan dari ulcer.
Aplikasi keduanya juga efektif digunakan sebagai pencegahan [2]. Pada winter ulcer disease salmon, pengobatan
dengan antimikrobial tidak selalu efektif. Hal ini disebabkan oleh suhu
lingkungan yang rendah dan nafsu makan ikan yang tidak ada. Vaksin untuk
penyakit ini telah tersedia, namun belum terekam keefektifannya [9]. Penyakit
ini akan menghilang seiring peningkatan suhu di atas 10oC [6]. Untuk mencegah
kasus ulcer, kualitas air budidaya sebagiknya selalu terkontrol [12]. Pada ikan
salmon yang mengalami ulcer akibat sea
lice, penggunaan ikan pembersih
seperti ballan wrasse (Labrus berggylta), goldsinny wrasse (Ctenolabrus
rupestris), sea patridge (Symphodus melops), rock cock (Centrolabrus exoletus)
cukup efektif. Namun spesies ini berpotensi menyerang salmon saat jaring sudah
bersih dari kutu. Pada ulcer yang disebabkan oleh ubur-ubur, pencegahan terbaik
adalah dengan pengaturan keramba agar ubur-ubur tidak masuk ke dalamnya [6].
Referensi
- Chowdhury, M.B.R. 1997. Bacterial involvement in fish disease in Bangladesh. The paper presented at the International Symposium on Disease in Marine Aquaculture October 3-6, 1997. Hiroshima, Japan, Abstract: III-2: 24
- Chowdury, M.B.K., M. Muniruzzaman., U.A. Zahura, K.Z.A Habib, & M.D. Khatun. 2003. Ulcer type of disease in the fishes of small-scale farmer’s pond in Bangladesh. Pakistan Journal pf Biological Science 6(6):540-550
- Majumder, B., M.G.A. Sarker, M.H. Khan, & M.B.R. Chowdhury. 2001. Incidence of ulcer type of disease in wild fishes of Bangladesh. Bangladesh J.fish. Res 5(2): 163-168
- Noga, E.J. 2000. Review Article Skin Ulcers in Fish: Pfiesteria and Other Etiologies. Toxicologic Pathology 28(6):807-823
- Muniruzzaman, M. & Chowdhury, M.B.R. 2006. Isolation of pathpgens causing ulcer disease in farmed and wild fishes of Mymensingh. J. Bangladesh Agril. Univ. 4(2):32-332
- Torud, B. & Hastein, Tore. 2008. Skin lesions in fish: causes and solutions. Acta Veterinaria Scandinavica 50 (Suppl I): S7
- Benediktsdottir E, Verdonck L, Sproer C, Helgason S, Swings J. 2000. Characterisation of Vibrio viscosus and Vibrio woodanis isolated at different geographical locations: a proposal for reclassification of Vibrio viscosus as Moritella viscosa. comb nov Int J System Evol Microbiol 50:479-488.
- Lunder T, Evensen, Holstad G, Håstein T. 1995. Winter ulcer» in the Atlantic salmon Salmo salar. Pathological and bacteriological investigations and transmission experiments. Dis Aquat Org 23:39-49
- Håstein T, Gudding R, Evensen. 2005. Bacterial vaccines for fish – an update of the current situation world wide. In Progress in Fish Vaccinology, Dev Biol Volume 121. Edited by: Midtlyng PJ. Basel, Karger 55-74
- Robohm, R.A. & Brown, C. 1978.A new bacterium (presumptive Vibrio species) causing ulcers in faltfish. Marine fisheries review 5-7pp
- United States Environmental Protection Agency. 1999. What you should know about fish lesion. EPA
- Law, M. 2000. Differential Diagnosis of Ulcerative Lesion in fish. Environmental Health Perspectives 109: 681-686
- Sindermann CJ. 1988. Epizootic ulcerative syndromes in coastal/ estuarine fish. In: NOAA Technical Memorandum NMFS-F/NEC- 54. Woods Hole, MA:Northeast Fisheries Center
- Noga EJ. 2000. Skin ulcers in fish: Pfiesteria and other etiologies. Toxicol Pathol 28:807–823
No comments:
Post a Comment