Bivalvia
merupakan salah satu spesies filter feeder di laut disamping spesies herring,
teritip, rebon, dan paus baleen. Bivalvia mampu bekerja sebagai penyaring
estuarina, menjernihkan perairan pantai, dan menghilangan nitrogen serta
nutrien yang berasal dari perairan eutrofik. Kebanyakan bivalvia yang
dibudidayakan mampu menyaring partikel air 1-4 L/jam/individu. Bivalvia
menyaring partikel sesuai dengan nilai nutrisinya, memakan partikel tersebut
lalu dilepaskan sebagai kotoran berselaput mukus (pseudofeses). Partikel yang
tersuspensi, fitoplankton dan detritus mampu difilter bivalvia. Bivalvia mampu
mensuspensi bahan berukuran antara 1-7 mikron, bergantung spesies dan
dikeluarkan dalam bentuk pelet besar berukuran 500-3000 mikron. Oleh karena
kemampuan bivalvia inilah, bivalvia berpotensi digunakan sebagai penjernih air,
mengendalikan fitoplankton, dan meningkatkan pencahayaan dalam air.
Bivalvia memiliki makanan utama berupa mikroalgae ditambah
zat organik terlarut dan bakteri. Namun pada studi terbaru memperlihatkan bahwa
fitoplankton bukanlah makanan utama melainkan bakteri, detritus, zooplankton,
dan larva bivalvia. Untuk mendapatkan
makanan, bivalvia bekerja dengan cara menyaring plankton di perairan. Proses filter feeder bivalvia diperoleh dari
kombinasi mekanisme tiga tipe cilia pada filamen insang.
Makanan diperoleh dengan memompa air melalui rongga mantel.
Makanan kemudian disaring dengan cilia yang terdapat pada labial palp. Beberapa
bivalvia memiliki kemampuan untuk menyeleksi partikel berdasarkan ukuran,
bentuk, nilai nutrisi, atau komponen kimia di permukaan partikel. Akan tetapi
cara untuk melakukan hal tersebut masih perlu studi lebih lanjut. Setelah
proses ini, beberapa partikel yang tidak dicerna akan dibuang sebagai
pseudofeces. Partikel makanan lainnya akan dibawa melalui esofagus menuju
lambung dimana proses pencernaan secara mekanik dan enzimatik berlangsung. Di
lambung, partikel kembali diseleksi dimana partikel ringan masuk ke diverticulum digestivum lalu melanjut ke
digesti intraseluler. Partikel yang tinggal dibawa ke interstine lalu ke midgut
dimana akan dicampur dengan partikel yang tidak dicerna untuk kemudian dibentuk
feses dan dibuang melalui anus atau lubang pengeluaran.
Dengan
demikian, ketika bivalvia mulai makan, setidaknya ada 4 proses yang akan
terjadi pada makanan tersebut
a.
Bergabung menjadi jaringan lunak atau cangkang
b.
Dikeluarkan sebagai pseudofeses sebelum dicerna
c.
Dikeluarkan sebagai feses setelah dimakan dan dicerna
d. Dikeluarkan
sebagai amonia dalam air
Bersamaan
dengan proses memakan, berbagai toksin ataupun cemaran ikut terbawa masuk ke
dalam tubuh kerang. Keberadaan cemaran mengganggu bivalvia dengan meningkatkan
produksi mukus insang untuk mengikat cemaran tersebut. Tingginya jumlah mukus
akan menutupi permukaan insang dan mengakibatkan kemampuan respirasi serta
filtrasi menurun. Akibatnya kadar oksigen dan makanan yang mampu diserap kerang
berkurang. Keberadaan cemaran juga dapat
mengganggu filtrasi makanan sehingga memungkinkan untuk terjadi penurunan
pertumbuhan bahkan dapat memicu kematian. Dalam lingkungan yang tercemar oleh
logam berat, sebenarnya bivalvia memiliki kemampuan bertahan dengan
mendetoksifikasi melalui sintesis metallothionein. Apabila kadar logam berat
meningkat tajam, kemampuan sintesis metallothionein akan mencapai titik
tertinggi.
Bivalvia dan eutrofikasi
Eutrofikasi
merupakan suatu kondisi pembalikan kolom air dimana terjadi ledakan plankton
yang mempengaruhi warna air. Tak jarang, plankton-plankton tersebut merupakan
jenis yang memiliki toksin yang membahayakan manusia. Dalam kaitannya dengan
eutrofikasi, bivalvia berperan penting dalam mengendalikan fitoplankton dengan
membantu mengembalikan nitrogen ke atmosfer sebagai gas nitrogen inert. Hal ini
berkaitan dengan kemampuan bivalvia menyaring air dalam jumlah besar secara
cepat. Kecepatan filtrasi pada bivalvia bergantung pada ukuran, suhu, kondisi
fisiologis dan kualitas serta kuantitas partikel tersuspensi.
Bivalvia dan bioremediator
Beberapa
jenis bivalvia dapat digunakan sebagai bioremediator. Tiram mampu mengendalikan
cemaran logam berat seperti timbal, cuprum, zinc, besi, organopolutan seperti
PB dan petroleum hidrocarbon dimana material tersebut terakumulasi dalam
daging. Tiram juga dikenal dapat digunakan sebagai filter alami untuk
membersihkan bakteri, virus, protozoa dari produk buangan manusia dan hewan.
Akumulasi dari hasil filtrasi terdapat di otot dan cangkang. Dalam upaya mengurangi patogen, patogen yang berada
dalam air akan dimakan oleh bivalvia dan dikeluarkan dalam bentuk pseudofeses.
Atau bila patogen berhasil mereplikasi diri, maka bivalvia dapat bertindak
sebagai reservoir aktif.
Refrensi terkait
Arapov,
J., D. Ezgeta–Bali, M. Peharda, Nincevic
Gladan. 2010. Bivalve Feeding — How And What They Eat?. Ribarstvo, 68(3):
105—116
Burgem
C.A., C.J. Closek, C.S. Friedman, M.L. Groner, C.M. Jenkins, A. Shore-Maggio,
J.E. Welsh. 2016. The Use of Filter-feeders to Manage Disease in a Changing
World. Integrative and Comparative Biology 56:4
Dame,
R.F. 1996. Ecology of Marine Bivalves: An Ecosystem Approach. CRC Press:
Florida
Gallardi,
D. 2014. Effects of Bivalve Aquaculture on the Environment and Their Possible
Mitigation:
A Review. Fish Aquac J 5:3
Rice,
M.A. Environmental Impacts of Shellfish Aquaculture: Filter Feeding to Control
Eutrophication
Sibbald,J.H.
1986. Strange Eating Habits of Sea Creatures. Dillon Press
Suryono,
C.A. 2006. Kecepatan Filtrasi Kerang Hijau Perna viridis terhadap Skeletonema
sp pada Media Tercemar Logam Berat Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu). Ilmu Kelautan
11 (3) : 153 - 157
No comments:
Post a Comment