Etiologi/ penyebab:
Katarak merupakan salah satu gangguan yang sering
dijumpai pada ikan. Katarak berkaitan dengan opasitas lensa atau kapsula lensa
yang menghubungkan abnormalitas sebaran cahaya mealui lensa dan menyebabkan
berkurangnya penglihatan hingga kebutaan [6]. Berdasarkan penyakit, katarak
terbagi menjadi dua, primer dan sekunder. Pada katarak primer, gejala utama
hanyalah adanya opasitas lensa. Katarak primer umumnya disebabkan oleh
berkurangnya penglihatan pada ikan di kolam pembesaran dan lebih banyak
dipelajari terdapat pada salmon. Sedangkan katarak sekunder disebabkan oleh
adanya penyakit intraokuler. Faktor penyebab katarak dapat bersifat permanen
atau sementara. Jika penyebab utama dihilangkan, serabut korteks tumbuh di sisi
lensa. Cincin perifer jaringan lensa normal terbentuk di sekeliling perubahan
katarak yang menekan ke tengah lensa [11]
Hospes semua ikan rentan terhadap katarak, bergantung
pada etiologinya [9]
Epizootiologi:
Meskipun katarak tidak menimbulkan kematian pada
ikan, namun mempengaruhi pertumbuhan karena menurunkan kemampuan melihat pada
saat makan[2].
Faktor pendukung
Katarak pada ikan berkaitan dengan hal-hal
berikut: [3], [5], [6], [7], [9], [10]
- Defisiensi nutrisi (pakan yang busuk dan
pertumbuhan yang cepat).
- defisiensi zinc
- Kadar abu, kalsium, dan fosfor yang berlebihan
- Defisiensi vitamin A, riboflavin
- Defisiensi asam amino methionin,
histidin
- Anomali Genetik
Katarak yang bersifat idiopatik dapat berupa
katarak osmotik dan permanen. Katarak osmotik berkaitan dengan perubahan
lingkungan yang cepat akibat gangguan pada osmoregulasi, namun katarak ini
dapat sembuh kembai. Katarak permanen terjadi pada ikan salmon usia muda
setelah dipindahkan ke air laut. Katarak ini berkaitan dengan meningkatnya
suhu, pertumbuhan yang cepat, dan status nutrisi [5].
- infestasi parasit metacestoda G.
Squali, Diplostomum sp
- Gas Bubble disease
- MAS
- Ocular trauma
- Infeksi seperti streptoccosis
- Faktor lingkungan yang berkaitan dengan katarak
adalah kualitas air yang buruk, toksikan, suhu air yang rendah,
ketidakseimbangan osmosis
- Stres fisiologis dan trauma
- Bahan kimia seperti obat dan kontaminan
- Radiasi UV. Radiasi akan mengoksidasi kristalin lensa dan
menimbulkan agregasi protein
Gejala Klinis
Katarak pada ikan, secara tampilan kerap berupa mata
yang “opaq” atau “cloudy” berkabut [4]. Katarak bermula
dari gangguan susunan serabut lensa atau perubahan konformasi atay kapasitas
mengikat air dari protein lensa [6]. Gejala uveitis dapat terlihat pada ikan
yang menderita katarak akut. Hal ini ditadai dengan neovaskularisasi iris,
ruptur pembuluh darah permukan iris, hyphaema, iris menghitam, dan miosis
ringan. Katarak yang berlangsung lamban dapat terjadi, namun pada akhirnya juga
mengakibatkan opasitas lensa. Kebanyakan katarak bersifat bilateral, meskipun
diawali dari satu mata [11]. Secara perilaku, ikan kurang respon terhadap
predator, bayangan atau gerakan. Ikan juga dapat kehilangan berat badan akibat
kesulitan makan atau berkompetisi mendapatkan makanan [9].
Secara histologi, katarak dapat terlihat sebagai
degenerasi hidropik pada lensa, lisisnya serabut, hiperplasia epitel, dan
migrasi intralenticular epitel permukaan [9]. Selama perkembangan cepat
katarak, lensa menarik air dan menyebabkan degenerasi morgagnial cortical dan
membentuk “globulu morgagnial”. Hal ini akan menyebabkan pembengkakan jaringan
dalam kantung capsular, yang mana akan ruptur ke bagian posterior, yang menekan
nukleus lensa ke bagian posterior mata [11]. Abnormalitas lensa pada ikan,
sebagaimana yang dijelaskan oleh Watanabe dan Yamada (1980), terbagi menjadii 4
tipe [1]
Tipe I. Kolaps serabut lensa pada korteks anterior
Pada tipe ini, abnormalitas dijumpai pada epitel di
bagian anterior. Proliferasi epitel terbentuk dan masuk ke lapisan serabut dan
kapsula. Sel –sel yang berproliferasi berbentuk bulat atau oval. Lensa pada
kelainan tipe ini memiliki kapsula lensa yang membengkak dan heterogen
Tipe II. Kolaps sebagian serabut lensa pada bagian
yang lebih dalam dari kutub anterior.
Area yang tedampak pada tipe ini lebih sempit
sebab hanya terjadi pada bagian anterior nukleus lensa. Tipe ini tidak memiliki
absonrmalitas epitel atau serabut, namun terkadang dijumpai pembengkakan
kapsul. Gangguan tipe I dan II selalu digambarkan opaq.
Tipe III. Gangguan serabut lensa pada korteks
posterior.
Stadium awal abnormalitas ini adalah serabut
lapisan korteks yang menjadi longgar dan kehilangan afinitasnya terhadap
pewarna hematoksilin. Massa homogen terwarnai sedikit yang kadang masuk ke
bagian terluar area terdampak.
Tipe IV. Bertambahnya ketebalan atau kolaps dari
lapisan hyalin di kutub anterior.
Pada tipe ini tidak terdapat perubahan pada epitel
dan serabut lensa. Gangguan tipe III dan IV tidak selalu opaq.
Diagnosa banding
Ruptur parsial sudut posterior dengan tekanan
material lensa pada ikan cod yang mengalami katarak (pixt credit to Fergusson,
2006)
|
Penting adanya untuk membedakan antara katarak
dengan edema kornea atau opasitas kornea yang menyebabkan mata berkabut.
Katarak tidak seharusnya dibiaskan dengan adanya opasitas postmortem [9].
Metode Diagnosa
Secara visual katarak mudah diamati bersamaan
dengan berkurangnya penglihatan satu atau kedua mata [9]. Opthalmoscope
portable dapat digunakan untuk memeriksa struktur intraocular dan retina [12].
Pencegahan dan Pengendalian
Pengendalian katarak bergantung pada etiologinya
dibarengi dengan nutrisi dan pakan yang cukup dan mengandung vitamin A, serta
mengeliminasi hospes intermedier parasit. Paa ikan hias, beberapa prosedur
pembedahan dapat dilakukan untuk mengambil lensa atau mengambil/mengganti
seluruh lensa untuk alasan kosmetik [9].
Referensi
1. Watanabe, Y. Dan Yamada, J. 1980. Histological
Charateristics of Cataractous Eye Lenses in Cultured Masu Salmon. Bull Fac Fish
Hokkaido Univ 31(4): 290-296
2. Hosoe, S. dan Tashiro, F. 1979. Studeies on The
Cataracta in Salmonid Fish-II. Influence of Cataracta on The growth of Amago salmon. Rep Gifu Pref. Fish. Exp
Station 24:51-54
3. Woo,
P.T.K., D.W. Bruno, L.H. Susan Lim (Ed). 2002. Diseases and Disorders of
Finfish in Cage Culture. CABInternational: Wallingford
4. Smith, S.B., A.P. Donahue, R.J. Lipkin, V.S.
Blazer, C.J. Schmitt, R.W. Goede. 2002. Illustrated Field Guide for Assessing
External and Internal Anomalies in Fish. Information and Technology Report
USGS/BRD/ITR-2002-0007
5. Noga, E J. 2010. Fish disease : diagnosis and
treatment / Second Edition. Blackwell Publishing
6. Leatherland, J.F. dan Woo,
P.T.K. 2010. Fish Diseases and Disorders, Volume 2: Non-infectious Disorders, Second
Edition. CAB International: Wallingford
7. Woo, P.T.K dan Bruno, D.W (Ed). 2011.
Fish Diseases and Disorders, Volume 3: Viral, bacterial and Fungal Infections 2nd Edition.
CABi: UK
8. Woo, P.T.K. dan Cipriano, R.C
(Ed). 2017. Fish Viruses and Bacteria: Pathobiology and Protection. CAB
International: UK
9. Smith, S.A
(Ed). 2019. Fish Disease and Medicine. CRC Press: Boca Raton
10. Roberts, R.J (Ed). 2012. Fish Pathology 4th Ed. Wiley-Blackwell: UK
11. Fergusson, F.W. (ed). 2006. Systemic Pathology of Fish A Text and Atlas of Normal Tissues
11. Fergusson, F.W. (ed). 2006. Systemic Pathology of Fish A Text and Atlas of Normal Tissues
in Teleosts and their Responses in Disease. Scotian
Press: UK
12. Wildgoose,
W.H (Ed). 2001. BSAVA Manual of Ornamental Fish. British Small Animal
Veterinary Association
No comments:
Post a Comment