Necrotizing hepatopancreatitis, NHP, Texas
necrotizing hepatopancreatitis (TNHP), Texas pond mortality syndrome (TPMS),
Peru necrotizing hepatopancreatitis (PNHP) [2].
Hospes
Litopenaeus vannamei, Farantopenaeus aztecus, Litopenaeus setiferus,
Litopenaeus stylirostris and Farantopenaeus californiensis [4]
Stadium rentan
kematian teramati di
tengah fase pembesaran [7].
Etiologi/ penyebab
Bakteri intraseluler rickettsia-like, Alpha
proteo bacteria, bakteri obligat pada sel hepatopankreas, gram negatif [2].
Terdapat dua jenis morfologi bakteri NHP yang menginfeksi hepatopankreas yakni:
rickettsia-like berbentuk batang, 0,3µ x 0,9µm, tidak berflagela dan bakteri
berbentuk helix 0,2 x 2,6-2,9µm, berflagella [4]
Epizootiologi
Pertama kali penyakit ini dilaporkan di Texas
pada tahun 1985 kemudian menyebar ke seluruh Amerika hingga ke Asia. Bakteri
ini menyerang secara horizontal, tidak secara vertikal [1]. NHP telah menyebar
ke Ekuador dan Peru. Pada tahun 1995, bersamaan dengan air yang menghangat,
salinitas tinggi dan El nino,
menyebabkan kematian (60-80%) pada P. vannamei dan P. stylirostris
sepanjang ekuador. Dan dipercaya NHP menyebar melalui PL terinfeksi dari
Amerika tengah hingga ke Peru dan Ekuador [1]. Bakteri NHP juga dapat
dikeluarkan bersama feses. Udang yang terinfeksi NHP akan membawa bakteri
sepanjang hidupnya. Penularan juga dapat terjadi melalui air yang
terkontaminasi [7]. NHP belum pernah dilaporkan di Asia, namun dapat menyebabkan
kerusakan signifikan bila ditularkan melalui udang yang tidak diperiksa dari
Amerika Latin [1]. Penyakit ini menimbulkan kematian 90% 30hari dari kematian
[2]
Faktor pendukung
Suhu dan salinitas
berperan penting dalam munculnya penyakit ini. Suhu yang tinggi (>29-35oC)
dan salinitas antara 20-40ppt memicu
perkembangan penyakit epizootic ini [4].
Gejala Klinis
Udang yang terserang NHPB hepatopankreasnya mengecil
dan berwarna pucat/putih dengan garis kehitaman (melanisasi), teksturnya lunak
dan berair (edema). Tubuh udang dan insangnya lembek, otot abdomen mengalami
atrofi, insang dan kaki renangnya berwarna kehitaman. Pada permukaan tubuh
teramati banyak organisme fouling. Gejala klinis udang terinfeksi NHP
menyerupai bacterial shell disease
dimana pada kutikula terdapat lesi ulcerative atau erosi alat gerak yang
melanisasi [1,4,5]. Udang mengalami perlambatan pertumbuhan (usus kosong),
letargi, anorexia, FCR buruk [2].
Secara mikroskopis terdapat atrofi dan granuloma
di hepatopankreas [2]. Bakteri intraseluler teramati secara massif pada tubulus
hepatopankreas [4]. Sel-sel tubulus hepatopankreas mengalami perubahan bentuk
dari kolumner hingga kuboid (atrofi) yang mengandung vakuola dengan sedikit
atau tanpa lipid (sel R) dan tidak ada
vakuola sekretori (sel B). Agregasi hemosit terdapat pada tubulus
hepatopankreas hingga terbentuk lesi granuloma multifocal [2,3,4]. Agregasi
hemosit juga teramati pada ruang antar tubulus [7]. Lesi Sel epitel dalam foki
granuloma mengalami hipertrofi dan mengandung massa bakteri basofilik pucat.
Pada sel yang normal, nukleusnya mengalami piknosis. Di sitoplasmanya terdapat
bakteria rickettsia-like yang bebas
[4]. Tubulus HP mengalami sloughing. Edema juga terjadi pada area
hepatopankreas [3]. Bakteri vibrio kerap teramati sebagai infeksi sekunder yang
terdapat dalam lumen tubulus, beberapa sifatnya sistemik [4].
Gb. Gambaran infeksi NHP terdapat infiltrasi hemosit, sloughing, dan pemipihan epitel (pict. Rio-Rodriguez, 2016) |
Diagnosa banding
Bacterial shell disease, vibriosis,
aflatoxicosis, TSV [2]
Metode Diagnosa
Pada metode wet mount, hepatopankreas hanya
memiliki sedikit droplet lemak dan terdapat melanisasi. ISH, dot blot, TEM,
PCR, histopatologi untuk metode diagnose lainnya [2]. Terdapat empat fase
perkembangan penyakit yakni inisial, akut, transisi, dan kronis. Fase akut dan
transisi ditandai dengan lesi patognomonik pada hepatopankreas. Diagnosa dengan
tehnik molekuler membutuhkan sampel positif NHP fase inisial atau kronis [7].
Pencegahan dan Pengendalian
- Tindakan pencegahan terhadap penyakit ini antara lain:
- Mengelola kualitas air secara teratur dan kontinyu
- Memonitor dan mengelola dasar tambak secara intesif
- Menjaga ketepatan waktu pemberian pakan dan kualitas pakan
- Membatasi kepadatan penebaran benur
- Mendeteksi secara teratur gejala serangan NHPB
Penggunaan antibiotik oksitetrasiklin (1,5gr bahan aktif/kg pakan)
dalam pakan merupakan pengobatan terbaik, terutama bila penyakit terdeteksi
lebih dini [3,6]. Pada beberapa kasus penggunakan kapur Ca(OH)2 pada dasar
selama persiapan tambak dapat membantu menurunkan kejadian NHP. Tindakan pencegahan seperti pembalikan tanah, membuang sedimen,
memperpanjang waktu pengeringan selama beberapa minggu, disinfeksi peralatan
budidaya menggunakan kalsium hipoklorit serta pengapuran dapat membantu
mencegah kejadian NHP [3]. Sampling secara periodik akan membantuk mendeteksi
secara dini. Sebagai upaya pencegahan lainnya adalah dengan tidak melakukan
budidaya dalam air bersalinitas lebih dari 25ppt [6].
Referensi
[1] Amri, K. dan
Iskandar Kanna. 2008. Budidaya Udang Vaname: Secara Intensif, Semi Intensif,
dan Tradisional. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
2. Raidal, S., Garry Cross, Stan Fenwick, Philip
Nicholls, Barbara Nowak, Kevin Ellard, Frances Stephens. 1004. Aquatic Animal Health: Exotic
Diseases Training Manual. Murdoch Print: Australia
3. Reantaso M G., B., Mcgladdery S E, Subangsinghe. 2001. Asian Diagnostic Guide to Aquatic Animal Diseases. FAO Fisheries Technical Paper, No. 402, supplement 2. Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO), Rome, Italy, 240 pp.
4. Lightner, D.V (Ed). 1996. A Handbook of Shrimp Pathlogy
and Diagnostic Procedures For Diseases of Cultured Penaeid Shrimp. The
World Aquaculture Society
5. Otta, S.K. dan Patil, P.K. 2012.
Training Programme On Management Of Emerging Diseases Of Shrimp With Special
Reference To Pacific White Shrimp, Litopenaeus Vanname. Aquatic Animal Health
And Environment Division Central Institute Of Brackishwater Aquaculture:
Chennai
6. Brock, J.A. dan Main, K.L.
1994. A Guide to The Common Problems and
Diseases of Cultured Penaeus vannamei. The Oceanic Institute: Honolulu
7. Australian
Government Department of Agriculture, Fisheries and Forestry. 2012, Aquatic
Animal Diseases Signifcant to Australia: Identifcation Field Guide, 4Th
Edition, DAFF, Canberra
No comments:
Post a Comment