Nama
lain: Derma disease [1], dermo disease
[3], Perkinsosis
Etiologi/
penyebab
Perkinsus
marinus, parasit apikomplexa yang masuk dalam filum dinoflagellata[1].
Sebelumnya parasit ini disebut dengan Dermocystidium
marinum dan Labyrinthomyxa marina [2]
Hospes
American
oyster (Crassostrea virginica),
Baltic macom (Macoma balthica), Blue mussel (Mytilus edulis), Cortez oyster (Crassostrea corteziensisi), Mangrove
oyster (Crassostrea rhizophoraei),
Pacific oyster (Crassostrea gigas), Sand gaper mussel (Mya arenaria), Suminoe oyster (Crassostrea
ariakensis) [1]
Stadium
rentan
Infeksi banyak terjadi pada oyster usia lebih
dari 1 tahun yang dibudidayakan pada kedalaman lebih dari 90cm [1,2]
Epizootiologi:
Parasit
ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1940an di Amerika. Saat ini daerah
penyebarannya meliputi Meksiko, Brazil, Kuba, Puerto Rico, dan Venezuela. Infeksi oleh parasit ini hanya terjadi di
pantai timur Amerika [2]. Penularan parasit ini terjadi secara horizontal langsung
melalui air atau dari kerang satu ke kerang lainya dimana seluruh stadium
siklus hidupnya bersifat infektif [1,3,5]. Penularan antar genus untuk P. marinus belum pernah ditemukan [4]. Mortalitas
dari penyakit ini dapat melebihi 95% [2] bahkan 100% dengan 30-50% kematian di satu
tahun pertama paparan dan kematian kumulatif 75-100% di tahun kedua paparan
[5].
Siklus
Hidup:
Sel yang hidup dilepaskan dari feses atau
dari kerang yang mati [3]. Dalam tubuh, infeksi bersifat sistemik dengan
tropozoit pada jaringan ikat semua organ. Tropozoit yang belum matang (meront,
merozoiy) berdiameter 2-3um. Tropozoit dewasa berdiameter 3-10um dengan vakuola
di sisi nukleus dan sitoplasma di perifer. Stadium tomont, sporangia atau
skizont berdiamter 4-15um dan berisi 2,4,8,16, atau 32 tropozoit [4]. Semua
stadium hidupnya bersifat infektif [6].
Faktor
pendukung
Mortalitas yang tinggi dapat terjadi pada
suhu lebih dari 20oC dimana parasit mampu berproliferasi dan mengakibatkan
gangguan sistemik. Infeksi dapat meningkat lagi selama masa memijah, terjadi
stress penurunan oksigen, dan terdapat paparan cemaran [1]. Salinitas di atas
12psu dapat berpengaruh pada meningkatnya prevalensi dan intensitas. Faktor
lain seperti ketersediaan pakan dan kepadatan kerang juga penting untuk
terjadinya penyakit ini [3].
Gejala
Klinis
Bernafas
terengah-engah, perlambatan pertumbuhan, kurus [1], digestive gland memucat, perkembangan
gonad sangat buruk, matel mengkerut, abses dapat terlihat maupun tidak. Gejala
klinis hanya tampak jika ada stadium infektif tropozoit dalam jaringan [2,4].
Perubahan
patologi
Infeksi awal sepertinya melalui insang,
mantel, dan epitel lambung. Terjadi pengerutan mantel
dari tepi luar cangkang, terkadang terlihat lesi pada jaringan lunak. Digestive gland memucat. Jaringan menjadi
berair dan tipis. Secara histopatologi, terdapat lesi multifokal pada epitel
lambung atau jaringan ikat berbagai organ. Infiltrasi hemosit dan fagositosis
teramati. Epitel lambung juga mengalami
destruksi, melisiskan membrana basalis dan parasit tersebar melalui hemosit ke
seluruh tubuh. Parasit akan terlihar bervakuola berukuran 5-20um, tropozoit
berbentuk bulat dan skizont yang membelah dengan nukleus di tengah dan nukleoli
tercat eosinofilik (signet ring cell)
[5]. Infeksi lanjutan berkaitan dengan parasitisme sistemik (hemositosis) dan
lisis jaringan yang berdampak pada turunnya makan, pertumbuhan, dan reproduksi
sehingga kerang lemah dan mengalami emasiasi[1,3].
Diagnosa
banding
Perkinsus olseni dan
infeksi oleh Perkinsus lainnya [1,2]
Metode
Diagnosa
Diagnosa penyakit ini mulanya melalui
pemeriksaan ulas hemolim dan hitopatologi. Pada pemeriksaan histopatologi akan
teramati skizont dan trophozoites (2-10um). Diagnosa lainnya dapat dengan
pewarnaan hypnospore menggunakan iodin diikuti inkubasi kaldu thioglicolat dan
probe DNA maupun primer PCR sebagai alat diagnosa presumtif, dan ISH sebagai
diagnosa konfirmatori [2,3].
Pencegahan
dan Pengendalian
Pada lokasi pembesaran, pengendalian difokuskan untuk
mengurangi dampak penyakit. Pemasangan filter (1um) dan radiasi UV terhadap air
yang masuk dan keluar hatcheri, penggunaan bahan kemoterapeutik, menurunkan
kepadatan, pemanenan awal,serta pengaturan salinitas dan suhu dapat mencegah
berkembangnya penyakit [3]. Perlakuan dengan menurunkan salinitas dibawah
9permil dapat mencegah infeksi P. marinus
bahkan pada suhu tinggi sekalipun [1]. Parasit ini relatif stabil
karena dinding selnya tebal namun perlakuan desikasi dan klorinasi (300ppm) air
tawar dapat menginaktifvasi sel parasit [6]. Radiasi UV 4000-14000uWS/cm dapat
menghambat proliferasi parasit. Disinfektan N-halamine dapat membunuh sel P. marinus tanpa mempengaruhi larva
kerang. Bacitracin, cyclohexamide, dan air tawar dapat mengurangi parasit namun
tidak mengeliminasi. Perlakuan-perlakuan ini efektif jika dilakukan pada kolam
budidaya, namun tidak untuk di perairan umum [6]. Pengosongan area pembesaran
selama 2 tahun sebelum tebar selanjutnya dapat bertujuan mengendalikan
penyakit. Kerang yang terinfeksi juga tidak boleh dipindahkan ke area steril
[2]. Terdapat indikasi kerang yang terserang P. marinus selama beberapa dekade menjadi resisten terhadap parasit
ini [3].
Referensi
1.
Australian Government Department of Agriculture, Fisheries and Forestry. 2012,
Aquatic Animal Diseases Significant to Australia: Identification Field Guide,
4Th Edition, DAFF, Canberra.
2. Raidal, S., Garry Cross, Stan Fenwick, Philip Nicholls, Barbara
Nowak, Kevin Ellard, Frances Stephens. 1004. Aquatic Animal Health: Exotic
Diseases Training Manual. Murdoch Print: Australia
3.
Gosling, E. 2015. Marine Bivalve Molluscs Second Edition. John Wiley &
Sons, Ltd
4. Bondad-Reantaso, M.G., McGladdery, S.E., East, I.,
and Subasinghe, R.P. (eds.) Asia Diagnostic Guide to Aquatic Animal Diseases.
FAO Fisheries Technical Paper No. 402, Supplement 2. Rome, FAO. 240 p.
5. Reece, K. dan Dungan,
C. 2006. 5.2.1 Perkinsus sp. Infections. of Marine Molluscs. BlueBook
6. OIE. 2018. Chapter
2.2.6. Infection with Perkinsus Marinus. Manual of Diagnostic Tests for Aquatic
Animals
No comments:
Post a Comment