Nama lain: Carp Edema Virus (CEV) [1], Carp Edema Virus
Disease (CEDV) [5], Viral Edema of Carp [9].
Etiologi/ penyebab:
Poxviridae, dsDNA,
berukuran 150-350kbp [5]. CEV genogoup I menginduksi KSD pada seluruh koi dan
ikan mas dari strain Prerov, sedikit strain Rop, namun tidak pada Amur wild.
Strain ropsha mengalami perubahan morfologi yang serius pada infeksi dengan
genogroup I namun tidak menunjukkan gejala klinis KSD. Ikan koi dapat
terinfeksi CEV dari genogroup IIa. Genogroup IIb terdeteksi pada ikan mas di
POlandia. Genogroup IIa inilah yang tersebar melalui perdagangan koi. Genogroup
IIa ini tidak dapat terdeteksi sebab bersifat asimtomatik [3]
Hospes :
Ikan mas dan koi [2].
Studi kerentanan oleh Adamek et al (2018) menunjukkan, ikan mas liar strain
Amur (Amur Wild Carp) relatif resisten terhadap infeksi dan tidak memberikan
gejala klinis terhadap KSD. Prerov scaly carp dan koi lebih rentan dimana
jumlah virus dalam tubuh cukup tinggi dan muncul gejala klinis. Ropsha carp
menunjukkan perubahan morfologi tubuh terhadap CEV genotipe I namun kurang
rentan terhadap KSD [3]. Ikan mas koki (Carassius
auratus) belum diketahui dapat terinfeksi oleh virus ini.
Stadium rentan :
Juvenil [1]
Epizootiologi:
Penyakit ini bukanlah
penyakit baru. Pertama kali penyakit KSD ini dilaporkan di Jepang pada tahun
1970an yang menyerang juvenil ikan koi. Baru belakangan ini, virus KSD
dilaporkan pada beberapa negara eropa seperti Jerman, Perancis, Belanda, dan
Inggris [1]. Pertama kali penyakit ini dilaporkan di eropa pada tahun 2009. Di
Amerika, penyakit ini menimbulkan outbreak pada tahun 2005 [5]. Kematian yang
disebabkan oleh penyakit ini mencapai 80-100% [1]. Di kawasan Asia, selain
Jepang, virus ini dilaporkan di India [4]. Virus dari KSD dapat menyebar
melalui kohabitasi dari ikan yang terinfeksi [3]. Penularan utama diduga
berasal dari kulit ataupun insang. Penularan secara vertikal belum diketahui
[9]. Hal yang menarik dari virus ini adalah, ikan yang mampu bertahan dari
serangan penyakit ini tidak lagi terdeteksi positif KSD dengan qPCR 1 bulan
pasca gejala klinis muncul serta tidak terjadi penularan infeksi. Artinya,
tubuh ikan memiliki reaksi untuk “membersihkan” virus sehingga tidak muncul
adanya infeksi subklinis [3]. Penyakit KSD ini kerap dilaporkan bersamaan
dengan kasus parasitosis (Trichodina sp., Gyrodactylus sp., Ichthyobodo
necator, Dactylogyrus sp., Ichthyophthirius multifilis, Bothriocephalus sp.,
Capillaria sp. Dan Argulus foliaceous) dan infeksi bakterial seperti Aeromonas sp [5]. Pada banyak kasus, KSD
sering tidak teridentifikasi pada berbagai kasus kematian ikan karper. Hal ini
mungkin disebabkan virus yang ada belum
pernah dikultur ataupun diisolasi melalui skreening rutin, virus ini tak selalu
menimbulkan kematian tinggi, dan kesalahan diagnosis dengan KHV yang mungkin
terjadi tanpa konfirmasi karena kurangnya alat diagnostik [6]
Faktor pendukung
Penyakit ini berkaitan erat dengan kondisi stres di farm saat suhu antara
15-20oC. Kadang kala penyakit ini juga terjadi saat pemindahan ikan
dari kolam tanah ke kolam permanen [1].
Pada koi, penyakit ini terjadi pada suhu 15 dan 25oC. Adapula
data yang menunjukkan bahwa outbreak pada koi dan ikan mas terjadi pada suhu
6-10oC. Lingkungan yang butuk, kualitas air buruk, juga mempengaruhi
munculnya KSD dan infeksi sekunder[5].
Gejala Klinis
Penyakit KSD ini
ditandai dengan perubahan perilaku menjadi seperti tidur (sleepy), enopthalmia (mata masuk ke dalam), edema, nekrosis insang,
hingga hipoksia [1]. Gejala seperti tidur /berenang dengan satu sisi tidak
selalu teramati meskipun pada pemeriksaan lanjutan terdeteksi virus KSD,
seperti pada kasus di Hongaria [2]. Pada juvenil koi teramati erosi, hemoragi,
dan edema pada jaringan kulit. Produksi mukus berlebih pada kulit dan insang
juga sering teramati. Ikan dapat mengalami anoreksia, ulcer di sekitar mulut
dan pangkal sirip, serta peradangan anal [5].
Gb. Gejala klinis KSD terlihat mukus pada tubuh (picture credit to Lewisch et al 2014)
Perubahan patologi
Tiga target organ yang merupakan organ yang disenangi oleh virus KSD adalah
insang, ginjal, dan limpa [1]. Insang merupakan organ dimana virus KSD
melakukan replikasi [3]. Perubahan patologi menciri
pada KSD teramati pada insang dimana terdapat perubahan bentuk epitel menjadi
bentuk club disertai hiperplasia lamella. Perubahan lain yang digambarkan oleh
Lewisch et al (2014) adalah peradangan insang, kehilangan organisasi sel insang
dan vakuolasi sel epitel. Terjadi ketidakseimbangan osmoregulasi yang diiringi
gangguan fungsi ginjal sehingga berdampak pada sel epitel dan klorida lalu
terjadilah oedema. Ginjal anterior mengalami perubahan berupa peradangan dengan
nekrosis multifokal dan melanomacrofag center (MMC) yang tersebar berkaitan
dengan degenerasi hyalin. Ginjal posterior mengalami degenerasi foki granuler
dengan hemoragi. Limpa dan hepatopankreas mengalami nekrosis multifokal,
sedangkan enteritis teramati pada submukosa lambung. Jantung mengalami
myocarditis dengan peradangan leukosit multifokal [1]. Pada
kulit teramati destruksi dan edema jaringan di bawahnya. Partikel virus
berbentuk spheroid teramati pada sel epitel insang yang hipertrofi. Kematian
ikan oleh KSD terjadi sejak 6 hari hingga 16 hari pasca infeksi [9].
Gb. histopatologi insang pada kasus KSD (O: oedema; H: hiperplasia);
picture credit to Way & Stone (2013)
Diagnosa
banding
Gejala klinis KSD dan
KHV sangatlah mirip. Keduanya berkaitan dengan perubahan perilaku dan kongesti
insang, enopthalmia, dan hemoragi pada mulut serta sirip. Infeksi keduanya juga
telah dilaporkan dapat terjadi secara bersamaan[8]. Munculnya gejala “sleepy”
ini juga tidak boleh disalah diagnosa terhadap gangguan akut gelembung renang
pasca stress panen ataupun handling [9].
Metode Diagnosa
Diagnosa dapat dilakukan
menggunakan histopatologi dan PCR [1]. Wet mount juga dapat dilakukan [9].
Kultur sel virus masih dalam tahap pengembangan [1]. Cell lines yang biasa
digunakan untuk SVCV, CyHV-3 tak dapat mengisolasi virus ini. Tampaknya isolasi virus menggunakan jaringan
epitel insang lebih memungkinkan. Organ terbaik untuk pemeriksaan mikroskopis,
TEM, dan PCR adalah insang [5].
Pencegahan dan
Pengendalian
Ditemukannya
strain Wild Amur sebagai ikan mas yang resisten terhadap KSD membuka jalan
untuk membatasi kerugian ekonomi budidaya ikan mas dengan menggunakan strain
ini [3]. INfeksi oleh genogroup IIa virus ini dicoba ditanggulangi dengan
pencegahan melalui peningkatan suhu air dan perendaman air garam 0,5%. Namun
hal ini juga tidak menjamin mampu mengeradikasi virus [3]. Penanganan melalui
peningkatan manajemen kesehatan dan surveilans sebagaimana yang dilakukan pada
kasus KHV juga dapat dicoba untuk diterapkan pada kasus KSD. Anjuran untuk
mengkarantina ikan pada suhu 15 dan 25oC selama 30 hari dapat dilakukan untuk
menghindari kontaminasi dari ikan liar. Kepadatan yang tinggi juga harus
dihindari. Bila terjadi outbreak, lakukan eradikasi untuk meminimalisir
penularan [5]. Penggunaan garam 0,3-0,5%
juga direkomendasikan untuk memitigasi dampak penyakit ini yang dilakukan pada
wadah karantina. Ikan yang mampu bertahan tetap memiliki potensi sebagai
karier, oleh karenanya tetap lakukan biosekuriti terhadap kolam yang terpapar
penyakit ini[7].
Referensi
- Lewisch, E., B. Gorgoline, K. Way., M. El-Matbouli. 2014. Carp Edema Virus/Koi Sleepy Disease: An Emerging Disease in Central-East Europe. doi:10.1111/tbed.12293
- Adamek, M., F Baska, B Vincze, D Steinhagen. 2017. Carp edema virus from three genogroups is present in common carp in Hungary. Journal of Fish Disease. Doi: 10.1111/jfd.12744
- Adamek, M., Anna O., Peter W., Verena J.S., Felix T., Andy D., David G., Veronika P., Martin K., Jerzy A., Sven M. B., Dieter S. 2017. Experimental infections of different carp strains with the carp edema virus (CEV) give insights into the infection biology of the virus and indicate possible solutions to problems caused by koi sleepy disease (KSD) in carp aquaculture. Veterinary Research DOI 10.1186/s13567-017-0416-7
- Swaminathan,T.R., Raj K, Arathi D, V. S. Basheer, Neeraj S, P. K. Pradhan, N. K. Sanil, P. Vijayagopal, J. K. Jena. 2016. Emergence of carp edema virus in cultured ornamental koi carp, Cyprinus carpio koi, in India. Journal of General Virology (2016), 97, 3392–3399
- Way, K., O. Haenen, D. Stone, M. Adamek, S. M. Bergmann, L. Bigarré, N. Diserens, M. El-Matbouli, M. C. Gjessing, V. Jung-Schroers, E. Leguay, M. Matras, N. J. Olesen, V. Panzarin, V. Piacˇkov, A. Toffan, N. Vendramin, T. Veselý, T. Waltzek. 2017. Emergence of carp edema virus (CEV) and its significance to European common carp and koi Cyprinus carpio. Disease of aquatic organisms Vol. 126: 155–166, https://doi.org/10.3354/dao03164
- Haenen, O., K. Way, B. Gorgoglione, T. Ito, R. Paley, L. Bigarré, T. Walzek. 2016. Novel viral infections threatening Cyprinid fish. Bull. Eur. Ass. Fish Pathol., 36(1) 2016, 11
- Stevens, B.N., Adam M., Molly L.L., Kirsten K., Sara M. G., Joseph M.G., Thomas B.W, Esteban S.2018. Outbreak And Treatment Of Carp Edema Virus In Koi (Cyprinus Carpio) From Northern California. Journal of Zoo and Wildlife Medicine 49(3): 755–764, 2018
- Ouyang, P., Ruixue Y., Junjie C., Kaiyu W., Yi G., Weiming L, Xiaoli H., Defang C., Jing F., Zhengli C, Li T., Lizi Y. 2017. First detection of carp edema virus in association with cyprinid herpesvirus 3 in cultured ornamental koi, Cyprinus carpio L., in China. AQUA 633085 doi:10.1016/j.aquaculture.2018.02.037
- Hesami, S., Pedro V., Natalie S., Staci S., Patrick T., Karen K., Roy Y., Ruth F.F., Johnny S., Joseph G., Andy G., Olga H., Thomas W. 2015. Carp Edema Virus Disease (CEVD) / Koi Sleepy Disease (KSD). IFAS Extension, University of Florida
Terimakasih banyak untuk ℹnya
ReplyDelete