Nama lain:
Cotton shrimp disease, microsporidiasis,
penyakit udang susu [1,2], nosema disease, milk shrimp disease [4], chalky
white prawns [6], mikrosporidiasis pada udang [7], white back shrimp [8].
Etiologi/ penyebab
Protozoa Nosema (Ameson), Thelohania (Agmasoma), Pleistophora.sp (Plistophora) [1, 4].
Hospes
semua jenis udang penaeid [2]. Mikrosporidia
ini banyak dilaporkan menyerang juga pada udang penaeid liar [4]. Infeksi pada Penaeus merguensis lebih serius dibandingkan dengan spesies
penaeid lainnya. Sedangkan pada P.
monodon yang dibudidayakan
kejadiannya cukup jarang [9].
Stadium rentan
induk [1], juvenil-dewasa [8].
induk [1], juvenil-dewasa [8].
Epizootiologi
Penyakit udang kapas ini menyebar di perairan pantai Eropa, laut dalam Eropa, Afrika Utara, Amerika, dan teluk Meksiko [7]. Penyakit ini memiliki patogenesitas rendah dan prevalensi tidak lebih dari 5% dalam satu tambak [2]. Meskipun demikian, dampaknya secaera ekonomi lebih terasa karena udang yang terinfeksi tidak dapat dipasarkan dan induk yang menjadi steril [4]. Infeksi oleh mkrosporidia ini disebarkan secara horizontal [5], melalui predasi, ingesti, atau karier hospes lainnya [7] atau ingesti spora dalam feses ikan yang terinfeksi [8].
Penyakit udang kapas ini menyebar di perairan pantai Eropa, laut dalam Eropa, Afrika Utara, Amerika, dan teluk Meksiko [7]. Penyakit ini memiliki patogenesitas rendah dan prevalensi tidak lebih dari 5% dalam satu tambak [2]. Meskipun demikian, dampaknya secaera ekonomi lebih terasa karena udang yang terinfeksi tidak dapat dipasarkan dan induk yang menjadi steril [4]. Infeksi oleh mkrosporidia ini disebarkan secara horizontal [5], melalui predasi, ingesti, atau karier hospes lainnya [7] atau ingesti spora dalam feses ikan yang terinfeksi [8].
Faktor pendukung
Tidak banyak diketahui, namun insidensi tertinggi di alam terdapat pada area tempat berlindung udang (tidak banyak arus). Udang yang dibudidayakan dibawah kondisi normal juga dapat menunjukkan insidensi tinggi [7].
Tidak banyak diketahui, namun insidensi tertinggi di alam terdapat pada area tempat berlindung udang (tidak banyak arus). Udang yang dibudidayakan dibawah kondisi normal juga dapat menunjukkan insidensi tinggi [7].
Siklus hidup
Parasit ini membutuhkan hospes
intermediet berupa predator udang (ikan) untuk melengkapi siklus hidupnya [4].
Gb. Siklus Hidup protozoa penyebab udang kapas
Fase diawali dengan ingesti spora
oleh udang yang berasal dari feses udang (5). Dalam tubuh udang, spora akan
menekan dan masuk ke dalam dinding lambung dan menjadi stadium infektif yang
masuk ke dalam sel tubuh lalu membagi menjadi skizon. Skizon lalu terbagi
menjadi spora. Spora akan menuju lokasi utama untuk menginfeksi (1). Spora baru
akan dikeluarkan ketika udang masih hidup atau sudah mati (2). Spora inilah
yang akan masuk ke dalam tubuh ikan (3) lalu keluar melalui feses (4). Infeksi
langsung udang menggunakan udang yang terinfeksi tidaklah berhasil (6) [11]
Gejala Klinis
Bagian tubuh udang berwarna putih susu dan lebih lunak [2]. Adapula yang mengatakan bahwa otot udang terlihat seperti udang rebus. Pada udang yang terinfeksi berat, eksoskeleton berwarna hitam kebiruan (akibat perluasan melanofora ) dan teramati bentukan putih seperti tumor yang membesar pada insang, eksoskeleton (kutikula dan subkutikula), dan appendages [3, 4]. Perubahan warna biru kehitaman ini dapat disebabkan oleh spesies Pleistophora [7]. Spora yang berwarna putih menyebar di bagian daging/ otot. Nafsu makan menurun, lamban, mudah dimangsa predator, mudah mati setelah penanganan [2]. Udang yang terinfeksi berat juga memiliki ukuran yang lebih kecil diantara udang yang lain [12]. Hanya Agmasoma penaei yang dilaporkan menginfeksi gonad, jantung, hemolim, insang, midgut dan hepatopankreas. Infeksinya menyebabkan gonad membesar berwarna putih opaque [4].
Bagian tubuh udang berwarna putih susu dan lebih lunak [2]. Adapula yang mengatakan bahwa otot udang terlihat seperti udang rebus. Pada udang yang terinfeksi berat, eksoskeleton berwarna hitam kebiruan (akibat perluasan melanofora ) dan teramati bentukan putih seperti tumor yang membesar pada insang, eksoskeleton (kutikula dan subkutikula), dan appendages [3, 4]. Perubahan warna biru kehitaman ini dapat disebabkan oleh spesies Pleistophora [7]. Spora yang berwarna putih menyebar di bagian daging/ otot. Nafsu makan menurun, lamban, mudah dimangsa predator, mudah mati setelah penanganan [2]. Udang yang terinfeksi berat juga memiliki ukuran yang lebih kecil diantara udang yang lain [12]. Hanya Agmasoma penaei yang dilaporkan menginfeksi gonad, jantung, hemolim, insang, midgut dan hepatopankreas. Infeksinya menyebabkan gonad membesar berwarna putih opaque [4].
Perubahan patologi
Penyakit ini biasanya menyerang gonad dan daging lunak [1]. Otot yang terinfeksi dapat memperlihatkan berbagai stadium protozoa [7]. Pada otot, Thelohania menyebabkan perubahan warna putih seperti kapur dan segmen abdomen mengalami nekrosis. Preparat squash dari udang ini biasanya menunjukkan denaturasi myofibril dan kehilangan struktur seluler serta terlihat banyak spora [5]
Penyakit ini biasanya menyerang gonad dan daging lunak [1]. Otot yang terinfeksi dapat memperlihatkan berbagai stadium protozoa [7]. Pada otot, Thelohania menyebabkan perubahan warna putih seperti kapur dan segmen abdomen mengalami nekrosis. Preparat squash dari udang ini biasanya menunjukkan denaturasi myofibril dan kehilangan struktur seluler serta terlihat banyak spora [5]
Metode Diagnosa
Diagnosa dapat dilakukan secara visual terhadap tingkah laku dan gejala klinis. Pengamatan mikroskopis dengan preparat ulas untuk melihat microsporidia dari organ yang terinfeksi. Pengamatan lebih detail dapat menggunakan pewarna spesifik [2]. Pada pengamatan terlihat massa dengan spora refraktif berukuran ~1-8um. Ukuran spesifik spora tiap spesies terdapat pada tabel. Pemeriksaan lain menggunakan metode HE, TEM, PCR, juga dapat membantu diagnosa [4]
Diagnosa dapat dilakukan secara visual terhadap tingkah laku dan gejala klinis. Pengamatan mikroskopis dengan preparat ulas untuk melihat microsporidia dari organ yang terinfeksi. Pengamatan lebih detail dapat menggunakan pewarna spesifik [2]. Pada pengamatan terlihat massa dengan spora refraktif berukuran ~1-8um. Ukuran spesifik spora tiap spesies terdapat pada tabel. Pemeriksaan lain menggunakan metode HE, TEM, PCR, juga dapat membantu diagnosa [4]
Pencegahan dan Pengendalian
Tindakan pengendalian dilakukan dengan perbaikan kualitas air dan menghindari muatan bahan organic dalam air [1]. Menghindari pemberian pakan rucah yang terinfeksi, serta disinfeksi dan pengeringan dasar tambak untuk mengendalikan munculnya penyakit [2]. Udang yang terinfeksi sebaiknya dimusnahkan dan dikubur dengan perlakuan pengapuran . Setelah tambak dikosongkan, dilanjutkan dengan pengeringan untuk membunuh spora mikrosporidia [3]. Oleh karena penyakit ini membutuhkan ikan sebagai hospes intermediet, maka pemusnahan ikan (liar) akan membantu mengurangi insidensi [9]. Perlu diperhatikan juga untuk indukan yang terinfeksi agar tidak turut membantu penyebaran alami parasit ini [12]
Tindakan pengendalian dilakukan dengan perbaikan kualitas air dan menghindari muatan bahan organic dalam air [1]. Menghindari pemberian pakan rucah yang terinfeksi, serta disinfeksi dan pengeringan dasar tambak untuk mengendalikan munculnya penyakit [2]. Udang yang terinfeksi sebaiknya dimusnahkan dan dikubur dengan perlakuan pengapuran . Setelah tambak dikosongkan, dilanjutkan dengan pengeringan untuk membunuh spora mikrosporidia [3]. Oleh karena penyakit ini membutuhkan ikan sebagai hospes intermediet, maka pemusnahan ikan (liar) akan membantu mengurangi insidensi [9]. Perlu diperhatikan juga untuk indukan yang terinfeksi agar tidak turut membantu penyebaran alami parasit ini [12]
Acuan
[1]. Arifin, Z., Handayani, R., Sri Murti Astuti, Noor Fahris. 2010.
Waspadai Penyakit pada Budidaya Ikan
dan Udang Air Payau. Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau: Jepara.
[2].Maskur, Mukti Sri Hastuti, Taukhid, Angela Mariana Lusiastuti,
M. Nurzain, Dewi Retno Murdati, Andi Rahman, Trinita Debataraja Simamora. 2012.
Buku Saku Pengendalian Penyakit Ikan. Kementerian Kelautan dan Perikanan
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.
3. Alavandi, S.V.,Vijayan, K.K., Rajendran, K.V. 1995. Shrimp
Disease, Their Prevention and Control. Central Institute of Brackishwater
Aquaculture: Madras paint
4. Lightner, D.V (Ed). 1996. A
Handbook of Shrimp Pathlogy and Diagnostic Procedures For Diseases of Cultured
Penaeid Shrimp. The World Aquaculture Society
5. Lipton, P.A. 5. Shrimp
Disease and Control dalam Raj, S.P., Shrimp Farming Techniques, Problems and Solution.
Palani Paramount Publication: Palani
6. Ramasamy, P., Jayakumar,
R., Brennan, G.P. 2000. Muscle Degeneration Associated with Cotton Shrimp
Disease of Penaeus Indicus. Journal
of Fish Disease 23, 77-81
7. Sindermann, C.J (Ed).
1985. Milk or Cotton Disease of Shrimp. INTERNATIONAL COUNCIL FOR THE
EXPLORATION OF THE SEA Leaflet no 28
8. Alaya de Graindrage, V.
dan Flegel, T.W. 1999. Diagnosis of shrimp diseases, with emphasis on the
black tiger shrimp (Penaeus monodon). FAO: Roma
9. Flegel, T.W. 2007.
Shrimp Biology and Pathology: Bacteria, Fungi, Parasites. Centex Shrimp:
Bangkok, presentation
10. University of Arizona.
2012. Common Parasite of Cultured Penaeid Shrimp. UAZ: Arizona, Shrimp
pathology course handout
11. Johnson, S.K. 1995. Handbook of Shrimp Disease. Texas A&M University
12. Brock, J.A. dan Main, K.L. 1994. A Guide to The Common Problems and Diseases
of Cultured Penaeus vannamei. The Oceanic Institute: Honolulu
No comments:
Post a Comment