Pengambilan sampel ikan dan udang
merupakan suatu prosedur yang dilaksanakan ketika melakukan kegiatan monitoring
kesehatan ikan dan udang. Aktifitas ini bersifat wajib apabila di lokasi yang
dipantau terdapat kasus kematian ikan dan udang, apalagi jika lokasi tersebut
merupakan suatu perairan umum. Pengambilan sampel menjadi penting sebab
menentukan keakuratan dalam penentuan diagnose suatu penyakit. Petugas
pengambil contoh dituntut untuk dapat bergerak cepat dan meminimalisir
kesalahan dalam pengambilan sampel. Pengambilan sampel tidak semata-mata
diambil untuk diamati saja, namun ini berkaitan dengan bagaimana melakukan
pengambilan sampel, penanganan, hingga sampel tersebut sampai di laboratorium
dan dapat dianalisa. Beberapa hal yang patut diperhatikan ketika melakukan
pengambilan sampel antara lain kondisi sampel, organ target, tehnik pengambilan
sampel, jumlah sampel, alat dan bahan pengambilan sampel, data sekunder, tehnik
penanganan sampel, tehnik pengiriman sampel.
Kondisi Sampel
Pengambilan sampel untuk pemeriksaan
penyakit ikan memiliki tehnik yang tidak dapat diabaikan. Kondisi ikan yang
disampling sangat menentukan keakuratan hasil pengujian laboratorium. Kondisi
ikan sampel juga sangat berkaitan erat dengan persyaratan dari masing-masing
pengujian. Setiap pengujian memiliki standar yang harus dipenuhi, ada yang
mengharuskan kondisi hidup, adapula yang bisa dalam kondisi dibekukan atau
diawetkan.
Jenis pengujian
|
Kondisi sampel
|
parasitologi
|
Hidup atau mati segar
|
bakteri
|
Hidup atau beku
|
Histologi
|
hidup
|
virus
|
Hidup atau beku
|
Organ target yang disampling
Pada pengambilan sampel, sampel
tidak selalu diambil dalam kondisi utuh (per ekor). Kadang kala pengambilan
sampel hanya membutuhkan sebagian kecil dari organ yang dibutuhkan untuk
pengujian tertentu. Pada kasus-kasus tertentu, tidak seluruh organ ikan harus
diambil sampelnya namun hanya organ targetnya saja. Misalnya pada kasus KHV,
organ yang wajib diambil adalah insang, sedangkan pada kasus VER, organ mata
dan otak menjadi sampel yang harus diambil. Organ lainnya bersifat pendukung
yang tidak harus selalu diambil sampelnya. Oleh karena itu, pengetahuan
mengenai organ target dari patogen sangatlah penting. Pengambilan sampel dengan
organ target yang tepat akan mempermudah untuk memperoleh diagnosa yang akurat.
Tehnik Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel ini tidaklah
sembarangan. Antara sampel yang berkaitan dengan monitoring, emergensi, dan
surveilans sangatlah berbeda.
·
Acak/
random
Pada
pengambilan sampel ini ikan diambil secara acak tanpa memperhatikan ada
tidaknya gejala klinis. Setiap unit dari populasi memiliki kesempatan yang sama
untuk dapat terambil.
·
Judgement
Pengambilan sampel ini memperhatikan
ada tidaknya gejala klinis yang muncul. Ikan yang diambil hanya ikan yang
memiliki gejala klinis saja
Kebanyakan pada pengambilan sampel,
ikan yang diambil harus dimatikan untuk diambil organnya. Metode semacam ini
disebut lethal sampling. Namun pada
kondisi tertentu misalnya pada komoditas bernilai tinggi atau indukan
pengambilan sampel harus dilakukan tanpa mematikan ikan. Metode ini disebut
dengan non lethal sampling.
Jumlah Sampel
Jumlah sampel yang diambil untuk
pemeriksaan penyakit ikan pada berbagai literature memiliki standar yang
berbeda-beda. Meskipun berbeda-beda namun pada intinya jumlah sampel ini harus
sudah mewakili terhadap populasi ikan. Hal yang terpenting dalam pengambilan
sampel untuk kasus penyakit tak hanya berpatokan pada jumlah sampel namun
mendapatkan ikan yang sakit atau terinfeksi meskipun dalam jumlah sedikit.
Penentuan jumlah sampel untuk tujuan surveilans harus mematuhi kaidah-kaidah
epidemiologi sehingga hasil yang didapatkan lebih spesifik dan terukur. Pada
kaidah surveilans unit yang akan diambil disebut dengan unit of interest. Unit ini dapat berupa kolam, tambak, pembudidaya,
kecamatan, ikan, dll yang membentuk populasi tersebut
a. pemeriksaan rutin
Pengambilan sampel pada pengecekan
kesehatan rutin, jumlah sampel yang diambil untuk komoditas udang windu,
bandeng, kakap putih, kerapu tikus, kerapu macan adalah 15-25 ekor.
b. pemeriksaan penyakit ikan
Lukistjowati (2005) menyebutkan
bahwa sampel ikan untuk pemeriksaan parasit ikan berjumlah 10-15 ekor. Pada
dugaan penyakit virus atau bacterial dibutuhkan sampel sebanyak 3-10 ekor.
Sedangkan pada pemeriksaan bahan pencemar dibutuhkan 3-5 ekor ikan. Petunjuk
teknis pengambilan sampel yang dipublikasikan oleh BPBL Lampung (2007)
mensyaratkan sebanyak 25-30 ekor ikan untuk pemeriksaan parasit agar dapat
mewakili pervalensi sebesar 10%. Standar yang diterapkan oleh OIE untuk
pengambilan sampel tujuan pemeriksaan penyakit adalah sebesar 2% atau 5% dari
pervalensi 95%. Adapula yang menggunakan tabel Amos untuk jumlah sampel
terambil.
c. Pemeriksaan kasus penyakit
Pada suatu kejadian kematian ikan,
jumlah minimal sampel yang diambil adalah sebanyak 10 ekor ikan yang baru saja
mati atau 10 ekor ikan dengan gejala klinis. Ikan sebaiknya langsung dilakukan
preparasi dan fiksasi di lapangan. Apabila tidak memungkinkan ikan dapat dikemas dalam wadah terpisah
seperti pada penyiapan sampel jarak jauh. Pada lokasi dimana terdapat kematian ≥ 0,5%/hari, 10 ekor ikan yang sekarat harus disampling
untuk mendeteksi patogen dan mendiagnosa. Apabila tidak terdapat kasus kematian
atau gejala klinis, maka untuk ikan lebih dari 60 ekor potensi terdeteksi
infeksi <5%. Namun jumlah sampel yang dapat terambil antara 10-60 ekor.
Khusus indukan, jika dibutuhkan pengamatan penyakit, maka minimal 60 sampel
dari ikan yang memijah dibutuhkan untuk mendeteksi patogen (prevalensi 5%,
tingkat kepercayaan 95%).
Jumlah populasi
|
Tingkat kepercayaan
|
|
5%
|
10%
|
|
50
|
29
|
20
|
100
|
43
|
23
|
250
|
49
|
25
|
500
|
54
|
26
|
1000
|
55
|
27
|
2500
|
56
|
27
|
5000
|
57
|
27
|
10.000
|
57
|
27
|
100.000
|
57
|
30
|
>100.000
|
60
|
30
|
Sumber:
Kabata (1985), Ossiader dan Wedemeyer (199) dalam Frerrich dan Millar (1993)
Disamping seperti metode di atas,
ada pula yang membagi sampel berdasarkan kelompok umur/ ukuran dan spesies.
Lingkungan dan spesies yang berbeda menyebabkan kecepatan pertumbuhan yang
berbeda pula. Beberapa jenis patogen juga ada yang hanya terdeteksi pada ikan
ukuran dan spesies tertentu. Oleh karenanya jika suatu instalasi atau lokasi
budidaya terdapat ikan dengan berbagai ukuran, setidaknya ikan dibagi menjadi
kelompok berdasarkan ukuran/ umur, bergantung jenis patogennya.
Kategori pengelompokan ikan untuk
pengambilan sampel
pengelompokan
|
Total panjang
|
Umur
|
benih
|
<4cm
|
0-3 bulan
|
tokolan
|
4-6cm
|
4-12 bulan
|
dewasa
|
>6cm
|
Bukan indukan, >12 bulan
|
indukan
|
>6cm
|
Dewasa kelamin, >12 bulan, digunakan
sebagai indukan
|
Waktu pengambilan sampel
Lukistjowati (2005) dalam bukunya
menyatakan bahwa sampel ikan sebaiknya pagi hari antara pukul 07.00-09.00.
Alat dan bahan pengambilan sampel
-
Scoopnet/
gayung
-
Wadah
ember/baskom
-
Air
media
-
Plastik
-
Oksigen
-
Kardus,
styrofoam
Jarak Pengambilan sampel
Metode pengambilan sampel harus
memperhatikan jarak yang akan ditempuh oleh sampel. Hal ini penting sebab
perlakuan antara sampel yang berasal dari lokasi yang dekat dan jauh sangatlah
berbeda.
Jarak
dekat (≤ 5 jam)-
Siapkan
wadah yang berisi air media secukupnya-
Tentukan
lokasi pengambilan sampel (minimal 3)-
Ambil
ikan/ benih dengan gayung atau scoopnet, masukkan ke dalam wadah yang telah
disiapkan
Jarak
jauh (≥5 jam)
-
Siapkan
wadah berisi air media secukupnya
-
Tentukan
lokasi pengambilan sampel (minimal 3)
-
Lakukan
pengambilan prosedur pengiriman sampel
Pengiriman sampel
Kadangkala suatu sampel tidak bisa
langsung diperiksa di laboratorium. Beberapa kendala kerap dijumpai seperti
keterbatasan alat, bahan, hingga waktu dan jarak. Sampel terkadang harus
dikirimkan ke laboratorium lain yang memiliki kapasitas lebih baik. Terkait
dengan hal ini dibutuhkan standar dalam pengiriman sampel. Sampel yang dikirim
harus dijamin dalam kondisi baik hingga tiba di lokasi yang dituju. Guna
menjamin hal tersebut, petugas perlu dibekali tehnik pengawetan dan packaging
yang baik sehingga sampel tidak rusak saat dibawa.
- Ikan hidup/mati segar dapat dibungkus dengan aluminium foil kemudian dibekukan sebelum dibawa (untuk pemeriksaan parasite).
- Pada pemeriksaan bakteriologi harus dilakukan segera setelah ikan mati. Jika tidak, data akan menjadi bias dan tidak akurat. Namun apabila dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk diambil sampel segera, ikan dapat dimasukkan di refrigerator terlebih dahulu sebelum dikemas.
- Pemeriksaan virus dan histopatologi ikan dapat diawetkan dengan segera.
- Pada pemeriksaan virus ikan dapat dibekukan. Ikan dimasukkan ke dalam wadah plastic yang berbeda. Kemudian dimasukkan ke dalam freezer sampai beku. Setelah beku, dilakukan pengepakan menggunakan Styrofoam. Diantara sampel ditambahkan dry ice atau gell ice atau es batu untuk menjaga suhu. Jika sampel akan dilakukan kultur sel, maka dalam 72 jam harus sudah diinokulasi. Jika tertunda >24 jam, jaringan tidak lagi dapat digunakan.
Pengiriman Sampel Ikan Hidup (untuk seluruh pemeriksaan) harus memperhatikan hal-hal berikut:
a. Ikan sehat dan ikan sakit dipisahkan
b. Masukkan ikan ke dalam plastik, diberi oksigen dan atau aerasi
(perbandingan 1:1) bila waktu tempuh tidak terlalu lama.
c. Bila cuaca cukup panas, masukkan ke dalam kotak styrofoam atau termos yang diisi es(suhu
diatur 22 – 24 C)
Data Sampel
Bersamaan dengan pengambilan sampel, informasi
mengenai sampel juga harus turut disertakan untuk memperoleh data secara
komprehensif. Data-data yang harus diambil dan dicatat antara lain::
- nama dan pemilik sampel
- lokasi pengambilan sampel
- nama kolam/ wadah budidaya yang diambil
- untuk sampel air, beri label untuk kolam,
inlet/ outlet, sumber
- jenis, umur/ukuran, asal benih dari ikan
- populasi ikan
- jumlah sampel yang diambil
Tata Kelola Sampel
Pada pengambilan sampel, sampel yang telah
diambil harus disusun sebaik mungkin sehingga tidak membingungkan pengambil
sampel. Penyusunan sampel ini juga harus berdasar pada tehnik pengambilan
sampel apakah secara acak atau random. Apabila dari satu lokasi mengambil
sampel dari beberapa stadia dari beberapa kolam, maka sampel dari tiap kolam
yang diambil dikelompokkan berdasarkan ukuran/umur. Hal ini penting sebab
beberapa jenis patogen hanya menyerang pada stadia/ umur tertentu. Tak lupa
juga harus menuliskan data kolam baik nama, populasi, ukuran, jenis secara
jelas pada wadah sampel.
Untuk dibaca
Anonim. Brosur hama penyakit ikan
Lukistyowati, I.
2005. Tehnik pemeriksaan Penyakit Ikan. Unri Press: Pekanbaru
Purnomowati,
R., Brite, M., Nugroho, F., Apriady, D.P. 2007. Teknik Pengambilan Sampel Ikan dan Udang untuk Pemeriksaan Penyakit
Ikandalam Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung. 2007. Petunjuk Teknis Pengambilan Sampel. Seri
Budidaya Laut no 15
Tusihadi,
T., Kurniastuty, Dewi, J. 2007. Preparasi
dan Pengelolaan Sampel dalam Pemeriksaan Penyakit dalam Balai Besar
Pengembangan Budidaya Laut Lampung. 2007. Petunjuk
Teknis Pengambilan Sampel. Seri Budidaya Laut no 15
Harper, C.
dan Lawrence, C. 2011. The laboratory of
Zebrafish. CRC Press: New York
Heil, N.P.
2004. Chapter 2: Sample Collection and Submission. NWFHS Laboratory Procedures
Manual Second Edition.
USFWS/AFS-FHS.
2004. Chapter 2: Sampling dalam Standard Procedures for Aquatic Animal Health Inspection
No comments:
Post a Comment