Nama lain: -
Etiologi/ penyebab
belum ada informasi terbaru
Hospes : L. vannamei [1]
Stadium rentan
Kematian teramati
terjadi pada stadium inter-moulting [1]
Epizootiologi:
Sindrom ini pertama kali
dilaporkan di India pada tahun 2011 [1]. Sindrom ini ditandai dengan kematian
jangka panjang selama masa budidaya [2]. Pola mortalitas dari RMS ini
berbeda-beda, antara 50-70%. Para pembudidaya di India kebanyakan akan
melakukan panen parsial atau mengosongkan tambaknya selama 2-3 musim kedepan
[1].
Faktor pendukung
Kematian lebih sering terjadi pada kolam dengan salinitas rendah [1]
Gejala Klinis
Gejala awal penyakit
Running Mortality Syndrome (RMS) ini ditandai dengan antenna yang terpotong,
berubahnya uropod menjadi merah. Selanjutnya hepatopancreas yang berwarna
kuning kemerahan, lalu diakhiri dengan seluruh tubuhnya berubah menjadi merah
tua. Feses yang berwarna putih atau kuning teramati pada udang yang sakit. Pada
kolam yang terpapar, kematian akan terus terjadi. Udang yang mati akan berada
di dasar kolam dan tidak ke permukaan [1]
Perubahan patologi
Pada pemeriksaan histopatologi, ditemukan lebih banyak sel B pada tubulus
hepatopankreas untuk stadium awal. Tingginya sel B ini mengindikasikan adanya
over feeding. Pada stadium lanjutan, teramati adanya sloughing hepatosit dan
infiltrasi hemosit ringan tanpa adanya gejala infeksi virus internal. Beberapa
sel menunjukkan karyomegali [3]
Diagnosis
Pada pemeriksaan wet
mount, ditemukan banyak sekali fouling
organisms seperti bakteri dan protozoa. Hemolim mengalami penundaan clotting time. Jumlah bakteri vibrio
baik di air maupun di udang mengalami peningkatan [1]. Pemeriksaan secara histopatologi dapat dilakukan untuk membantu diagnosa
Pencegahan dan
Pengendalian
Pembudidaya mengatasi
sindrom ini dengan membuang udang yang mati disertai dengan mengurangi pakan
selama beberapa hari. Hal ini bertujuan untuk menurunkan kematian. Pembudidaya
yang menerapkan sistem budidaya ekstensif juga mampu mencapai target produksi
tanpa RMS. Tidak ada treatmen untuk sindrom ini, namun praktek budidaya yang
baik dengan pemilihan benih yang baik, menurunkan kepadatan, manajemen tambak
dan kualitas air, penggunaan probiotik pada tanah, panen parsial, manajemen
pakan, penggunaan asam organic, budidaya polikultur mampu mencegah dan
menurunkan insidensi sindrom ini [1]. Studi
terbaru dari Rao, Venkatraluyu, Venkateswarlu (2017) menunjukkan bahwa
penggunaan suplemen pakan Phytozoi herbal mampu meningkatkan kelangsungan
hidup, feed intake, memperbaiki kualitas air, molting lebih sempurna, dan
merekoveri kondisi hepatopancreas pada udang, serta meningkatkan ketahanan
terhadap RMS [2]
Referensi
1. Mastan, S.A. dan Ahmed, M.O. 2016.
Running Mortality Syndrome (Rms) In Farm-Reared Shrimp, Litopenaeus Vannamei
Culture Systems In Andhra Pradesh, India. Indo American
Journal of Pharmaceutical Research, 2016 ISSN NO: 2231-6876
2. Rao, E.R., Venkatrayulu,
CH., Venkateswarlu, V. 2017. Effect of herbal feed supplement Phytozoi on
Running Mortality Syndrome in white leg shrimp Litopenaeus vannamei (Boone,
1931) farming. International Journal of Fisheries and Aquatic Studies 2017;
5(3): 365-368
3. Mastan, S.A. 2016.
Running Mortality Syndrome (RMS) in Farmed LItopenaeus vannamei Culture System.
Aqua International May 64pp
No comments:
Post a Comment