Nama lain
Lymphocystis Disease
Virus (LCDV) [8], Lymphocystis virus
disease type 1, lymphocystis virus disease type 2 [3], nodule disease [5], fish
lymphocystis disease virus [6]
Etiologi/ penyebab
Iridovirus [1], virus DNA
berukuran 0,13-0,26um [2] tidak beramplop [4]. Hanya ada dua jenis virus
lymphocystis yang dikenali yakni lymphocystis disease virus 1 (LCDV - 1)
yang menyerang flesus flounder dan
plaice; dan Lymphocystis disease virus 2 (LCDV - 2) yang menginfeksi dab.
Isolat dari ikan lainnya belum dikarakterisasi. Virus ini mampu bertahan di air
sekitar 1 minggu. Masa inkubasinya dapat mingguan hingga bulanan[7].
Hospes
ikan laut [1] dan payau, jarang pada ikan air
tawar [2]. Ikan lele, salmon, dan cypinid tidak mengalami penyakit ini [3,7]. Ikan
laut dan ikan air tawar herring (Clupeidae), smelt (Osmeridae), sea bass (Serranidae),
flounder (Paralichthidae), snappers (Lutjanidae), perch (Percidae), drum (Sciaenidae),
butterfly fishes (Chaetodontidae), cichlids (Cichlidae), gobies (Gobiidae) dan
sole (Soleidae) [4]. Pada ikan kerapu, penyakit ini dilaporkan menyerang pada E.
bruneus, E. malabaricus dan E. chlorostigma di Cina dan E. fuscoguttatus di
Malaysia [6]
Stadium rentan
tokolan, juvenil, dewasa
Epizootiologi:
Penyakit ini tersebar luas di Eropa,
Amerika Utara dan Tengah, Australia, Afrika, Hawai, Pasifik Selatan, dan Asia.
Penularan terjadi secara horizontal dan melalui air, kulit yang mengalami
abrasi, dan kohabitasi. Permukaan
eksternal termasuk insang menjadi portal masuknya ke epidermis. Rute melalui
oral dan penularan secara vertikal tidak terjadi [4,6]. Mortalitas yang
disebabkan oleh penyakit lymphocystis ini sangat rendah [1]. Bahkan pada ikan
yang telah berumur ikan ini jarang menimbulkan fatal [6]. Tingkat infeksinya
rendah (0,5-10%) hingga sedang (50%) [2]. Meskipun mortalitas yang ditimbulkan
tidaklah besar, namun infeksi menimbulkan kerugian dengan adanya kecacatan pada
ikan sehingga mempengaruhi harga jual terutama untuk ikan hias [8]
Faktor pendukung
Stres
dapat menurunkan sistem imun, meningkatkan resiko infeksi, dan menimbulkan
bekas luka pada ikan [2]. Infeksi virus ini juga dapat ditemukan pada kondisi
setelah badai, treatmen dengan kupri sulfat. Beberapa jenis ikan seperti Butterflyfish
( Chaetodon sp. , Forcipiger sp., Heniochus sp. etc.), Emperorfi sh (
Pomacanthus sp., Holacanthus sp., Centropyge sp. ), Gamma lore, dll kerap
terserang [5]
Gejala Klinis
Virus ini menyerang jaringan kulit
dan sirip [5]. Dapat juga ditemukan pada rongga pipi dan insang, namun sangat
jarang terdapat pada permukaan serosa organ dalam [7]. Penyakit ini menimbulkan
tumor benigna dengan kondisi enlargement
of dermal fibroblast (membengkaknya
fibroblast kulit), berukuran 1mm dan seringkali bercluster membentuk nodul
hingga 1cm, berwarna krem, putih atau pink. Secara kasat mata tampak sekumpulan
sel dengan bentuk seperti raspberry [1]. Gambaran ini dapat terlihat pada
seluruh permukaan tubuh. Sangat jarang lesi ada pada tubuh [3]. Jika lesi ini
terdapat pada mulut akan menyebabkan gangguan memasukkan makanan dan ikan tidak
mau makan [5]. Vascularitas terkadang membentuk kelompok besar sel berwarna kemerahan.
Massa ini memiliki ukuran dan lokasi bervariasi. Mortalitas dapat terjdi akibat insang yang
rusak, kemampuan berenang dan makan yang terganggu oleh lesi [4]
Perubahan patologi
Sel-sel fibroblast akan membengkak
hingga 100000 kali dibandingkan ukuran normal. Sel yang mengalami hipertrofi
ini tebalnya mencapai 1mm. Penyakit ini terkadang dapat mempengaruhi jaringan
syaraf kornea, iris, choroidal, retrobulbar, dan syaraf opticus [1]. Kerusakan
jaringan dimulai dari epidermis lalu masuk ke fibroblast [2]. Fibroblast inilah
yang mengalami hipertorofi sehingga muncul gambaran lymphocystis giant cell
[6]. Pada jaringan yang terinfeksi juga dapat ditemukan badan inklusi
intrasitoplasmik basofilik bersamaan dengan fibroblast yang hipertrofi [7].
Pada sel yang hipertrofi atau yang disebut sel lymphocystis, tersusun dari
kapsul hyaline tebal, nucleus yang membesar, dan inklusi sitoplasmik basofilik
yang mencolok [8]. Infeksi virus pada insang berpotensi terjadinya infeksi
sistemik dimana virus menyebar ke limpa, jaringan belakang mata, mata, dan
organ dalam lainnya [9].
Diagnosa banding
Micosis dan Carp Pox. Pada lymphocystis
inklusi berbentuk granuler sehingga membedakan dengan carp pox. Dan massa
seperti lilin sehingga berbeda dengan mycosis [4]. Sel yang mengalami
hipertrofi juga dapat ditemukan pada kasus epitheliocystis, namun kasus ini
banyak terjadi pada insang. Stadium ringan dari infeksi lymphocystis terkadag
menyerupai dengan ich, namun dapat dengan
mudah dibedakan dengan pemeriksaan wet mount. Lymphocystis juga dapat
dibingungkan dengan idiophatic epidermal hyperplasia, namun hal ini jarang
dibahas. Lesi walleye dermal sarcoma
juga dapat dibedakan dengan lymphocystis dengan histopatologi [7]
Metode Diagnosa
Mikroskop
cahaya dapat digunakan untuk menemukan sel yang mengalami hipertrofi dengan wet
mount atau biopsy jaringan. Histologi dibutuhkan untuk mengonfirmasi penyakit
ini [1]
Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit ini kurang berbahaya,
bersifat self limiting. Ikan yang berpenyakit dapat sembuh jika faktor stress
dikurangi dan kondisi lingkungan diperbaiki. Pada salah satu kasus pada ikan
California sheepshead, ikan mampu sembuh setelah 6 minggu tanpa penanganan
khusus [1]. Hal yang perlu diwaspadai adalah infeksi dari kondisi tersebut.
Lesi yang mengganggu proses makan harus dilakukan operasi. Pencegahan dapat
dilakukan dengan mencegah faktor pemicu dan mengkarantina ikan baru [3]. Tindakan
pengendalian dilakukan dengan menghindari penebaran benih ikan yang terinfeksi
secara klinis. Pendeteksi secara dini melalui monitoring dan sterilisasi,
mengurangi kepadatan dan mengatasi trauma pada kulit akan membantu mengatasi
penyakit ini [4]
Pada ikan hias, nodul dapat dikerok
dengan kuku atau pisau kecil. Luka yang terjadi diterapi menggunakan
mercury-chromium (4%) atau dengan disinfektan lainnya. Pada kasus berat,
disarankan untuk memoong sirip atau bagian lain yang terinfeksi lalu
mendisinfeksinya. Ikan juga dapat ditempatkan pada akuarium khusus untuk
diberikan antibiotic atau pengobatan lainnya[5].
Referensi
- Wildgoose, W.H (Ed). 2001. BSAVA Manual of Ornamental Fish. British Small Animal Veterinary Association
- Kurniawan, A. 2012. Penyakit Akuatik. UBB Press
- Mayer, J. dan GDonnelly, T.M (Ed). 2013. Cinical Veterinary Advisor Birds and Exotic Pets. Elsevier
- Reantaso M G., B., Mcgladdery S E, Subangsinghe. 2001. Asian Diagnostic Guide to Aquatic Animal Diseases. FAO Fisheries Technical Paper, No. 402, supplement 2. Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO), Rome, Italy, 240 pp.
- Bassleer, G. 2004. Disease. in Marine Aquarium Fish: causes - development- symptoms- treatment 3rd Edition. Bassleer Biofish: Belgium
- Nagasawa, K. and E. R. Cruz-Lacierda (eds.) 2004: Diseases of cultured groupers. Southeast Asian Fisheries Development Center, Aquaculture Department, Iloilo, Philippines. 81 p.
- Hossain, M. dan Oh, M.J. 2011. Histopathology of Marine and Freshwater Fish Lymphocystis Disease Virus (LCDV). Sains Malaysiana 40(10)(2011): 1049–1052
- Lawler, A. Lymphocystis Disease of Fish. http://www.aquarticles.com
100x giant cell wet mount
No comments:
Post a Comment