-->

Referensi

    Wednesday, 26 September 2018

    Hematologi ikan - bagian 2

    A. Stem Sel
    B. Eritrosit
    C. Trombosit

    Hematologi ikan bagian - 2

    D. Leukosit

    a. Agranulosit
    Sel ini merupakan yang paling dominan pada Teleostei dan elasmobranchii. Pada proses pembentukannya, terdapat dua bentuk sel yaitu:

    - Limfoblast
    Merupakan diferensiasi dari hemoblast limfoid kecil dan serupa dengan proerythroblast. Perbedaannya adalah sitoplasma yang tercat merata

    - Prolimfosit
    Sel spheroid ini berdiameter 7-15nm dengan sitoplasma tercat azure tanpa granulasi azurophil. Nukleusnya di pusat, bulat, memiliki lekukan tapi tidak menyentuk membrane sel. Membrane nuleus, material kromatin, dan nucleoli cukup mencolok. Sel ini bukanlah sel fagosit namun aktif bermitosis. Keberadaanya pada pembuluh darah perifer mengindikasikan adanya kondisi patologis. Rasio sitoplasma dengan nucleus adalah 1,25-2:1

    1. Limfosit
    Limfosit berbentuk bulat kecil dengan nucleus yang mengisi hampir seluruh sitoplasmanya (rasio N:C (nucleus: sitoplasma) yang tinggi) dan sitoplasma yang tercat biru terang. Nukleus limfosit berwarna basofiik berbentuk bulat. Sitoplasmanya biru gelap dengan tepi lembut atau terkadang irregular. Terkadang bentuk selnya dapat menyesuaikan sel yang ada di sekitarnya. Limfosit terbagi menjadi ukuran kecil, sedang, besar. Sel yang kecil merupakan sel yang lebih dewasa. Limfosit yang reaktif dan terdapat sel plasma, ukurannya 2-3 kali lebih besar daripada ukuran normalnya. Limfosit yang kecil terkadang disebut aktif memproduksi globulin. Limfosit yang besar dengan partikel berpasir merupakan sel yang aktif memfagosit. Keduanya juga berbeda dalam berdiferensiasi, limfosit kecil akan menjadi sel plasma, dan limfosit besar menjadi makrofag dalam sirkulasi. Limfosit memainkan peran dalam membentuk antibodi. Turunnya limfosit mengakibatkan turunnya antibodi dan tubuh menjadi rentan terhadap infeksi.

    2. Monosit
    Merupakan sel yang berbentuk bulat dengan sitoplasma biru mengisi sel, terkadang mengandung vakuola dan intinya berbentuk bulat, oval, berlobus dengan kromatin yang longgar. Sel ini adalah leukosit terbesar pada gambaran darah perifer. Dalam jaringan monosit disebut sebagai makrofag. Makrofag dapat teramati pada organ hati, limpa, dan ginjal.  Monosit merupakan fagosit terkuat dan mampu memfagosit partikel lebih banyak dan besar.


    Gb. perbandingan sel darah manusia dan ikan (zebrafish) (pict credit to Davidson and Zon, 2004)

    b. Granulosit
    Pada proses hematopoiesis, terdapat beberapa bentuk sel yang akhirnya akan membentuk granulosit antara lain:

    - Granuloblast
    Sel yang berkembang dari hemoblast limfoid besar. Bentuknya spheroid hingga ovoid, berdiameter 10-15nm dan memiliki sitoplasma biru terang bergranula.

    - Progranulocyte
    Sel ini berbentuk spheris hingga ovoif dengan sitoplama biru muda bergranula. Nucleus di pusat dan berlekuk. Sel aktif bermitosis. Rasio sitoplasma dengan nucleus adalah 1,5-1,75:1

    - Granulocyte
    Sel ini akan berkembang menjadi neutrofi, eosinophil, dan basophil. Namun masih ada spekulasi. Pada salmon, eosinophil berasal dari hidtogenous sedangkan basophil tidak diketahui asalnya. Pada cyprinid ketiga granulosit berasal dari sistem pembuluh darah perifer.

    1. Basofil
    Sel ini sangat jarang pada Teleostei, hanya sedikit saja teramati pada stingray. Sitoplasmanya memiliki granula berwarna biru-hitam pada pewarnaan wright’s dan tercat sebagai vakuola kosong pada perwarnaan Romanowsky. Nukleusnya sulit teramati karena granula yang sangat banyak

    2. Neutrofil
    Neutrofil Teleostei berbentuk bulat besar dengan sitoplasma bening, biru terang, atau kelabu  dan granula yang tak berwarna hingga tercat lemah. Inti sel berbentuk bulat atau multilobus atau seperti ginjal atau bersegmen, terkondensasi di bagian tengah. Sitoplasmanya terkadang terwarnai abu-abu terang dan terdapat granula azurofilik. Neutrofil pada Teleostei disebut sebagai leukosit utama atau granulosit yang paling sering teramati. Sel ini terkadang disebut sebagai heterofil, namun pada burung dan reptil, heterofil merujuk pada sel yang berbeda. Pada satu literatur menyebutkan bahwa pada pewarnaan Romanowsky, heterofil pada ikan memiliki morfologi yang menyerupai dengan heterofil pada burung/reptil namun sitokimianya serupa dengan neutorfil mamallia.  Neutrophil pada elasmobranchii berupa sel besar dengan sitoplasma bening dan nucleus terkondensasi multilobus. Neutrofil berperan pada proses peradangan. Fagositosis yang dilakukan neutrophil dilakukan dengan mendekati partikel asing lalu mengeluarkan pseudopodia ke segala arah mengitari partikel lalu pseudopodia menyatu ke arah yang berlawanan. Satu neutrofil mampu memfagosit 5-20 bakteri sebelum kemudian tidak aktif dan mati.

    - Neutrofil juvenile
    Sel ini berkaitan dengan metamyelocyte pada mamalia dan jumlahnya relative sedikit pada sistem peredaran darah perifer. Stadium perkembangannya memebentuk pusat hematopoietic sehingga keberadaannya di luar pusat menjadi ciri kondisi patologis. Selnya berbentuk ovoid berdiameter 10-15nm. Sitoplasma pucat dengan granulasi. Nukleusnya di pusat dan ditandai dengan lekukan pada bagian tengahnya. Kromatin cukup kompak dengan rasio terhadap sitoplasma adalah 1:2,0

    - Neutrofi band
    Sel ini serupa dengan yang ada pada mamalia. Bentuknya mirip dengan yang juvenile kecuali lekukan nukleusnya membesar sehingga nucleus terlihat memanjang dan berkelok. Material nucleus cukup kompak. Sitoplasma tidak terwarnai dengan baik dengan sedikit granula. Rasio sitoplasma terhadap nucleus adalah 1,3-1,5:1

    - Neutrofil segmented
    Sel ini merupakan sel tyang sepenuhnya telah terdiferensiasi. Nukleusnya berlobus (2-3) lobus dengan untaian tipis yang menghubungkan antar lobusnya. Sitoplasmanya agranuler dan tidak terwarnai. Aktifitas fagositiknya masih samar, meskipun beberapa muncul pada peradangan aktif. Jumlahnya meningkat pada pembuluh darah saat stadium awal infeksi bacterial sistemik. Rasio sitoplasma dengan nucleus adalah 2,0-4,0:1

    3. Eosinofil
    Beberapa literatur menyebutnya sebagai eosinofilik granulosit sebab selnya mengandung granula berwarna eosinofilik. Pada Teleostei, eosinophil menyerupai pada burung dan reptil sedangkan eosinofil elasmobranchii memiliki deskripsi yang berbeda. Pada ikan, eosinophil berukuran sedikit lebih besar daripada neutrophil. Nukleus basofilik berlobus dengan granula eosinofilik dan sitoplasma tercat biru pucat. Eosinofil terlibat dalam melawan infestasi parasit namun pada ikan yang tidak memiliki eosinophil akan bergantung pada sel lain untuk menjalankan fungsi ini. Eosinofil merupakan fagosit lemah. Eosinofil kurang begitu umum teramati pada Teleostei.

    E. Leukosit pada elasmobranchii
    Terbagi menjadi 3 tipe

    - G1 (tipe I, heterophil, dan fine eosinophilic granulocyte atau FEG),
    Sel ini berbentuk bulat dengan nukleus bulat atau bersegmen, berlekuk dan granula eosinofilik

    - G2 (tipe II dan neutrophil)
    Sel ini berbentuk bulat dengan nukleus bulat atau bersegmen, berlekuk dan granula yang sulit teramati. Batas granula dan batas atau sel sulit terlihat

    - G3 (tipe III, eosinophil, dan coarse eosinophilic granulocyte atau CEG).
    Sel berbentuk bulat dengan nukleus bulat dan granula eosinofilik bulat, besar

    - Basofil
    Sangat jarang terlihat. Tercat sebagai sel bulat dengan granula ungu gelap

    Gb. sel darah pada elasmobranchii (stringray). A. G1 (heterofil - panah), G3 (eosinofil - kepala anak panah). C. G2 (neutrophil- panah), G3 (kepala anak panah). (picture credit to Grant, 2015)


    F. Plasma darah
    Tersusun atas protein yang bervariasi berat molekul dan fungsinya. Plasma darah ikan terdiri dari beberapa komponen, pada ikan trout plasmanya terdiri dari fibrinogen, globulin, ceruloplasma, protein yang berikanan dengan iron, iodin, glikoprotein, lipoprotein, fosfolipid, albumin, immunoglobulin, dll.

    Pengambilan darah pada ikan
    Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pengambilan darah antara lain proses handling, lokasi pengambilan darah, pembiusan (jika diperlukan), pengambilan sampel.

    Referensi

    Arnold, J. E. 2009. Hematology of Fish: WBC and RBC Cell Morphology. Proceedings of the ACVP/ASVCP Annual Meetings - Monterey, California, USA

    Catton, W.T. 1951. Blood Cell Formation in Certain Teleost Fishes. American Society of Hematology. Vol 6 (1): 39-60

    Clauss, T.M., Alistair, D.M.D., Jill, E.A.  2008. Hematologic Disorder of Fish. Vet Clin Exot Anim 11 (2008) 445–462

    Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Teknologi perikanan. Rineka Cipta: Jakarta

    Grant, K.R. 2015. Fish Hematology and Associated Disorders. Veterinary Clinics of North America: Exotic Animal Practice, Volume 18, Issue 1, January 201

    Irianto, A. 2003. Patologi Ikan Teleostei. UGM Press: Yogyakarta

    Klontz, G.W. Fish Hematology

    No comments:

    Post a Comment