-->

atas

    Wednesday, 20 June 2018

    Trichodiniasis



    Nama lain

    penyakit gatal [2]



    Etiologi/ penyebab
    Trichodinelid yang terdiri dari Trichodina, Tripartiella, dan Trichodinella [2], merupakan protozoa berbentuk lonceng dengan skelet melengkung secara radial (dentikel) dan sebuah zona aboral dari silia yang tersusun secara spiral [1]. Dentikel seperti cakram dan berfungsi sebagai penempel [2]. Sel nya berbentuk bundar seperti cawan, memiliki makro dan mikronukleus, getar/ bersilia pada kedua sisi sel [1]. Trichodina berukuran 45-78um, Trichodinella 24-37um, dan Tripartiella >40um [2].  Ketiiganya dapat dibedakan berdasarkan bentuk dentikelnya [5]. Umumnya parasite ini bersifat komensal daripada parasitic sebab hanya memakan sel-sel yang mati. Namun struktur dentikel yang keras sering menyebabkan iritasi pada kulit ikan [2]


    Hospes
    Benih ikan air laut, tawar, payau [2], tidak ada hospes spesifik, namun kebanyakan Trichodinid yang berukuran besar >90um memiliki hospes lebih lluas dibandingkan yang kecil <30um [7]


    Stadium rentan
    Semua stadium budidaya, dari hatcheri hingga pembesaran [5]



    Penularan
    Penularan Trichodina terjadi secara langsung antar ikan atau melalui air [1]. Kematiannya dapat mencapai 50% dari total populasi. Kebanyakan kematian akibat infeksi sekunder [2].


    Siklus Hidup:
    Reproduksi Trichodina dilakukan secara aseksual dengan pembelahan. Reproduksi seksual dilakukan secara membelah. Siklus hidupnya sama dengan Ichtyophthirius sp [1]. Trichodina meletakkan ribuan spora yang dapat bertahan pada sedimen. Bila kondisi lingkungan memungkinkan, spora akan menetas. Larva dapat bertahan untuk 1-2 hari di air lalu mencari hospes baru [9]


    Faktor pendukung
    Turunnya kadar oksigen hingga <4ppm, suhu yang fluktuatif, dan tingginya bahan organic dalam air [1], padat tebar tinggi, kondisi ikan yang sehat memungkinkan parasite berkembang pesat [3].


    Gejala Klinis
    Parasite kelompok ini menyerang sirip, kulit, dan insang [2]. Beberapa spesies Trichodinid ini dapat menginfeksi kandung kemih, oviduk, dan saluran pencernaan, namun dipercaya bukanlah patogen [7]. Tubuh yang terserang Trichodiniasis menjadi pucat disertai perdarahan serta berlendir. Ikan menjadi tidak tenang, frekuensi nafas meningkat, warna tubuh menggelap, pertumbuhan terhambat, dan lemas. Nafsu makan ikan menghilang [1]. Sirip rusak dan ikan sering menggosokkan tubuh pada benda sekitarnya [2]. Keberadaan parasit pada insang dapat mengganggu pernafasan [3]. Pergerakan parasite dapat menyebabkan kerusakan pada epitel insang [5].


    Perubahan patologi

    Pada insang, parasite ini menyebabkan hyperplasia lamella sekunder dan hipertrofi sel sepitel insang. Bagian yang dilekati parasite akan mengalami nekrosis [6]. Pada pemeriksaan histopatologi dapat teramati parasit pada insang [7]


    Metode Diagnosa

    Dapat dilakukan secara visual terhadap tingkah laku dan gejala klinis [2]. Pemeriksaan mikroskopis dapat dilakukan dengan wet mount [3]. Pengamatan morfologi dapat dilakukan dengan impregnasi menggunakan silver nitrat [2].


    Prognosis

    Prognosisnya baik bila jumlah parasite sedikit dan ikan tidak stress. Parasite ini tidak begitu patogen. Infestasi bersifat serius bila terjadi pada pembenihan [8]


    Pencegahan dan Pengendalian

    Sebagai tindakan pencegahan, dapat dilakukan dengan perendaman 2-5g/L garam untuk tokolan [10]

    Tindakan pengendalian dapat dilakukan dengan:

    - Mempertahankan suhu air >29oC

    - Mengurangi bahan organic terlarut

    - Meningkatkan frekuensi penggantian air


    Sumber : [1], [3], [4], [5], [7], [9], [10]

    Tabel Bahan herbal untuk pengobatan Trichodiniasis
    Sumber [2]

    Referensi

    1. Nurcahyo, W. 2014. Parasit pada Ikan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta 
    2. Maskur, Mukti Sri Hastuti, Taukhid, Angela Mariana Lusiastuti, M. Nurzain, Dewi Retno Murdati, Andi Rahman, Trinita Debataraja Simamora. 2012. Buku Saku Pengendalian Penyakit Ikan. Kementerian Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.
    3. Anshary, H. 2016. Parasitologi Ikan: Biologi, Identifikasi, dan Pengendaliannya.  Deepublish: Yogyakarta
    4. Afrianto, E., Liviawaty, E., Jamaris, Z., Hendi. 2015. Penyakit Ikan. Penebar Swadaya: Jakarta Timur
    5. Nagasawa, K. and E. R. Cruz-Lacierda (eds.) 2004: Diseases of cultured groupers. Southeast Asian Fisheries Development Center, Aquaculture Department, Iloilo, Philippines. 81 p.
    6. Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostesi. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta 
    7. Noga, Edward J. 2010. Fish disease: diagnosis and treatment / Second Edition. Blackwell Publishing
    8. Meyers, T., Burton, T., Bentz, C., Starkey, N. 2008. Alaska Department of Fish and Game:  USA
    9. AFCD. 2009. Good Aquaculture Practices Series 4. 
    10. Read, P., Stuart, M.L., Rowland, J., Mifsud, C. 2007. Diagnosis, Treatment and Prevention oF THEDiseases of the Australian Freshwater Fish Silver Perch (Bidyanus bidyanus). Fisheries Research and Development Corporation: Australia


    No comments:

    Post a Comment