Pakan alami
atau life food adalah pakan
yang dikonsumsi yang berupa organisme dan berasal dari alam. Di dalam dunia
perikanan, pakan alami merupakan salah satu jenis pilihan pakan untuk komoditas
ikan konsumsi air tawar, laut, payau, serta ikan hias. Umumnya pakan alami
diperoleh dari alam. Namun seiring dengan perkembangannya, pakan alami kini
telah dapat dibudidayakan. Penggunaan pakan alami memiliki keunggulan bagi
larva atau benih ikan sebab ukurannya yang kecil sesuai dengan bukaan mulut
ikan. Disamping itu, nilai nutrisi yang tinggi, mudah dibudidayakan, gerakan
yang merangsang ikan untuk memangsa, ketersediaan yang terjamin, dan biaya
budidaya yang relative rendah menjadi kelebihan pemberian pakan alami.
Organisme
pakan alami (life food organism)
Merupakan organisme hidup yang dipelihara,
dimanfaatkan sebagai sumber pakan dalam proses budidaya perikanan. Organisme
ini berkaitan erat dengan plankton baik fitoplankton dan zooplankton serta
benthos. Keduanya merupakan organisme air yang dapat digunakan sebagai sumber
pakan ikan. Sebagai sumber pakan, keduanya harus bersifat aman bagi lingkungan,
tidak beracun atau mengandung logam berat, serta bukan merupakan inang atau
perantara suatu patogen.
Kebutuhan
pakan alami pada ikan
Larva ikan laut membutuhkan pakan alami dengan nutrisi
yang cukup meliputi asam lemak, asam organic, lemak dan minyak nabati. EFA
tampaknya menjadi salah satu kebutuhan utama yang harus ada dalam pakan alami. Pada
ikan hias, pakan alami dibutuhkan untuk menghasilkan warna. Contoh pakan alami
yang merupakan sumber karotenoid bagi
ikan hias antara lain Spirulina platensis, Haematococcus, pluvialis, Chlorella
sp, Numaliella salina. Crustacea, Tubifex sp.
Kandungan gizi
pakan alami
Pakan alami mengandung protein, karbohidrat, lemak,
vitamin, dan mineral untuk pertumbuhan larva ikan. Karbohidrat pada pakan alami
umumnya relative rendah. Kadar nutrisi pakan alami bervariasi bergantung pada
jenisnya. Perbedaan nutrisi pada fitoplankton dipengaruhi oleh unsur hara serta
kondisi lingkungan (cahaya, suhu, dll). Sedangkan nilai nutrisi zooplankton
bergantung pada jenis pakan yang digunakan untuk budidaya zooplankton. Sejumlah
eicosapentanoic acid (EPA) terkandung dalam spesies diatom. Sedangkan DHA
paling tinggi terdapat pada I. galbana dan P.
lutheri.
Jenis-jenis pakan
alami
Terdapat beragam jenis pakan alami. Ikan mengawali
masa hidupnya dengan memakan plankton. Kemudian seiring bertambahnya ukuran
ikan, pakan pun akan berubah. Pakan alami yang dapat digunakan dan
dikembangbiakkan antara lain klorella, tetraselmis, infusoria, Moina, Daphnia,
jentik nyamuk, cacing merah, artemia, dll. Setiap jenis pakan alami ini
memiliki habitat, karakteristik, siklus hidup yang berbeda-beda.
A.
Fitoplankton
Plankton ini merupakan produsen pertama yang
berklorofil dan mampu berfotosintesis. Fitoplankton yang digunakan sebagai
pakan ikan terdiri dari tiga kelompok yaitu alga hijau, diatom, dan blue green
alga
fitoplankton (pict from FAO.org) |
Tetraselmis
Berukuran 7-12mikron. Merupakan alga biru hijau.
Tetraselmis memiliki 4 buah flagella berwarna hijau, memiliki klorofil, dan
dindingnya terbentuk dari selulosa dan pektin. Alga ini berkembang biak secara
aseksual dengan pembelahan sel dan seksual dengan penyatuan kloroplast dari
gamet jantan dan gamet betina. Tetraselmis hidup pada salinitas 15-36 permil
dengan suhu sekitar 15-33oC. Tetraselmis mengandung lemak dalam kadar tinggi.
Kandungan nutrisi (%)
|
|
Vitamin C
|
0,25
|
Chlorophyll A
|
1,42
|
Protein
|
54,66
|
karbohidrat
|
18,31
|
lemak
|
14,27
|
EPA
|
9,3
|
DHA
|
0
|
Chlorella sp
Berukuran 2-8 mikron. Terdapat dua jenis Chlorella
yaitu yang hidup di air tawar dan laut. Berbentuk bulat atau bulat telur.
Chlorella merupakan alga bersel tunggal (uniseluler), berwarna hijau, dinding
selnya tersusun atas selulosa dan pekton. Terkadang organisme ini tampak bergerombol
dan bergerak sangat lambat. Alga ini tumbuh pada salinitas 0-35ppt dan suhu
25-30oC. Reproduksinya dilakukan secara aseksual dengan pembelahan sel atau
dengan pemisahan autospora.
Dunaliella
salina
Merupakan alga hijau uniseluler, memiliki sepasang
flagella dan sebuah kloroplast berbentuk cangkir. Bentuk selnya berubah-ubah
sesuai kondisi lingkungan. Dunaliella bersifat halofilik yang artinya menyukai
lingkungan bersalinitas tinggi serta merupakan organisme eurythermal yakni
toleran terhadap suhu yang lebar. Alga ini bereproduksi secara seksual dan
aseksual.
Spirulina sp
Berukuran 1-12 mikron, berbentuk bulat dan segiempat.
Dinding dari diatom ini terbentuk oleh silika. Alga yang memiliki pigmen
karotenoid dan diatomin ini berwarna kuning keemasan. Chaetoceros tumbuh pada
suhu 25-30oC dengan salinitas 6-50permil. Spirulina kaya akan vitamin A, B1,
B2, B6, C, dan E, beta karoten. Spirulina juga memiliki pigmen yang membantu
mempertahankan warna ikan, mineral, asam lemak esensial, 8 asam amino.
Skeletonema
costatum
Berukuran 4-15 mikron, merupakan alga dari kelompok
diatom. Alga ini membentuk untaian dengan beberapa sel. Setiap sel berbentuk
kotak dengan bagian epiteka di bagian atas dan hipoteka di bagian bawah. Alga
ini memiliki pigmen diatomin dan karotenoid. Skeletonema bersifat eurythermal
dan tumbuh pada salinitas 25-29. Pertumbuhan alga ini banyak dipengaruhi oleh
cahaya. Reproduksinya secara aseksual dan seksual.
Isochrysis sp
Berukuran 5-7
mikron, berwarn coklat berflagella, berukuran spheris hingga serupa
pir. Isochrysis menyukai suhu 30oC
dengan intensitas cahaya tinggi. Planton ini mengandung DHA dalam jumlah tinggi
dan banyak digunakan untuk menumbuhkan rotifer.
Nanochloropsis
Merupakan alga berwarna kuning kehijauan dan berflagella
dengan ukuran 2-4um. Sering digunakan sebagai pakan untuk rotifer. Plankton ini
sering membuat warna air menjadi hijau. Nanochloropsis mengandung lemak dan EPA
dalam jumlah tinggi.
Kandungan nutrisi (%)
|
|
Vitamin C
|
0,85
|
Chlorophyll A
|
0,89
|
Protein
|
52,11
|
karbohidrat
|
12,32
|
lemak
|
27,64
|
EPA
|
10,1%
|
DHA
|
0%
|
Chaetoceros sp
Berukuran 2-5 mikron. Merupakan diatom tak berantai
berwarna coklat keemas an berbentuk persegi. Chaeocheros tumbuh pada salinitas
25-30oC dengan cahaya 500-10000lux.
B. Zooplankton
Merupakan konsumen pertama yang memanfaatkan
fitoplankton. Zooplankton terdiri dari tiga kelompok yaitu protozoa (sarcodina,
flagellate, ciliate), rotifer, dan crustacean
Zooplankton (pict from FAO.org) |
Artemia/ Brine
shrimp
Nuplii artemia memiliki panjang ± 400mikron sedangkan dewasa
panjangnya ± 1,8 Cm. Keunggulan penggunaan artemia sebagai pakan alami adalah
dapat dilakukan manipulasi kualitas nutrisi melalui pemberian pakan dengan
kultur rotifer atau dengan bioenkapsulasi. Nauplii artemia banyak digunakan untuk
produksi benih ikan laut, ikan tawar, dan krustasea. Pada ikan air tawar,
nauplii artemia dapat dipergunakan sebagai pakan perantara bagi larva jika
Moina terlalu besar untuk digunakan. Penggunaan Artemia saat ini terbilang
kurang ekonomis sebab selain sulit didapat juga harganya mahal. Artemia yang
berasal dari alam memiliki resiko sebagai pembawa penyakit ikan. Dari kandungan
gizi, artemia tidak banyak mengandung
DHA, EPA, dan ARA oleh karenanya harus diperkaya. Arteemia juga mampu
mengkatabolisme DHA menjadi EPA sehingga pengkayaan DHA akan sangat terbatas.
Kandungan gizi (%)
|
|
Kadar air
|
81,9
|
Protein
|
55
|
Lemak
|
18,9
|
Serat kasar
|
-
|
abu
|
7,2
|
Rotifera (Brachionus
sp)
Merupakan jenis rotifer. Memiliki panjang 80 – 400mikron
dengan nauplius 115 – 255mikron dan ewasa 1000 – 1200mikron. Kadar lemak pada
Brachionus bergantung pada kepadatanTerdapat dua spesies laut yaitu Brachionus pliticalis dan B. rotundiformis. Rotifer bereproduksi
seksual dengan menghasilkan kista dorman. Rotifer dapat dibudidayakan dengan
alga hidup atau pasta alga. Kelemahan penggunaan rotifer adalah kurangnya
nutrisi yang terkandung bagi larva ikan. Kandungan DHA, EPA, dan ARA rotifer
sangat rendah. Rotifer juga tidak mampu memperpanjang rantai asam lemak
sehingga harus diperkaya dengan HUFA sebelum diberikan sebagai pakan.
Kandungan gizi (%)
|
nauplii
|
Kadar air
|
85,7
|
karbohidrat
|
10,5-27%
|
Protein
|
8,6
|
Lemak
|
4,5
|
Serat kasar
|
-
|
abu
|
0,7
|
karbohidrat
|
6-7
|
Protozoa
Infusoria
(Paramaecium sp)
Merupakan protozoa, umumnya berada di peraian tawar
berukuran 40-100 mikron dan hidup bergerombol. Organisme ini dpaat
dibudidayakan pada media sayuran. Infusoria memakan ganggang, renik, detritus,
ragi, dll. Reproduksinya secara seksual dan aseksual.
Copepoda
Merupakan crustacea kecil dengan lebih dari 21.000
spesies dengan ukuran nauplii antara 38-220 mikron. Larva ikan laut memakan
nauplii copepod, sedangkan juvenilnya memakan copepod dewasa. Copepod mampu
mensintesis HUFA tanpa pengkayaan serta mempertahankan rasio DHA:EPA dan EPA:
ARA. Sejumlah 90% asam lemak juga terdapat pada copepod. Beberapa jenis copepod
yang sering digunakan sebagai pakan alami ikan laut adalah Calanoida,
Harpcticoida, dan Cyclopoida. Copepoda
air tawar yang banyak dikenal adalah Moina dan Daphnia. Budidayanya membutuhkan
pakan rotifer. Kelemahan dari penggunaan copepod sebagai sumber pakan adalah
ketersediaannya yang sedikit, budidaya yang membutuhkan tempat luas, peralatan,
dan waktu untuk pakannya.
Kandungan gizi (%)
|
nauplii
|
|
Kadar air
|
||
Protein
|
43
|
30,3
|
Lemak
|
6,9-22,5
|
|
Serat kasar
|
||
abu
|
||
Vitamin E (ug/g BK)
|
113
|
-
|
Vitamin B1 (ug/g BK)
|
515
|
-
|
Vitamin C (ug/g BK)
|
23
|
-
|
EPA
|
1,8
|
1,4
|
DHA
|
3,5
|
3,5
|
Kladosera
(Moina sp)
Moina banyak dikenal sebagai kutu air. Berbentuk agak
bulat, dengan diameter 0,19-1,8mm dan berwarna kemerahan. Moina banyak
digunakan sebagai pakan untuk benih umur 2-6 hari. Moina juga banya digunakan
sebagai pengganti atau alternatif pakan cacing tubifex. Reproduksi moina
dilakukan secara aseksual dan seksual. Budidayanya membutuhkan kotoran hewan
kering atau Chlorella sebagai sumber pakannya. Moina akan tumbuh dengan baik
pada perairan yang mempunyai kisaran suhu antara 14-30 ° C dan pH antara 6,5 - 9.
Kandungan gizi (%)
|
|
Kadar air
|
99,6
|
Protein
|
37,38
|
Lemak
|
13,29
|
Serat kasar
|
-
|
abu
|
11,00
|
Daphnia sp
Daphnia merupakan copepoda yang berbentuk lonjong,
pipih, dan beruas. Daphnia banyak digunakan sebagai pakan untuk benih umur 6-12
hari. Daphnia bereproduksi secara seksual dan aseksual. Budidayanya membutuhkan
kotoran hewan kering. Daphnia dapat tumbuh pada suhu 21oC dan pH 6,5-8,5.
Kandungan gizi (%)
|
|
Kadar air
|
94,78
|
Protein
|
42,65
|
Lemak
|
8,00
|
Serat kasar
|
2,58
|
abu
|
4,00
|
Cacing
Cacing sutra
(Tubifex sp)
Merupakan jenis cacing serupa rambut dengan panjang
1-3cm. Tubuhnya berwarna merah
kecoklatan dan beruas-ruas. Umumnya cacing ini hidup bergerombol dalam lumpur
dan ekornya menjuntai. Cacing sutra ini bereproduksi dengan bertelur. Habitat
hidupnya adalah selokan, parit, dan sungai yang tercemar bahan organic.
Budidayanya membutuhkan pH 6-7,5 dengan intensitas cahaya matahari tidak
terlalu tinggi. Media pemeliharaannya membutuhkan bahan pupuk kendang, ampas
tahu, dan tetes tebu.
Kandungan gizi (%)
|
|
Kadar air
|
87,19
|
Protein
|
57,5
|
Lemak
|
13,5
|
Serat kasar
|
2,04
|
abu
|
3,6
|
Jentik nyamuk
(Larva Culex sp)
Kandungan gizi (%)
|
|
Kadar air
|
87,22
|
Protein
|
9,17
|
Lemak
|
3,01
|
Serat kasar
|
1,17
|
abu
|
0,46
|
Referensi
Arif, D. 2014. Diktat Teknologi Pakan Ikan Semester I
TBP. Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan.
Balai Budidaya Air Tawar Jambi. 2012. Budidaya Pakan Alami (Moina sp). Balai
Budidaya Air Tawar Jambi. Leaflet
Cahyaningsih, S. 2016. Metode Menyiapkan Pakan Alami
(Live feed) untuk ikan hias laut. Presentasi disampaikan pada IMOS (Nusatic)
16-18 Desember 2018
Conceicao, L.E., Yufera, M., Makridis, P., Morais, S.,
Teresa, M., Dinis, M.T. 2010. Live feeds for early stages of fish rearing. Aquaculture
Research, 2010, 41, 613-640 doi:10.1111/j.1365-2109.2009.02242
Darmanto, Satyani. D., Putra, A., Chumaidi, Rochjat D,
M. 2000. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Budidaya Pakan Alami Untuk Benih Ikan Air Tawar Instalasi
Penelitian Dan Pengkajian Teknologi Pertanian
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Banten. 2016.
Budidaya Cacing Sutra (Tubifex sp). Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi
Banten
Lim, L.C., Dhert, P., Sorgeloos, P. 2003. Recent developments in the application
of live feeds in the freshwater ornamental fish culture. Aquaculture 227 (2003)
319–331
Live food aquaculture training course.
www.aquatrain.org
Ohs, C.L., Cassiano, E.J., Rhodes, A. 2016. Choosing an Appropriate Live Feed for
Larviculture of Marine Fish Institute of Food and Agricultural Sciences (IFAS)
No comments:
Post a Comment