Nama lain:
infection with yellowhead virus (YHV) [7], penyakit kepala kuning
Etiologi/
penyebab
Corona
like virus, ssRNA (genus okavirus family Ronaviridae ordo Nidovirales [2].
Virus ini berbentuk batang dan beramplop [5]. Virus ini stabil pada air laut
yang diaerasi hingga 72 jam [8]
Hospes /
Inang
P.
monodon, P. merguensis, P. semisulcatus, Metapenaeus ensis, L. vannamei [2],
P. indicus, L. stylirostris, L. setiferus,
F. aztectus, P. duorarum [5]. P. merguensis resisten terhadap infeksi sedangakan P.
styliferus dapat menjadi karier/ pembawa [6]
Stadium
rentan
PL 20-25
hari atau juvenil lebih rentan dibandingkan PL udang windu <15 hari [2]
Epizootiologi
Pertama
kali virus ini tercatat di Thailand bagian timur pada tahun 1990-1991. Pada
tahun 1992 virus ini bergerak ke Thailand selatan dan mengakibatkan kematian.
Virus ini kemudian menyebar ke negara-negara asia tenggara serta China [1]. Infeksi YHV juga dilaporkan di Texas [6]. Pada udang
windu dapat mengakibatkan kematian 100% dalam 3-5 hari [3]. Kematian biasnya
terjadi >20 hari pasca tebar [5]. Penularan secara horizontal melalui air
atau kanibalisme terhadap udang yang sakit ataupun pakan [3]. Penularan juga
dapat terjadi secara mekanik atau melalui karier crustacea yang terinfeksi.
Beberapa karier memiliki infeksi yang laten ( seperti P. merguensis, M.
ensis, Palaemon styliferus, dan Acetes spp). Crustacea lain seperti M.
rosenbergii dan kepiting serta artemia tidak rentan terhadap penyakit ini.
Penularan yang lebih membahayakan adalah karier tanpa gejala klinis/ laten
dimana virus dapat menyebar melalui ingesti dan kohabitasi. Induk juga memiliki
potensi menularkan virus ke larva pada fasilitas hatcheri bila disinfeksi tidak
dilakukan dengan baik [4]. Penularan melalui induk jantan dan betina secara vertical sangatlah mungkin [7]
Faktor
pendukung
Timbulnya
penyakit ini banyak disebabkan oleh lingkungan yang buruk seperti kandungan
pestisida yang tinggi, bahan organic yang meningkat, perubahan kualitas air secara
mendadak, dan faktor stress lainnya [1]
Gejala
Klinis
Juvenil
5-15gram nafsu makan normal kemudian mendadak tidak mau makan. Udang yang
sekarat berkumpul di permukaan atau pematang. Insang berwarna putih, kuning,
atau coklat. Cephalothorax berwarna kekuningan sedangkan bagian lain berwarna
pucat [2,4]. Namun demikian beberapa kasus yang dilaporkan tidak ada gambaran
warna kuning pada cephalothorax [6]. Untuk gejala klinis pada udang windu akan
muncul 7-10 hari setelah terpapar [8].
source: DV Lightner |
Perubahan
patologi
Virus ini
mengakibatkan hepatopankreas berwarna pucat sehingga cephalothorax menjadi
kekuningan. Kondisi udang tampak pucat [6]. Virus ini banyak berdampak di ectodermal
dan mesodermal. Dalam tubuh dapat menyebar melalui hemolim dan hemosit [3].
Secara histopatologi organ limfoid membengkak dan nekrosis. Jaringan nekrosis
yang berasal dari ectodermal dan mesodermal terdapat inklusi intrasitoplasmik
tercat basofilik, perinuclear terutama pada insang, organ limfoid, dan jaringan
subkutikula lambung. Pada udang yang terinfeksi sel tubulus hepatopankreas
mengandung banyak lemak, yang mungkin disebabkan oleh gangguan metabolism lemak
normal [5]. Sel epitel hepatopankreas, midgut, dan midgut caeca (asal
endodermal) tidak terinfeksi meskipun otot yang berada di bawah dan jaringan
ikatnya terinfeksi. Organ limfoid, insang, jantung, dan jaringan subkutikula
memiliki kadar YHV paling tinggi. Sel yang terinfeksi menunjukkan piknosis dan
karyoreksis nukleus yang merupakan tanda virus memicu apoptosis [6]. Pada organ
limfoid teramati adanya spheroid. Spheroid ektopik juga teramati pada area
hemocoel (jantung, insang, jaringan subkutikula, dll) [8]
Metode
Diagnosa
Metode
pewarnaan dengan wright/ giemsa dapat menunjukkan hemosit dan karyoreksis [3].
Metode sederhana lainnya seperti squash insang dan jaringan subkutikula dapat
dilakukan [5]. Secara histopatologi dapat ditemukan badan inklusi intra
sitoplasmik pada perinuclear berbentuk spheris berwarna basophil. Badan inklusi
ini ditemukan di hemosit, organ limfoid, hematopoietic, sel pilar insang,
jaringan ikat spongy, lambung, otot, kelenjar antennal, gonad, syaraf. Diagnosa
juga dapat dilakukan dengan PCR, LAMP, Western Blot [3]
Diagnosa banding
WSSV, GAV, Vibriosis, kualitas air yang buruk [5],
NHP, TSV [7]. Nekrosis pada organ limfoid dapat membedakan infeksi YHD dengan
TSV [8].
Pencegahan
dan Pengendalian
Pengendalian
dilakukan dengan penggunaan benur SPF, pemberian pakan yang tepat, menjaga
kualitas media budidaya [2]. Ketika outbreak terjadi harus dilakukan pemanenan
cepat. Air dan udang yang terinfeksi harus disingkirkan dengan baik sehingga
tidak menyebar [5]. Sangat disarankan menggunakan klorin 30ppm untuk memusnakan
udang dan karier [6]. Pemanasan 60oC selama 15 menit, dan paparan klorin 30ppm
dapat menginaktivasi virus YHV [8]. Sebelum pengisian kembali sebaiknya
dilakukan pengeringan. Perubahan pH secara cepat dan DO<2ppm untuk waktu
yang lama harus dihindari untuk mencegah outbreak sub letal. Alkalinitas juga
tidak boleh lebih dari 0,5pH. Pakan segar juga harus dihentikan kecuali pakan
tersebut disterilisasi atau dipasteurisasi [6].
Referensi
1. Arifin,
Z., Handayani, R., Sri Murti Astuti, Noor Fahris. 2010. Waspadai Penyakit pada Budidaya Ikan dan Udang
Air Payau. Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau: Jepara.
2.Maskur,
Mukti Sri Hastuti, Taukhid, Angela Mariana Lusiastuti, M. Nurzain, Dewi Retno
Murdati, Andi Rahman, Trinita Debataraja Simamora. 2012. Buku Saku Pengendalian
Penyakit Ikan. Kementerian Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya.
3. Lio-Po.
G.D. dan Inui, Y. 2014. Health Management in Aquaculture Second Edition.
Southeast Asian Fisheries Development Center, Aquaculture Department.
4. Briggs,
M., Simon Funge-Smith, Rohana Subasinghe, Michael Phillips. 2004. Introductions
and movement of Penaeus vannamei and Penaeus stylirostris in Asia and the Pacific.
FOOD AND AGRICULTURE ORGANIZATION OF THE UNITED NATIONS REGIONAL OFFICE FOR
ASIA AND THE PACIFIC
5. Raidal, S., Garry Cross, Stan Fenwick,
Philip Nicholls, Barbara Nowak, Kevin Ellard, Frances Stephens. 1004. Aquatic Animal Health: Exotic Diseases Training Manual. Murdoch Print: Australia
6. Reantaso M G., B., Mcgladdery S E,
Subangsinghe. 2001. Asian Diagnostic Guide to Aquatic Animal Diseases.
FAO Fisheries Technical Paper, No. 402, supplement 2. Food and Agriculture
Organization of the United Nations (FAO), Rome, Italy, 240 pp.
7. Australian
Government Department of Agriculture, Fisheries and Forestry 2012, Aquatic
Animal Diseases Significant to Australia: Identification Field Guide, 4Th
Edition, DAFF, Canberra
8. European
Community Reference Laboratory for Crustacean Diseases leaflet.2008. Yellowhead
Disease
No comments:
Post a Comment