-->

Referensi

    Saturday, 5 May 2018

    Yellow Head Disease (YHD)


    Nama lain: infection with yellowhead virus (YHV) [7], penyakit kepala kuning

    Etiologi/ penyebab
    Corona like virus, ssRNA (genus okavirus family Ronaviridae ordo Nidovirales [2]. Virus ini berbentuk batang dan beramplop [5]. Virus ini stabil pada air laut yang diaerasi hingga 72 jam [8]


    Hospes / Inang
    P. monodon, P. merguensis, P. semisulcatus, Metapenaeus ensis, L. vannamei [2], P. indicus, L. stylirostris, L. setiferus,  F. aztectus, P. duorarum [5]. P. merguensis  resisten terhadap infeksi sedangakan P. styliferus dapat menjadi karier/ pembawa [6]

    Stadium rentan
    PL 20-25 hari atau juvenil lebih rentan dibandingkan PL udang windu <15 hari [2]


    Epizootiologi
    Pertama kali virus ini tercatat di Thailand bagian timur pada tahun 1990-1991. Pada tahun 1992 virus ini bergerak ke Thailand selatan dan mengakibatkan kematian. Virus ini kemudian menyebar ke negara-negara asia tenggara serta China [1]. Infeksi  YHV juga dilaporkan di Texas [6]. Pada udang windu dapat mengakibatkan kematian 100% dalam 3-5 hari [3]. Kematian biasnya terjadi >20 hari pasca tebar [5]. Penularan secara horizontal melalui air atau kanibalisme terhadap udang yang sakit ataupun pakan [3]. Penularan juga dapat terjadi secara mekanik atau melalui karier crustacea yang terinfeksi. Beberapa karier memiliki infeksi yang laten ( seperti P. merguensis, M. ensis, Palaemon styliferus, dan Acetes spp). Crustacea lain seperti M. rosenbergii dan kepiting serta artemia tidak rentan terhadap penyakit ini. Penularan yang lebih membahayakan adalah karier tanpa gejala klinis/ laten dimana virus dapat menyebar melalui ingesti dan kohabitasi. Induk juga memiliki potensi menularkan virus ke larva pada fasilitas hatcheri bila disinfeksi tidak dilakukan dengan baik [4]. Penularan melalui induk jantan dan betina  secara vertical sangatlah mungkin [7]

    Faktor pendukung
    Timbulnya penyakit ini banyak disebabkan oleh lingkungan yang buruk seperti kandungan pestisida yang tinggi, bahan organic yang meningkat, perubahan kualitas air secara mendadak, dan faktor stress lainnya [1]

    Gejala Klinis
    Juvenil 5-15gram nafsu makan normal kemudian mendadak tidak mau makan. Udang yang sekarat berkumpul di permukaan atau pematang. Insang berwarna putih, kuning, atau coklat. Cephalothorax berwarna kekuningan sedangkan bagian lain berwarna pucat [2,4]. Namun demikian beberapa kasus yang dilaporkan tidak ada gambaran warna kuning pada cephalothorax [6]. Untuk gejala klinis pada udang windu akan muncul 7-10 hari setelah terpapar [8].

    source: DV Lightner
    Perubahan patologi
    Virus ini mengakibatkan hepatopankreas berwarna pucat sehingga cephalothorax menjadi kekuningan. Kondisi udang tampak pucat [6]. Virus ini banyak berdampak di ectodermal dan mesodermal. Dalam tubuh dapat menyebar melalui hemolim dan hemosit [3]. Secara histopatologi organ limfoid membengkak dan nekrosis. Jaringan nekrosis yang berasal dari ectodermal dan mesodermal terdapat inklusi intrasitoplasmik tercat basofilik, perinuclear terutama pada insang, organ limfoid, dan jaringan subkutikula lambung. Pada udang yang terinfeksi sel tubulus hepatopankreas mengandung banyak lemak, yang mungkin disebabkan oleh gangguan metabolism lemak normal [5]. Sel epitel hepatopankreas, midgut, dan midgut caeca (asal endodermal) tidak terinfeksi meskipun otot yang berada di bawah dan jaringan ikatnya terinfeksi. Organ limfoid, insang, jantung, dan jaringan subkutikula memiliki kadar YHV paling tinggi. Sel yang terinfeksi menunjukkan piknosis dan karyoreksis nukleus yang merupakan tanda virus memicu apoptosis [6]. Pada organ limfoid teramati adanya spheroid. Spheroid ektopik juga teramati pada area hemocoel (jantung, insang, jaringan subkutikula, dll) [8]

    Metode Diagnosa
    Metode pewarnaan dengan wright/ giemsa dapat menunjukkan hemosit dan karyoreksis [3]. Metode sederhana lainnya seperti squash insang dan jaringan subkutikula dapat dilakukan [5]. Secara histopatologi dapat ditemukan badan inklusi intra sitoplasmik pada perinuclear berbentuk spheris berwarna basophil. Badan inklusi ini ditemukan di hemosit, organ limfoid, hematopoietic, sel pilar insang, jaringan ikat spongy, lambung, otot, kelenjar antennal, gonad, syaraf. Diagnosa juga dapat dilakukan dengan PCR, LAMP, Western Blot [3]

    Diagnosa banding
    WSSV,  GAV, Vibriosis, kualitas air yang buruk [5], NHP, TSV [7]. Nekrosis pada organ limfoid dapat membedakan infeksi YHD dengan TSV [8].

    Pencegahan dan Pengendalian
    Pengendalian dilakukan dengan penggunaan benur SPF, pemberian pakan yang tepat, menjaga kualitas media budidaya [2]. Ketika outbreak terjadi harus dilakukan pemanenan cepat. Air dan udang yang terinfeksi harus disingkirkan dengan baik sehingga tidak menyebar [5]. Sangat disarankan menggunakan klorin 30ppm untuk memusnakan udang dan karier [6]. Pemanasan 60oC selama 15 menit, dan paparan klorin 30ppm dapat menginaktivasi virus YHV [8]. Sebelum pengisian kembali sebaiknya dilakukan pengeringan. Perubahan pH secara cepat dan DO<2ppm untuk waktu yang lama harus dihindari untuk mencegah outbreak sub letal. Alkalinitas juga tidak boleh lebih dari 0,5pH. Pakan segar juga harus dihentikan kecuali pakan tersebut disterilisasi atau dipasteurisasi [6].

    Referensi

    1. Arifin, Z., Handayani, R., Sri Murti Astuti, Noor Fahris. 2010.  Waspadai Penyakit pada Budidaya Ikan dan Udang Air Payau. Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau: Jepara.

    2.Maskur, Mukti Sri Hastuti, Taukhid, Angela Mariana Lusiastuti, M. Nurzain, Dewi Retno Murdati, Andi Rahman, Trinita Debataraja Simamora. 2012. Buku Saku Pengendalian Penyakit Ikan. Kementerian Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.

    3. Lio-Po. G.D. dan Inui, Y. 2014. Health Management in Aquaculture Second Edition. Southeast Asian Fisheries Development Center, Aquaculture Department.

    4. Briggs, M., Simon Funge-Smith, Rohana Subasinghe, Michael Phillips. 2004. Introductions and movement of Penaeus vannamei and Penaeus stylirostris in Asia and the Pacific. FOOD AND AGRICULTURE ORGANIZATION OF THE UNITED NATIONS REGIONAL OFFICE FOR ASIA AND THE PACIFIC

    5. Raidal, S., Garry Cross, Stan Fenwick, Philip Nicholls, Barbara Nowak, Kevin Ellard, Frances Stephens. 1004. Aquatic Animal Health: Exotic Diseases Training Manual. Murdoch Print: Australia

    6. Reantaso M G., B.,  Mcgladdery S E, Subangsinghe. 2001. Asian Diagnostic Guide to Aquatic Animal Diseases. FAO Fisheries Technical Paper, No. 402, supplement 2. Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO), Rome, Italy, 240 pp.

    7. Australian Government Department of Agriculture, Fisheries and Forestry 2012, Aquatic Animal Diseases Significant to Australia: Identification Field Guide, 4Th Edition, DAFF, Canberra

    8. European Community Reference Laboratory for Crustacean Diseases leaflet.2008. Yellowhead Disease


















    No comments:

    Post a Comment