Nama lain
Gliding bacterial disease, eroded mouth syndrome, black patch necrosis [1] tenacibaculosis, salt water columnaris disease, bacterial stomatitis [2]
Etiologi/ penyebab
Tenacibaculum
maritimum atau dulu lebih dikenal dengan Cytophaga marina / Flexibacter marinus [1]/ Flexibacter maritimus [3] merupakan
bakteri gram negatif [2], berfilamen [8], berukuran 0,75 x 2-7 mikron [9].
Hospes
semua ikan laut [8] kakap , sea bream [1] salmon, rainbow trout,
flounder [2], turbot, dover, mullet [3], ikan laut liar [2]
Stadium rentan
Epizootiologi
Penyakit ini pertama kali dilaporkan di
Eropa pada ahun 1982. Sedangkan di Jepang, flexibacteriosis dikenal lebih awal
yakni tahun 1979. Saat ini flexibacteriosis telah menyebar di Eropa, Amerika
Serikat, dan Jepang. Bakteri ini dapat ditemukan pada lingkungan perairan laut
dan bertahan hingga berbulan-bulan bahkan jika dapat ‘terlindungi’ oleh lumpur
atau mucus ikan [1]. Karier utama dari patogen belum dapat diklarifikasi sebab
data yang terlalu sedikit, namun patogen ini dapat terisoladi dari sedimen,
permukaan kolam, dan air yang terinfeksi. Penularan secara horizontal telah
diduga[2]. Kematian dapat mencapai 80% dalam beberapa hari. Bakteri dapat
menghancurkan ekor dalam 2 hari [10].
Faktor pendukung
Prevalensi
kasus tenacibaculosis akan meningkat bersamaan dengan meningkatnya suhu (diatas
15oC) dan salinitas (30-35 permil) dengan kualitas air yang buruk. Munculnya
penyakit juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (stress, paparan UV berlebih,
kurangnya substrat pasir padakolam) dan manajemen (kepadatan tinggi dan pakan
buruk), serta inang (kondisi permukaan kulit) [2]. Pada ikan laut liar, luka
yang disebabkan oleh sudut tajam terumbu karang berperan terhadap masuknya
bakteri Tenacibaculum [4].
Gejala Klinis
Ikan
mengalami anoreksia, letargi, dan lesi ekstrenal [3]. Lesi hemoragi terdapat pada
kulit [1], nekrosis, ulcer, erosi mulut, sirip geripis, busuk ekor, nekrosis
insang dan mata. Gejala klinis tenacibaculosis bervariasi bergantung spesies
dan umur ikan. Bakteri ini menyukai permukaan tubuh
seperti kepala, sirip, dan sisi tubuh. Bakteri dapat melekat erat pada mucus
tubuh ikan dimana tidak mengandung komponen yang menghambat pertumbuhan
bakteri. Keberadaannya pada mata dan insang kasus ikan salmon tidaklah umum [2.
Pada kulit akan tampak perubahan warna kuning pucat hingga putih akibat
kumpulan sejumlah bakteri. Insang akan memucat dengan lender berlebih [8].
Gb. ulcer kulit pada ikan black damselfish yang terinfeksi Tenacibaculum
(picture credit to El Galil dan Hashiem, 2012)
|
Gb. ulcerasi dan erosi mulut pada ikan Picasso trigger fish
(picture credit to El Galil dan Hashiem, 2012)
|
Perubahan patologi
Pada insang, lesi dicirikan dengan erosi
pada ujung bebas lamella primer [3]. Percobaan pada ikan Picasso trigger dan
black damselfish teramati peradangan pada kulit, lesi pada hati berupa
degenerasi melemak dan nekrosis fokal, nekrosis jaringan otot, dan infiltrasi
mononuclear pada limpa. Pada ikan salmon, lesi berupa kongesti otot juga
teramati [3]. Pada ikan kakap, teramati degenerasi dan nekrosis liquefactive
hati, ginjal, dam limpa. Pada kulit, lapisan epitel menghilang dan terdapat
lesi ulcerative yang dalam hingga ke dermis. Insang mengalami erosi dan
hemoragi[5].
Prognosis
Bakteri ini dapat menyebabkan kematian
tinggi, terutama jika ikan dalam kondisi stress [8].
Metode Diagnosa
Isolasi dan identifikasinya dapat
dilakukan dengan wet mount atau pewarnaan gram dari insang atau lesi kulit.
Isolasi dapat dilakukan dengan berbagai media [1]. Pada squash, bakteri
berbentuk batang panjang 0,5x2,5mikron dan bergerak tanpa flagella [10]. Karena
merupakan bakteri obligat, maka tidak dapat tumbuh hanya dengan NaCl, harus
dikultur pada media oligotrofik non selektif yang mengandung 30% air laut.
Namun hanya media AOA dan FMM yang dapat menggambarkan karakteristik koloni
bakteri ini secara spesifik yakni datar, kuning pucat dengan tepi tidak menaik,
dan melekat erat dengan media. Pada media agar laut koloni bulat dengan pigmen
kuning[2]. Pertumbuhannya lambat dan dapat terhambat dengan adanya bakteri lain
yang tumbuh lebih cepat. Karakteristik fenotip bakteri dapat dilakukan dengan
metode PCR [1]. PCR menggunakan mucus ikan juga lebih mempermudah dan
mempercepat diagnosa tanpa harus membedah ikan [6]. Diagnosa lain dapat
menggunakan serologi dot blot assay dan immunoblot. Reproduksi penyakit tidak
efektif jika dilakukan menggunakan perendaman, injeksi intramuscular maupun
intraperitoneal. Penyakit hanya dapat muncul degan aplikasi topical pada mulut
atau ekor atau dengan perendaman jangka panjang [2].
Pencegahan dan Pengendalian
Secara laboratorium T. maritimum resisten terhadap colistin, kanamycine, neomycine, dan
quinolone, oxolinic acid serta flumequine. Bakteri ini rentan terhadap
nitrofuran, penisilin, eritromisin, tetrasiklin, kloramfenicol. Trimethoprim,
sulfonamide, dan fluoroquinolone. Aplikasi di lapangan, penggunaan
streptomycine sulfat dan penisilin
dengan perendaman cukup efektif namun hanya untuk jangka pendek. Uji lapang
lainnya menggunakan amoxycillin dan trimethoprim cukup efektif baik secara oral
maupun rendaman pada ikan salmon dan rainbow trout. Penggunaan furazolidone pada
turbot dan oxytetrasiklin pada salmon mampu mengontrol penyakit ini. Pada kasus
outbreak, enrofloxacin merupakan pilihan paling terjamin [2]. Pada ikan marine
surge wrasse, pengobatan secara herbal dapat menggunakan ekstrak carvacrol
dikombinasikan dengan precursor cymene sebanyak 100ppm selama 14 hari dalam
pakan [7]. Disamping pengobatan, pengendalian juga dapat dilakukan dengan
melakukan disinfeksi menggunakan formalin 30-40ppm selama 6 jam. Akan tetapi
treatmen ini mengganggu fungsi insang ikan. Alternatif disinfektan lain adalah
Potassium permanganate (PK) dan peroksida (H2O2). Peroksida pada penyakit ini
direkomendasikan pada dosis 240ppm. Manipulasi suhu dan salinitas berguna
mengurangi morbiditas penyakit. Vaksin bakterin untuk tenacibaculosis juga
telah dikembangkan [2]
Berikut adalah daftar tanaman herbal yang
telah diujikan potensinya untuk pengobatan Tenacibaculosis
Referensi
1.
Kolygas, M.N., Gourzioti, E., Vatsos,
I.N., Athanassopoulou, F. 2012. Identification of Tenacibaculum maritimum strains
from marine farmed fish in Greece doi: 10.1136/vr.100778 Veterinary Record 2012
170: 623
2. Avendano-Herrera,
R., Toranzo, A.E., Magarinos, B. 2006. Tenacibaculosis infection in marine fish
caused by Tenacibaculum maritimum: a review. DISEASES OF AQUATIC ORGANISMS Dis
Aquat Org Vol. 71: 255–266, 2006
3. Haridy
M, Hasheim M, El-Galil MA, Sakai H, Yanai T (2015) Pathological Findings of
Tenacibaculum maritimus Infection in Black Damselfish, Neoglyphieodon melas and
Picasso Triggerfish, Rhinecanthus assasi in Red Sea, Egypt. J Veterinar Sci
Technol 6: 214. doi:10.4172/2157-7579.1000214
4.
El- Galil, M.A.A.A dan Hashem, M. 2012. Epidemiological and bacteriological
studies on Tenacibaculosis in some Red Sea fishes, Egypt. INTERNATIONAL JOURNAL
OF ENVIRONMENTAL SCIENCE AND ENGINEERING (IJESE) Vol. 3: 25- 32
5.
Yardimci, R.E dan Timur, G. 2015. Isolation and Identification of Tenacibaculum
maritimum, the Causative Agent of Tenacibaculosis in Farmed Sea Bass
(Dicentrarchus labrax) on the Aegean Sea Coast of Turkey. The Israeli Journal
of Aquaculture - Bamidgeh, IJA_67.2015.1172, 10 pages
6.
Avendano-Herrera, R., Nunez, S., Magarinos, B., Toranzo, A.E. 2004. A
non-destructive method for rapid detection of Tenacibaculum maritimum in farmed
fish using nested PCR amplification. Bull. Eur. Ass. Fish Pathol., 24(6) 2004,
280
7.
El-Galil, M.A.A.A. dan Hashiem, M. 2012. Experimental Infection of
Tenacibaculosis and a Trial for Treatment by Plant Extract Carvacrol in Surge
Wrasses Fish (Thalassoma Purpureum). Life Science Journal, 2012;9(2)
8.
Meyers, T., Burton, T., Bentz, C., Strakey, N. 2008. Common disease of wild and
culturen fishes in Alaska. Fish Pathology Laboratories, Alaska
9.
Roberts, R.J (Ed). Fish Pathology 4th
Ed. Wiley-Blackwell: UK
10. Nagasawa, K. and E. R. Cruz-Lacierda (eds.)
2004: Diseases of cultured groupers. Southeast Asian Fisheries Development
Center, Aquaculture Department, Iloilo, Philippines. 81 p.
11 Harikrishnan, S., Kim, C.H., Kim, J.H, Kim, D.H., Hong,
S.H., Heo, M.S. 2011. Alnus Firma Supplementation Diet On Haematology And Innate Immune Response In Olive Flounder Against Tenacibaculum Maritimum. 649 Bull Vet Inst
Pulawy 55, 649-655, 2011
12. Jang YH,
Jeong JB, Yeo IK, Kim KY, Harikrishnan R, Heo MS. Biological characterization
of Tenacibaculum maritimum isolated from culture olive flounder in Korean and
sensitivity against native plant extract. J Fish Pathol 2009;22:53e65
No comments:
Post a Comment