Pemeriksaan klinis merupakan suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan indikator suatu agen penyakit berdasarkan gejala klinis.
Pada
dasarnya penentuan diagnosa penyakit pada udang sulit ditegakkan sebab ada
banyak sekali faktor yang berpengaruh dan menimbulkan kebingungan/ keambiguan.
Munculnya infeksi ganda atau infeksi campuran disertai dengan pengaruh dari
faktor lingkungan menambah sulitnya diagnosa dari pemeriksaan klinis. Tingkat
eror atau kesalahan diagnosa hanya
dengan gejala klinis saja sangatlah tinggi. Namun demikian pemeriksaan klinis
yang tepat akan sangat membantu menggiring diagnosa pada pengujian
histopatologi atau pengujian lainnya. Berikut ini adalah pengamatan dan
pemeriksaan klinis yang dapat dilakukan pada udang.
A. Uji di akuarium
Cara ini dilakukan dengan meletakkan udang yang
memiliki gejala klinis ke dalam akuarium yang bersih, beraerasi, dan memiliki
salinitas yang sama dengan tempat pemeliharaan udang sebelumnya. Kemudian
tunggu respon dari udang. Apabila dalam waktu sekitar 2 jam udang kembali
normal (gejala klinis hilang) dapat diduga kemungkinan faktor penyebabnya
adalah kualitas lingkungan budidaya yang buruk.
B. Pengamatan perilaku
Perilaku
atau behavior merupakan salah satu bentuk pengamatan gejala klinis yang dapat
dilakukan untuk mengetahui adanya stress atau penyakit. Perubahan perilaku
udang paling mudah diamati oleh pekerja atau operator ditambak. Perubahan
perilaku yang dapat diamati antara lain perilaku makan, berenang, dan udang
yang berkumpul di titik tertentu. Bahkan keberadaan predator juga dapat
terlihat pada perubahan perilaku udang. Pada pengamatan perilaku ini sangat
penting bagi pembudidaya untuk mengetahui terlebih dahulu sifat dasar,
karakter, dan perilaku dari udang. Apabila diperlukan pencatatan perubahan
perilaku udang juga dapat dilakukan. Berikut ini adalah perubahan perilaku dan
indikasinya yang dapat dijadikan panduan dalam melakukan pengamatan perilaku.
Perilaku
|
Indikasi
|
“bersembunyi”
|
Terdapat aktifitas
predator seperti burung yang mengelilingi tambak atau ikan pemakan udang. “Bersembunyi”
juga berkaitan dengan suhu air yang rendah.
|
Aktifitas yang ‘tidak
biasa” pada siang hari
|
Normalnya udang aktif
di malam hari dan berada di dasar pada malam hari
|
Berenang dan berkumpul di
dekat permukaan/tepian
|
Berkaitan dengan
letargi dimana terjadi perubahan pada kualitas air
|
gangguan
nafsu makan
|
Terdapat
permasalahan penyakit serius atau kualitas air yang buruk.
|
Lemah (letargi)
|
Terjadi ketika kadar
suhu atau DO rendah
|
Molting massal
|
DO rendah, perubahan
suhu, paparan bahan kimia tertentu
|
C. Pengamatan Fisik
1. Perubahan warna tubuh
a. Kemerahan pada kaki/ tubuh
Perubahan ini dapat disebabkan satu atau
lebih agen patogen. Perubahan semacam ini tidak dapat dijadikan patokan untuk diagnose
namun dapat digunakan untuk mengarahkan pengujian yang akan dilakukan
selanjutnya. Banyak krustasea berwarna kemerahan akibat organisme tertentu atau
paparan toksin terutama pada hepatopankreas. Warna merah yang mempengaruhi
hepatopankreas disebabkan oleh pigmen karotenoid (kuning-oranye) yang secara
normal tersimpan di dalam hepatopankreas.
Warna merah tidak spesifik mengarah ke penyakit tertentu. Pada larva
gejala warna merah berkaitan dengan bakteri patogen. Sedangkan pada post larva
dapat dikaitkan dengan patogen atau stress yang menyebabkan perluasan
kromatofora (pigmen pada kutikula). Warna kemerahan pada tubuh udang juga kerap
terjadi pada penyakit virus WSSV, TSV, GAV dan vibrio sistemik.
b. Bercak putih
Munculnya bercak putih pada permukaan tubuh udang sering berkaitan
dengan infeksi WSSV (White spot syndrome virus). Namun demikian, hal ini
tidak selalu disebabkan oleh virus. Faktor lingkungan budidaya seperti pH dan
konsentrasi kalsium juga dapat
menyebabkan perubahan serupa.
Gb. Bercak putih
pada udang (picture from http://business.mega.mu)
c. Warna biru
Perubahan warna ini dapat terjadi akibat
manajemen lingkungan dimana udang hidup atau dari pigmen karotenoid hilang dari
pakan. Warna biru pada udang juga dapat
disebabkan oleh adanya patogen seperti IHHNV, hemocytic enteritis, toksin dan
kurangnya astaxanthin
d. Cephalothorax kuning
Warna kuning pada cephalothorax kerap dikaitkan dengan infeksi
hepatopankreas dan infeksi Yellow Head Virus. Namun demikian infeksi
tetap dapat terjadi meskipun perubahan warna ini tidak terlihat
Gb. Cephalothorax
berwarna kuning pada kasus YHV(picture credit to(http://coursewares.mju.ac.th)
e. Jaringan otot berwarna putih opaq
Normalnya otot udang berwarna transparan. Perubahan warna otot menjadi putih opaq bisa
jadi atau tidak disebabkan oleh patogen.
Perubahan ini dapat disebabkan oleh hemocytic enteritis, idiopathic muscle necrosis, muscle cramp syndrome,
infeksi microsporidia, IMNV, PvNV.
Gb. Warna putih pada
otot udang vaname (picture credit to http://biopublisher.ca)
f. Perubahan warna pucat
Perubahan ini sebenarnya normal. Penyebab
utamanya adalah lingkungan. Hal ini ditemukan pada udang windu yang dipelihara
pada lingkungan bersalinitas rendah. Biasanya lebih pucat daripada udang windu
yang dipelihara di air payau atau laut.
2. Perubahan warna insang
a. Coklat/ hitam
Perubahan ini dapat disebabkan oleh banyak faktor. Oleh karenanya
penarikan diagnose dari perubahan ini tidak dapat dilakukan. Beberapa yang
berkaitan dengan perubahan insang berwarna coklat/ hitam yakni:
-
Fouling dapat berasal dari suspense
partikel sisa pakan, tanah, atau alga. Gejala klinis ini dapat hilang apabila
dilakukan uji akuarium.
-
DO rendah
Disamping menyebabkan warna coklat muda, terkadang perubahan berupa
kemerahan-coklat (melanisasi). Namun perubahan ini menghilang jika udang
ditempatkan pada uji akuarium. Apabila air budidaya memiliki bahan organic
berlebih (sisa pakan, tanah, alga), udang tidak mampu melakukan pembersihan
insang. Akibatnya terjadi akumulasi partikel tersebut di insang yang terlihat
berupa warna coklat atau hitam.
-
Melanisasi
Insang lebih mudah berubah menjadi hitam karena kondisi lingkungan
dan fungsinya sebagai tempat berkumpulnya produk buangan tubuh. Melanisasi
terjadi akibat aktifitas enzim phenol oksidase (PO) pada komponen organic aromatic
seperti asam amino tyrosin untuk menghasilkan pigmen melanin coklat. Dalam
jumlah sedikit warnanya coklat, dalam jumlah banyak berwarna hitam. Hemosit
akan melepaskan PO melalui precursor yang disebut pro PO. Pelepasan dan
aktivasi ini dipicu oleh benda asing seperti dinding sel mikroba. Infeksi jamur
(Fusarium.sp) dan toksin/bahan kimia juga dapat menimbulkan melanisasi.
Melanisasi juga dapat dipicu oleh faktor lingkungan seperti stress dan pakan
(defisensi vitamin C). Defisiensi vitamin C akan mengakibatkan insang dan
jaringan yang berkaitan dengan kutikula berubah menjadi hitam. Melanisasi
akibat kadar DO rendah berwarna coklat terang bersifat sesaat. Namun yang
berwarna coklat kemerahan dapat terlihat pada wet mount, yang artinya bukan
hanya di kutikula namun juga di hemolim dan cairan tubuh. Pada infeksi kronis,
kelukaan, dan stress yang diperpanjang, melanin terakumulasi dalam jumlah
banyak dan secara klinis terlihat berwarna hitam.
-
Bakteri.
Bakteri pembusuk (fouling bacteria) merupakan bakteri yang menjadi
epiflora udang, Bakteri ini dapat menjadi indicator kualitas lingkungan udang.
Bakteri ini dapat hilang saat molting. Vibrio juga dapat menyebabkan
melanisasi. Infeksi kronis bakteri ini atau bakteri perusak kitin menyebabkan
akumulasi melanin di insang. Tempat infeksi berwarna hitam pada kutikula atau
area di bawahnya. Warna kecoklatan juga dapat terlihat yang pada potongan
jaringan yang diwarnai terlihat agregasi hemosit.
-
Moulting. Post larva biasanya
molting setiap hari dan udang di pembesaran molting tiap 2 minggu. Ketika
molting organisme epifauna dan epiflora yang melekat dapat lepas. Namun bila
molting tertunda dapat menyebabkan akumulasi
kedua organisme selama proses pengerasan kutikula
-
Tea brown gill syndrome.
Merupakan istilah untuk insang berwarna coklat muda yang kadang terjadi pada
udang di tambak yang menunjukkan pendaran kuat di malam hari. Warna ini serupa
dengan yang terjadi apabila kadar oksigen pada udang rendah, mortalitas cepat
dan tinggi, sedangkan air pemeliharaan memiliki kadar oksigen normal. Perubahan
warna ini diduga berasal dari toksin Vibrio harveyi yang lumescent yang
menginfeksi hepatopankreas. Pada infeksi rendah dan sedang, insang berwarna
coklat namun bakteri tidak ditemukan. Pada infeksi berat bakteri dapat terlihat
di sirkulasi termasuk di hemolim dan jaringan termasuk insang. Kematian udang
terjadi bila bakteri mampu memproduksi toksin dengan mekanisme bakteriofage.
Bila tidak sampai menghasilkan toksin, udang dapat sembuh. Pada hewan hidup
perubahan warna dapat terlihat namun ketika difiksasi dan diwarnai warnanya
menghilang.
-
Bahan
kimia pengiritasi
Bahan bahan seperti kadmium, kopper,
kromium, potasium permanganat, ozon, crude
oil, asam (pH air terlalu rendah), amonia, nitrit, klorin, dan bromin merupakan
bahan-bahan yang dapat menyebabkan insang berwarna hitam.
Gb. Insang berwarna
hitam (atas) (picture credit to hakaimagazine.com)
|
b. Insang berwarna hijau
Pembusukan oleh blue
green alga dapat menyebabkan perubahan warna insang. Perubahan ini dapat
hilang dengan uji akuarium selam 2 jam.
c. Snow-white
area
Hal ini
berkaitan dengan adanya penyakit gas-bubble. Area snow-white disebabkan oleh akumulasi
emboli gelembung gas dalam processus insang. Gambaran emboli gas ini dapat
diamati dengan wet mount
Gb. gas bubble
pada juvenil P. stylirostris (Picture credit to Lightner, 1988
in McVey, 1993)
|
No comments:
Post a Comment