Nama lain: Watermold, skin fungus cotton wool
disease [4], winter fungus, winter mortality, winter kill [8]
Etiologi/ penyebab: Saprolegnia.sp, Achyla.sp, Aphanomyces.sp [1], Dichyucus, Pythium [4], Leptolegnia, Leptomitus [6]. Merupakan oomycetes dengan hifa aseptat. Zoosporanya bergerak dengan flagella yang dihasilkan oleh sporangia pada ujung hifa [1]
Hospes : ikan air tawar, payau,
dan laut [1], amfibi, insekta [6].
Stadium rentan : telur dan ikan
[1]
Epizootiologi: Serangan jamur ini
bersifat kronis hingga akut dengan kematian hingga 100% [2]. Jamur ini
menyerang pada ikan segala usia termasuk telur. Lesinya terlihat pasca
penanganan dan kondisi padat serta setelah adanya infeksi bakteri dan virus.
Penyakit banyak terjadi pada suhu 10-18°C [7].
Faktor pendukung
Suhu rendah berpengaruh terhadap kejadian
saprolegniasis [1]. Pada ikan silver perch kejadian berkaitan dengan penanganan
yang kasar, kerusakan epidermis, dan penghilangan mucus [4]. Suhu dan oksigen
yang rendah, malnutrisi, bahan organic yang tinggi, kualitas telur yang buruk,
kepadatan yang tinggi dapat memicu timbulnya penyakit ini [2]
Gejala Klinis
Terdapat miselium berwarna putih abu-abu gelap hingga
kecoklatan pada kulit, insang, sirip, atau telur sehingga gagal menetas.
Infeksi dapat melanjut menimbulkan nekrosis pada jaringan otot tubuh [1]. Pada
stadium awal disamping terdapat area berwarna putih yang bersifat fokal
(terlokalisir) di kulit, ekor, dan jaringan lunak di ujung operculum. Disamping
itu juga dijumpai adanya hemoragi di abdomen bagian bawah. Pada stadium lanjut,
terlihat adanya warna putih seperti kapas pada kulit dan insang [3]. Ikan
mengalami letargi, kurang responsive terhadap rangsangan, dan kerap menggosok-gosokkan
tubuhnya. Sebelum mati ikan menunjukkan
gejala kehilangan keseimbangan [4].
Jamur Saprolegnia parasitica tumbuh pada large silver perch (kiri). Stadium awa saprolegniasis (panah) (kanan) (crefdit to Phil Read)
|
Perubahan patologi
Kematian pada saprolegniasis disebabkan
oleh masalah osmosis bila infeksi berlangsung di insang atau kulit sehingga
menghambat respirasi [1]. Secara histopatologi terlihat adanya kematian
jaringan epidermis dengan peradangan ringan [3].
Patogenesis
Lesi awal berukuran kecil dan fokal,
infeksi kemudian menyebar secara cepat di permukaan tubuh. Lesi berukuran besar
tidak pernah muncul secara tiba-tiba dalam 24 jam. Lesi berwarna putih karena
adanya mycelia, terkadang menjadi merah, coklat, atau hijau akibat terjebak
dalam sedimen, alga, atau debris. Meskipun tumbuh cepat, infeksi jarang masuk
ke lapisan otot. Kerusakan kulit atau insang dapat berakibat fatal. Hilangnya
elektrolit serum dan protein sepadan dengan persentase kulit yang terdampak. Yang
artinya, mortbiditas dan mortalitas meningkat seiring dengan peningkatan lesi
kulit atau insang. Pada lesi akut, ikan biasanya mati dalam beberapa hari atau
sembuh dalam beberapa minggu. Infeksi pada saluran pencernaan tokolan jarang
terjadi [5]
Metode Diagnosa
Dapat dilakukan dengan pengamatan hifa
secara mirkoskopis atapun isolasi jamur pada media agar [2]. Sporangia dapat
terlihat [4].
Pencegahan dan Pengendalian
Pencegahan
dapat dilakukan dengan mengurangi faktor predisposisi pada akhir musim panas
dimana suhu mulai turun. DIpastikan juga ikan bebas dari ektoparasit, melakukan
pengurangan pakan, mengurangi bahan organic dan kepadatan [3]. Pengendalian
dilakukan dengan menaikkan atau mempertahankan suhu diatas 28oC.
Penggantian air sebaiknya sering dilakukan [2]
Bahan/ Obat
|
Dosis
|
Aplkasi
|
Keterangan
|
Kalium permanganate (PK)
|
1gr/100L
|
Perendaman 90 menit
|
|
Formalin
|
100-200ppm
|
Perendaman 1-3 jam
|
|
1000mg/L
|
Perendaman selama 15 menit/hari
|
Pada telur ikan murray (bak)
|
|
100mg/L
|
Perendaman 30 menit
|
Gunakan sistem resirkulasi dengan garam 2-3g/L
|
|
30mg/L di awal kemudian 25-30mg/L/hari
|
perendaman
|
Beri aerasi dan suplemen
|
|
0,4-0,5mL/L formalin 30%
|
Perendaman 1 jam
|
||
Garam dapur
|
1-10 promil
|
Perendaman 10-60 menit
|
Dosis tergantung ukuran dan spesies
|
2-5gram/L
|
perendaman
|
Untuk pencegahan dewasa, larva, juvenil. Suhu
dipertahankan <.25oC (bak)
|
|
20gram/L
|
Perendaman 30 menit
|
||
30gram/L
|
Perendaman 10 menit
|
||
2gr/L
|
Perendaman
|
Telur, larva (bak)
|
|
Methylene Blue
|
3-5ppm
|
Perendaman 24 jam
|
|
Kupri sulfat (CuSO4)
|
0,1-0,2mg/L
|
Aerasi, alkalinitas >50mg/L
|
Sumber: [2],
[3], [4]
Sumber:
[2].
Referensi
- Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
- Maskur, Mukti Sri Hastuti, Taukhid, Angela Mariana Lusiastuti, M. Nurzain, Dewi Retno Murdati, Andi Rahman, Trinita Debataraja Simamora. 2012. Buku Saku Pengendalian Penyakit Ikan. Kementerian Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.
- Lio-Po. G.D. dan Inui, Y. 2014. Health Management in Aquaculture Second Edition. Southeast Asian Fisheries Development Center, Aquaculture Department.
- Noga, Edward J. 2010. Fish disease : diagnosis and treatment / Second Edition. Blackwell Publishing
- Bailey,T.A. 1994. 4.2.2. Saprolegniasis. AFS Fish Health Section
- Abduljabbar.Fish Disease 5th Stage.
- Tucker, C.S dan Hagreaves,J.A. 2004. Biology and Culture of Channel Catfish. Elesevier
No comments:
Post a Comment