Nama lain: Atypical Tuberculosis, Fish Tuberculosis, Fish
TB, Piscine tuberculosis
Etiologi/ penyebab: Mycobacterium marinum,
M.fortuitum, M. chelonae. Bakteri ini merupakan bakteri gram positif,
berbentuk batang, tahan asam, tidak berspora [1,3]. Adapula yang menyebutkan
spesie M. piscium namun spesies
ini dipercaya merupakan M. marinum. Isolat dari M. anabantid dan M.
platypoecilus juga termasuk M.
marinum [6].
Hospes : ikan air tawar, ikan laut, ikan hias. Mycobacterium
marinum telah dilaporkan pada ikan air tawar dan laut serta perairan
tropis. Sedangkan M. fortuitum pada perairan tropis dan hangat. M.
chelonae dilaporkan pada hatcheri budidaya salmon pasifik [5]. Pada
perairan tawar bakteri ini menyerang striped bass dan hibridnya. Pada perairan
laut ditemukan pada sea bass, turbot, florida pompano, dll. Sedangkan pada ikan
hias ditemukan pada anggota sygnathids (kuda laut) [6]. Beberapa spesies yang
dilaporkan pernah terinfeksi mycobacteriumantara lain; European seabass (Dicentratrchus
labrax), gilthead seabream (Sparus aurata), snakehead (Channa
striata), channel catfish (Ictalurus punctatus), striped bass (Morone
saxatalis), turbot (Scophthalmus maximus), Atlantic salmon (Salmo salar),
European tench (Tinca tinca) and Atlantic guitarfish (Perca
fluviatilis) [8].
Bercovier dan
Vincent (2001) menyebutkan spesies yang dapat terinfeksi oleh Mycobacterium
marinum yakni pada ikan laut dan air tawar. Chinook salmon (Oncorhyncus
tshawytscha), striped bass (Morane saxatilis), cod (Gadus morhua L.), tilapia
(Oreochromis mossambicus), European sea bass (Dicentrarchus labrax), rabbitfish
(Siganus nivulatus), sturgeon (Acipenser spp.), angelfish (Pomacanthus
paru dan P. arcuatus), rock beauty (Holacanthus tricolor), cherubfish
(Centropyge argi), princess parrotfish (Scarus taeniopterus), blue
chromis (Chromis cyaneus), balloonfish (Diodon holocanthus),
whitespotted filefish (Cantherhines macroceros), doctorfish
(Acanihurus chirurgus), reef butterflyfish (Chaetodon sedentarius), foureye
butterflyfish (Chaetodon capistratus).
Epizootiologi:
Pertama kali penyakit ini ditemukan pada ikan carp pada tahun
1897 namun tercatat pada lebih dari 167 spesies ika air tawar, ikan liar, dan
ikan budidaya [3]. Penyakit ini dapat ditularkan secara langsung melalui
makanan, remah-remah yang terkontaminasi [1]. Bakteri juga dapat menginvasi
melalui kulit yang luka, jaringan insang, tanah, air, dan melalui transovarian
(penularan secara vertikal). [2]. Hewan akuatik seperti kutu air, siput,
kura-kura dapat menjadi reservoir bagi bakteri [10]
Penyakit bersifat kronis- subakut [5]. Tingkat infeksi dalam
suatu populasi dapat bervariasi dari 10-100% [1]. Infeksi M. marinum bersifat
kronis dimana bakteri menyerang dan berkoloni di organ dalam. Ikan biasanya
lemah dan mati (mortalitas 50%) untuk jangka waktu panjang. Pada ikan budidaya
atau di hatcheri, penyakit ini terjadi selama bertahun-tahun [9]. Tingkat
insidensi pada ikan liar dapat tinggi. Prevalensi sebesar 8% ditemukan pada
ikan di laut di Washington, Amerika Serikat [10].
Faktor pendukung
Tingkat keparahan mycobacteriosis pada ikan bergantung pada
usia ikan, status nutrisi, kadar oksigen, dan kepadatan. Lesi kulit oleh
kesalahan handling ataupun infestasi parasite dapat menjadi sumber penularan
[10]. Kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan bakteri ini antara lain
kondisi berawa, kadar oksigen rendah, kadar pH rendah, TOM tinggi, salinitas
rendah dan air yang hangat. Mineral zinc dan besi juga dikaitkan dengan peningkatan
mycobacterium di lingkungan [5]. Pemberian pakan ikan atau jeroan yang tidak
dimasak juga bertanggung jawab terhadap outbreak mycobacteriosis ikan [10]. Penyakit
ini juga sering terlihat pada ikan budidaya yang kondisinya di bawah optimal,
stress atau sistem imunnya terdepres. Pada infeksi oleh M.chelonae, sering dikaitkan dengan kondisi yang terlalu
padat dan stress [9].
Gejala Klinis:
Secara umum terlihat adanya anoreksia, emasiasi, deformitas
tulang belakang, peradangan kulit, perubahan warna tubuh, eksopthalmia.
Perubahan lain berupa luka terbuka,kembung, kerusakan sirip dan ekor, serta
lepasnya sisik [1]. Pada ikan muda, infeksi tidak menimbulkan gejala eksternal
[5]. Pada ikan dewasa dicirikan dengan tidak menampakka tanda-tanda perkembangan
seksual sekunder, pertumbuhan lambat. Perilaku ikan menjadi lamban, berenang di
permukaan air dengan posisi kepala mengarah ke atas/ bawah, berputar-putar atau
miring-miring [4]. Infeksi yang disebabkan oleh M. marinum tidaklah
spesifik. Ikan yang sakit memiliki lesi di bagian anterior kepala, ulcerasi,
pembusukan ekor dan sirip, mucus berlebih di permukaan tubuh [9].
Perubahan patologi
Perubahan patologi secara makroskopis yang teramati antara
lain adanya granuloma atau nodul berwarna putih kelabu pada sejumlah organ
(hati, ginjal, limpa, jantung, jaringan otot) [1]. Nodul atau bejolan juga
dapat ditemukan pada empedu, mata, dan insang [4]. Pembentukan nodul ini
biasanya disertai dengan adanya oedema pada organ tersebut [1]. Meskipun
granuloma merupakan perubahan menciri dari mycobacteriosis namun granuloma
tidak berkembang di semua kasus [6]. Tercatat dua stadium perkembangan nodul
granuloma. Nodul kompak tanpa sel epiteloid atau pusat nekrosis dan nodul lunak
yang secara umum berkaitan dengan proses nekrosis dari foki bakteri [7] Organ
seperti ginjal, limpa, hati membesar. Ditemukan juga peritonitis [2]. Membran putih sering terjadi pada usus
mesentericum dan ceaca [4]. Infeksi oleh M. marinum
dicirikan dengan lesi granuloma dan nodul dengan bakteri di berbagai organ
(kulit, insang, limpa, ginjal). Pada ikan nila, sebagai gejala piscine
mycobacteriosis, foki melanosis terdapat di kulit dan limpa (disebabkan
oleh adanya melanomakrofag) [9].
Gb. mycobacteriosis ikan oleh M. marinum. (credit to http://www.ag.auburn.edu) |
Patogenesis
Mycobacterium memliki beberapa strategi untuk bertahan secara
intraseluler pada hospes. Kecuali M. ulcerans, mycobacteria patogenik
pada vertebrata didominasi oleh fagosit parasit intraseluler. Fagosom
mengandung mycobacteria resisten
terhadap proses normal asidifikasi an fusi fagolisosom. Hal ini memicu
ketahanan bakteri. Lebih lanjut mycobacteria patogen menghambat pematangan
fagolisosom dengan mencegah fusi dengan komponen terakhir namun tidak di awal,
jaringan endosomal. M. marinum pada tikus dapat melarikan diri dari
fagosom dan menyebar secara langsung antar sel melalui motilitas berbasis
actin. Fagosom M. marinum pada
makrofag peritoneal ikan stripped bass mengalami fusi secara in vivo dan in
vitro dengan membrane terikan organela opaq electron yang secara morfologi
konsisten dengan lisosom [11].
Diagnosa banding
Actynomycetes seperti Nocardia, Rhodococcus, Tsukamurella,
Gordonia, sebagian besar bersifat tahan
asam. Legionella spp juga kadang bersifat tahan asam [11]
Metode Diagnosa
Diagnosa presumptive didasarkan pada penemuan granuloma saat
nekropsi. Sangat memungkinkan untuk melakukan wet mount untuk melihat
granuloma. Wet mount dapat dilakukan pada organ hati, limpa, ginjal. Pewarnaan
tahan asam dapat langsung diaplikasikan pada jaringan terduga infeksi bakteri. Diagnosa
pasti dilakukan di laboratorium secara histopatologi dan mikrobiologi [5]. Isolasi
pada media dapat menggunakan ogawa / Lowenstein Jensen, TSA-BHIA [2]. Sampel
yang akan diisolasi sebelumnya didekontaminasi, dapat menggunakan 2%HCl atau 4%
NaOH. Sampel kemudian disentrifus, dan endapannya ditanam pada media Lowenstein
Jensen [10]
Gb. Gambaran histologi limpa menunjukkan adanya granuloma pada pewarnaan tahan asam (credit to http://www.thefishsite.com) |
Dampak
Mycobacteriosis mendapatkan banyak perhatian karena
menimbulkan kematian yang bersifat kronis dengan tingkat kematian rendah-sedang
secara terus menerus, sulitnya mendapatkan obat, dan sifat yang zoonosis [1]
Pencegahan dan Pengendalian
Pengobatan sangat sulit dilakukan kecuali dengan memusnahkan
serta melakukan disinfeksi secara seksama [1]. Pencegahan dilakukan dengan
sanitasi, disinfeksi, dan pemusnahan hewan pembawa. Pencegahan penularan
melalui pakan dapat dilakukan dengan pasteurisasi [2]. Disinfeksi dapat
menggunakan 10000ppm klorin atau alcohol
60-80% [3]. Meskipun etanol, benzyl-4-chlorophenol-phenylphenol (Lysol) dan
sodium chlorite dapat membunuh M. marinum secara cepat di air, bahan
lain seperti N-alkyl dimethyl benzyl ammonium chloride dan potassium
peroxymonosulphate (Virkon) tidak efektif setelah penggunaan jangka panjang.
Sodium hipoklorit cukup efektif mensterilkan, dengan waktu kontak lebih dari 10
menit [11
Apabila telah terjadi infeksi, tindakan pengobatan dapat
menggunakan terramycine yang dicampur ke dalam pakan. Dosis yang diberikan
5-7,5 g/ 100kg ikan/ hari selama 5-15 hari [4]. Rifampicin, Streptomycine, dan
Erythromycine efektif untuk mengobati Mycobacterium spp pada yellowtail (Seriolla quinqueradiata). Ethambutol, isoniazid, dan / rifampicin
terkadang digunakan untuk specimen bernilai tinggi di akuarium [11]
Referensi
[1] Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah
Mada Press: Yogyakarta
[2] Lio-Po. G.D. dan Inui, Y. 2014. Health Management in
Aquaculture Second Edition. Southeast Asian Fisheries Development Center,
Aquaculture Department
[3] Rodger, H.D. 2010. 2010 Fish Disease Manual. Marine
Institute
[4]. Afrianto, E., Liviawaty, E.,
Zafran Jamaris., Hendi. 2015. Penyakit Ikan. Penebar Swadaya: Jakarta
[5] Floyd, R.F., Dipl, Yanong, R.
1999. Mycobacteriosis in Fish.
University of Florida
[7] Bruno, D.W., Griffiths, J.,
Mitchell, C.G., Wood, B.P., Fletcher, Z.J., Drobniewski, F.A., Hastings, T.S.
1998. Pathology attributed to Mycobacterium chelonae infection among farmed
and laboratory-infected Atlantic salmon Salmo salar. Dis Aquat Org 33:
101-109, 1998
[8] Jeronimo, D., Barbosa, A.,
Ramos, M., Marques, J. Moreira, M.H.,
Sousa, J.A., Cruz, C., Saraiva, A. 2013. Granulomas Caused by Mycobacterium
sp. in farmed turbot Scopthalmus maximus (Linnaeus, 1758). DOI: 10.12681/mms.367
[9] Bercovier, H. dan Vincent, V.
2001. Mycobacterial infections in domestic and wild animals due to
Mycobacterium marinum, M. fortuitum, M. chelonae, M. porcinum, M. farcinogenes,
M. smegmatis, M. scrofulaceum, M. xenopi, M. kansasii, M. simiae and M.
genavense. Rev. sci. tech. Off. int. Epiz., 2001,20 (1), 265-290
[10] Bragg, R.R., Hildegard,
F.A.K., Huchzermeyer, Monica A.M. Hanis.1990. Mycobacterium fortuoitum
Isolated from Three Species of Fish in South Africa. Onderstepoort J. vet.
Res., 57, 101-102 (1990)
[11] Gauthier, D.T., dan Rhodes,
M.W. 2009. Mycobacteriosis in fishes: A review. The Veterinary Journal
180 (2009) 33–47 doi:10.1016/j.tvjl.2008.05.012a
VERY HELPING
ReplyDeleteVery Helping 2
ReplyDelete