-->

atas

    Wednesday, 10 May 2017

    Mycobacteriosis pada ikan


    Nama lain: Atypical Tuberculosis, Fish Tuberculosis, Fish TB, Piscine tuberculosis

    Etiologi/ penyebab: Mycobacterium marinum, M.fortuitum, M. chelonae. Bakteri ini merupakan bakteri gram positif, berbentuk batang, tahan asam, tidak berspora [1,3]. Adapula yang menyebutkan spesie M. piscium  namun spesies ini dipercaya merupakan M. marinum. Isolat dari M. anabantid dan M. platypoecilus juga  termasuk M. marinum [6].

    Hospes : ikan air tawar, ikan laut, ikan hias. Mycobacterium marinum telah dilaporkan pada ikan air tawar dan laut serta perairan tropis. Sedangkan M. fortuitum pada perairan tropis dan hangat. M. chelonae dilaporkan pada hatcheri budidaya salmon pasifik [5]. Pada perairan tawar bakteri ini menyerang striped bass dan hibridnya. Pada perairan laut ditemukan pada sea bass, turbot, florida pompano, dll. Sedangkan pada ikan hias ditemukan pada anggota sygnathids (kuda laut) [6]. Beberapa spesies yang dilaporkan pernah terinfeksi mycobacteriumantara lain; European seabass (Dicentratrchus labrax), gilthead seabream (Sparus aurata), snakehead (Channa striata), channel catfish (Ictalurus punctatus), striped bass (Morone saxatalis), turbot (Scophthalmus maximus), Atlantic salmon (Salmo salar), European tench (Tinca tinca) and Atlantic guitarfish (Perca fluviatilis) [8].

    Bercovier dan Vincent (2001) menyebutkan spesies yang dapat terinfeksi oleh Mycobacterium marinum yakni pada ikan laut dan air tawar. Chinook salmon (Oncorhyncus tshawytscha), striped bass (Morane saxatilis), cod (Gadus morhua L.), tilapia (Oreochromis mossambicus), European sea bass (Dicentrarchus labrax), rabbitfish (Siganus nivulatus), sturgeon (Acipenser spp.), angelfish (Pomacanthus paru dan P. arcuatus), rock beauty (Holacanthus tricolor), cherubfish (Centropyge argi), princess parrotfish (Scarus taeniopterus), blue chromis (Chromis cyaneus), balloonfish (Diodon holocanthus), whitespotted filefish (Cantherhines macroceros), doctorfish (Acanihurus chirurgus), reef butterflyfish (Chaetodon sedentarius), foureye butterflyfish (Chaetodon capistratus).

    Epizootiologi:
    Pertama kali penyakit ini ditemukan pada ikan carp pada tahun 1897 namun tercatat pada lebih dari 167 spesies ika air tawar, ikan liar, dan ikan budidaya [3]. Penyakit ini dapat ditularkan secara langsung melalui makanan, remah-remah yang terkontaminasi [1]. Bakteri juga dapat menginvasi melalui kulit yang luka, jaringan insang, tanah, air, dan melalui transovarian (penularan secara vertikal). [2]. Hewan akuatik seperti kutu air, siput, kura-kura dapat menjadi reservoir bagi bakteri [10]

    Penyakit bersifat kronis- subakut [5]. Tingkat infeksi dalam suatu populasi dapat bervariasi dari 10-100% [1]. Infeksi M. marinum bersifat kronis dimana bakteri menyerang dan berkoloni di organ dalam. Ikan biasanya lemah dan mati (mortalitas 50%) untuk jangka waktu panjang. Pada ikan budidaya atau di hatcheri, penyakit ini terjadi selama bertahun-tahun [9]. Tingkat insidensi pada ikan liar dapat tinggi. Prevalensi sebesar 8% ditemukan pada ikan di laut di Washington, Amerika Serikat [10].

    Faktor pendukung
    Tingkat keparahan mycobacteriosis pada ikan bergantung pada usia ikan, status nutrisi, kadar oksigen, dan kepadatan. Lesi kulit oleh kesalahan handling ataupun infestasi parasite dapat menjadi sumber penularan [10]. Kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan bakteri ini antara lain kondisi berawa, kadar oksigen rendah, kadar pH rendah, TOM tinggi, salinitas rendah dan air yang hangat. Mineral zinc dan besi juga dikaitkan dengan peningkatan mycobacterium di lingkungan [5]. Pemberian pakan ikan atau jeroan yang tidak dimasak juga bertanggung jawab terhadap outbreak mycobacteriosis ikan [10]. Penyakit ini juga sering terlihat pada ikan budidaya yang kondisinya di bawah optimal, stress atau sistem imunnya terdepres. Pada infeksi oleh M.chelonae,  sering dikaitkan dengan kondisi yang terlalu padat dan stress [9].

    Gejala Klinis:
    Secara umum terlihat adanya anoreksia, emasiasi, deformitas tulang belakang, peradangan kulit, perubahan warna tubuh, eksopthalmia. Perubahan lain berupa luka terbuka,kembung, kerusakan sirip dan ekor, serta lepasnya sisik [1]. Pada ikan muda, infeksi tidak menimbulkan gejala eksternal [5]. Pada ikan dewasa dicirikan dengan tidak menampakka tanda-tanda perkembangan seksual sekunder, pertumbuhan lambat. Perilaku ikan menjadi lamban, berenang di permukaan air dengan posisi kepala mengarah ke atas/ bawah, berputar-putar atau miring-miring [4]. Infeksi yang disebabkan oleh M. marinum tidaklah spesifik. Ikan yang sakit memiliki lesi di bagian anterior kepala, ulcerasi, pembusukan ekor dan sirip, mucus berlebih di permukaan tubuh [9].

    Perubahan patologi
    Perubahan patologi secara makroskopis yang teramati antara lain adanya granuloma atau nodul berwarna putih kelabu pada sejumlah organ (hati, ginjal, limpa, jantung, jaringan otot) [1]. Nodul atau bejolan juga dapat ditemukan pada empedu, mata, dan insang [4]. Pembentukan nodul ini biasanya disertai dengan adanya oedema pada organ tersebut [1]. Meskipun granuloma merupakan perubahan menciri dari mycobacteriosis namun granuloma tidak berkembang di semua kasus [6]. Tercatat dua stadium perkembangan nodul granuloma. Nodul kompak tanpa sel epiteloid atau pusat nekrosis dan nodul lunak yang secara umum berkaitan dengan proses nekrosis dari foki bakteri [7] Organ seperti ginjal, limpa, hati membesar. Ditemukan juga peritonitis [2].  Membran putih sering terjadi pada usus mesentericum dan ceaca [4]. Infeksi oleh M. marinum dicirikan dengan lesi granuloma dan nodul dengan bakteri di berbagai organ (kulit, insang, limpa, ginjal). Pada ikan nila, sebagai gejala piscine mycobacteriosis, foki melanosis terdapat di kulit dan limpa (disebabkan oleh adanya melanomakrofag) [9].

    750
    Gb. mycobacteriosis ikan oleh M. marinum.  (credit to http://www.ag.auburn.edu)

    Patogenesis
    Mycobacterium memliki beberapa strategi untuk bertahan secara intraseluler pada hospes. Kecuali M. ulcerans, mycobacteria patogenik pada vertebrata didominasi oleh fagosit parasit intraseluler. Fagosom mengandung mycobacteria  resisten terhadap proses normal asidifikasi an fusi fagolisosom. Hal ini memicu ketahanan bakteri. Lebih lanjut mycobacteria patogen menghambat pematangan fagolisosom dengan mencegah fusi dengan komponen terakhir namun tidak di awal, jaringan endosomal. M. marinum pada tikus dapat melarikan diri dari fagosom dan menyebar secara langsung antar sel melalui motilitas berbasis actin. Fagosom M. marinum pada makrofag peritoneal ikan stripped bass mengalami fusi secara in vivo dan in vitro dengan membrane terikan organela opaq electron yang secara morfologi konsisten dengan lisosom [11].

    Diagnosa banding
    Actynomycetes seperti Nocardia, Rhodococcus, Tsukamurella, Gordonia, sebagian besar  bersifat tahan asam. Legionella spp juga kadang bersifat tahan asam [11]

    Metode Diagnosa
    Diagnosa presumptive didasarkan pada penemuan granuloma saat nekropsi. Sangat memungkinkan untuk melakukan wet mount untuk melihat granuloma. Wet mount dapat dilakukan pada organ hati, limpa, ginjal. Pewarnaan tahan asam dapat langsung diaplikasikan pada jaringan terduga infeksi bakteri. Diagnosa pasti dilakukan di laboratorium secara histopatologi dan mikrobiologi [5]. Isolasi pada media dapat menggunakan ogawa / Lowenstein Jensen, TSA-BHIA [2]. Sampel yang akan diisolasi sebelumnya didekontaminasi, dapat menggunakan 2%HCl atau 4% NaOH. Sampel kemudian disentrifus, dan endapannya ditanam pada media Lowenstein Jensen [10]
    Gb. Gambaran histologi limpa menunjukkan adanya granuloma pada pewarnaan tahan asam (credit to http://www.thefishsite.com)
    Dampak
    Mycobacteriosis mendapatkan banyak perhatian karena menimbulkan kematian yang bersifat kronis dengan tingkat kematian rendah-sedang secara terus menerus, sulitnya mendapatkan obat, dan sifat yang zoonosis [1]

    Pencegahan dan Pengendalian
    Pengobatan sangat sulit dilakukan kecuali dengan memusnahkan serta melakukan disinfeksi secara seksama [1]. Pencegahan dilakukan dengan sanitasi, disinfeksi, dan pemusnahan hewan pembawa. Pencegahan penularan melalui pakan dapat dilakukan dengan pasteurisasi [2]. Disinfeksi dapat menggunakan  10000ppm klorin atau alcohol 60-80% [3]. Meskipun etanol, benzyl-4-chlorophenol-phenylphenol (Lysol) dan sodium chlorite dapat membunuh M. marinum secara cepat di air, bahan lain seperti N-alkyl dimethyl benzyl ammonium chloride dan potassium peroxymonosulphate (Virkon) tidak efektif setelah penggunaan jangka panjang. Sodium hipoklorit cukup efektif mensterilkan, dengan waktu kontak lebih dari 10 menit [11

    Apabila telah terjadi infeksi, tindakan pengobatan dapat menggunakan terramycine yang dicampur ke dalam pakan. Dosis yang diberikan 5-7,5 g/ 100kg ikan/ hari selama 5-15 hari [4]. Rifampicin, Streptomycine, dan Erythromycine efektif untuk mengobati Mycobacterium spp pada yellowtail  (Seriolla quinqueradiata).  Ethambutol, isoniazid, dan / rifampicin terkadang digunakan untuk specimen bernilai tinggi di akuarium [11]


    Referensi
    [1] Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada Press: Yogyakarta

    [2] Lio-Po. G.D. dan Inui, Y. 2014. Health Management in Aquaculture Second Edition. Southeast Asian Fisheries Development Center, Aquaculture Department

    [3] Rodger, H.D. 2010. 2010 Fish Disease Manual. Marine Institute

    [4]. Afrianto, E., Liviawaty, E., Zafran Jamaris., Hendi. 2015. Penyakit Ikan.  Penebar Swadaya: Jakarta

    [5] Floyd, R.F., Dipl, Yanong, R. 1999. Mycobacteriosis in Fish.  University of Florida

    [7] Bruno, D.W., Griffiths, J., Mitchell, C.G., Wood, B.P., Fletcher, Z.J., Drobniewski, F.A., Hastings, T.S. 1998. Pathology attributed to Mycobacterium chelonae infection among farmed and laboratory-infected Atlantic salmon Salmo salar. Dis Aquat Org 33: 101-109, 1998

    [8] Jeronimo, D., Barbosa, A., Ramos, M.,  Marques, J. Moreira, M.H., Sousa, J.A., Cruz, C., Saraiva, A. 2013. Granulomas Caused by Mycobacterium sp. in farmed turbot Scopthalmus maximus (Linnaeus, 1758). DOI: 10.12681/mms.367

    [9] Bercovier, H. dan Vincent, V. 2001. Mycobacterial infections in domestic and wild animals due to Mycobacterium marinum, M. fortuitum, M. chelonae, M. porcinum, M. farcinogenes, M. smegmatis, M. scrofulaceum, M. xenopi, M. kansasii, M. simiae and M. genavense. Rev. sci. tech. Off. int. Epiz., 2001,20 (1), 265-290

    [10] Bragg, R.R., Hildegard, F.A.K., Huchzermeyer, Monica A.M. Hanis.1990. Mycobacterium fortuoitum Isolated from Three Species of Fish in South Africa. Onderstepoort J. vet. Res., 57, 101-102 (1990)

    [11] Gauthier, D.T., dan Rhodes, M.W. 2009. Mycobacteriosis in fishes: A review. The Veterinary Journal 180 (2009) 33–47 doi:10.1016/j.tvjl.2008.05.012a















    2 comments: