-->

Referensi

    Thursday, 11 May 2017

    Infeksi Jamur Saprolegnia

    Nama lain:  cotton wool disease [9]


    Etiologi/ penyebab: Jamur Saprolegnia.sp,  termasuk ke dalam oomycetes, family saprolegniaceae. Jamur ini memiliki banyak cabang dan miseliumnya tidak bersepta. Struktur reproduksinya terpisah antara dari hifa somatic oleh adanya septa. Dan reproduksi aseksualnya dengan zoospore biflagellata [2]


    Hospes
    : ikan air tawar, umumnya ikan mas, gurame, tawes, gabus, lele [1]

    Stadium rentan :  telur [1]

    Epizootiologi:
    Kasus epizootik jamur ini dijelaskan pada abad ke 19 di Inggris. Gelombang kematian besar baru terjadi di Eropa Barat pada tahun 1970an dan  1980an pada kasus Ulcerative Dermal Necrosis (UDN) [3]. Jamur ini tersebar di lingkungan perairan tawar dan laut (salinitas <2,8%) [2]. Infeksi jamur umumnya merupakan infeksi sekunder yang terjadi pada infeksi bacterial atau parasit [1]. Penularan penyakit ini melalui air oleh zoozpora biflagellate yang infeksius. Infeksi sitemik pada ikan budidaya terjadi akibat memakan koloni hifa fungi [9]. Jamur saprolegnia ini juga terdapat pada ikan rucah, pakan ikan, bahan organic, dan peralatan budidaya. Spora dapat dilepaskan dari permukaan tubuh dan karkas ikan terinfeksi. Beberapa saprolegnia dapat bertahan selama beberapa tahun di sedimen air [10]

    Siklus  Hidup
    Perkembangan aseksual diawali dengan pembentukan sporangium (spora aseksual) di bagian ujung se pada permukaan tubuh hospes. Setelah saatnya tiba zoospora akan dilepaskan. Zoospora berenang mencari ikan sebagai inang untuk menempel. Zoospora mengeluarkan zoospore kedua yang infektif. Pada beberapa hal, jamura kan membentuk oogonium yang berlanjut dengan perkembangan seksual [5].

    Faktor pendukung
    Infeksi mudah terjadi bila ada luka, kondisi suhu turun, dan ikan mengalami stress [1]. Kadar oksigen yang rendah, kadar ammonia yang tinggi, dan bahan organic yang tinggi akan meningkatkan derajat infeksi [4].

    Gejala Klinis
    Gejala  dapat dengan mudah teramati dengan adanya sekumpulan benang halus (hifa) yang terlihat seperti kapas. Gambaran ini terlihat jelas di bagian kepala, tutup insang, dan sekitar sirip [1]. Lokasi di kepala biasanya merupakan infeksi sekunder UDN. Pada ikan lele kebanyakan lesi di kulit dan insang [2] Pada telur akan tampak seperti tertutup kapur [1]. Pada benih, saprolegnia berada di peritoneum, Sedangkan pada tokolan jamur ada di organ dalam-usus. Lesi awal terlihat bercak terlokalisir (fokal) berwarna kelabu-putih pada kulit, hifa yang serupa benang kapas meluas membuat bentukan sirkuler kemudian radial dan menyatu serta berwarna abu-bau gelap atau coklat pada stadium akhir. Waktu yang dibutuhkan jamur untuk berkembang bervariasi  [2]. Saprolegnia dapat masuk ke tubuh ikan melalui luka. Jamur ini juga dapat menginfeksi saluran pencernaan ketika ikan memakan pakan atau bahan yang mengandung jamur saprolegnia. Jamur akan melubangi dinding usus dan mencapai organ dalam melalui peredaran darah. Bereproduksi, dan menyebar ke seluruh tubuh [10].

    Area radang dekat dengan sirip pectoral (Earle dan Hinz, 2014)


    Perubahan patologi
    Secara histologi terdapat adanya infeksi fokal yang menyerang bagian stratum spongiosum dermis hingga epidermis lalu menyebar dan mengakibatkan ketidakseimbangan cairan dan kegagalan sirkulasi perifer (shock) akibat ketidakmampuan menjaga volume darah yang bersirkulasi. Pada kasus kronis, miselium masuk ke dermis di antara plane pacial intermycotomal. Infeksi sistemik sangar jarang. Lesi nekrosis pada spina akan memunculkan gejala syaraf dan oklusi myceliad trombotik pembuluh darah. Banyaknya hifa yang ada di permukaan kulit akan memerangkap debris seluler (surface mat) sehingga mengakibatkan degenerasi jaringan (nekrosis dermal superficial dan edema, nekrosis myofibril makin dalam dan meluasnya hemoragi). Respon radang pada infeksi saprolegnia dengan gejala respirasi ringan terjadi tanpa kontaminasi  bakteri [2]

    Patogenesis
    Saprolegnia makan dengan cara mengeluarkan enzim pencernaan ke lingkungannya. Enzim ini emrombak sel dan jaringan makanan jamur sehingga jamur dapat menyerap nutrient seperti protein dan karbohidrat. Jamur ini tidak menimbulkan kematian namun kondisi ikan melemah, nafsu makan berkurang, kurus, dan akhirnya mati. Pada telur yang tidak dibuahi infeksi dapat menular ke telur yang dibuahi dan berdampak pada terhambatnya pernafasan telur dibuahi sehingga telur mati atau tidak menetas [5].

    Metode Diagnosa
    Metode sederhana dengan pengamatan gejala klinis dan preparat basah mikroskopis. Metode lain bisa dengan histopatologi [3] atau menggunakan SDA (Saburaud Dextrose Agar)[2] potato atau cornmeal agar [8]

    Prognosis
    Ketika infeksi eksternal meluas dan melibatkan insang, kematian hospes dapat disebabkan oleh kegagalan sirkulasi dan ketidakseimbangan cairan [8].

    Pencegahan dan Pengendalian
    Pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan air budidaya.  Kualitas air terutama ammonia juga harus dijaga. Hindari juga perlakuan yang menimbulkan luka pada ikan [5]. Berikut adalah beberapa cara pengendalian infeksi saprolegnia.

    Bahan / Obat
    Stadium
    Dosis
    Aplikasi
    Keterangan
    Betadine 1%1
    telur
    -
    Rendam 10 menit

    Paraffin cair3
    Benih



    Kalium permanganat5
    Ikan
    10ppm
    Oles (untuk jumlah sedikit


    ikan

    Rendam

    Formalin 10%5
    ikan
    1,5-2cc/ liter air
    Rendam selama 15 menit


    ikan
    200ppm
    Rendam selama 2 jam

    Formalin 37%
    telur
    250mg/L
    Perendaman
    Pencegahan
    Garam5
    ikan
    400mg/m3
    Rendam
    Saluran pembuangan ditutup, diulang 3 kali

    ikan
    20mg/L air
    Rendam

    Malachite green



    TIDAK BOLEH DIPERGUNAKAN, TOKSIK BAGI MANUSIA
    Hidrogen  peroksida (H2O2) (100% bahan aktif)
    telur
    250-500ml/L
    Perendaman 15menit
    Pencegahan. Keefektifan bergantung kualitas air, suhu, dan populasi Saprolegnia.sp.
    Flow through
    telur
    1000ml/L
    Perendaman
    ikan
    25mg/L
    Perendaman
    Campuran sodium dan calcium chlorida
    telur
    Perbandingan 26:1, dosis 20gram/L
    Perendaman selama 1 jam, 3 kali seminggu

    Air laut


    Flushing 2-3 jam selama 5 hari berturut-turut hingga 7-10 hari

    ozone

    0,01-0,2 ppm


    glukan

    0,5mg/mL


    Sumber: [5], [7]

    Pengobatan herbal [6], [8]


    Referensi
    1. Afrianto, E. dan Liviawaty, E. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Kanisius: Yogyakarta
    2. Tung, M.C. Fish and Shrimp Disease and Their Control.
    3. Rodger, H.D. 2010. Fish Disease Manual. Marine Institute and Marine Research Sub Programme of The National Development Plant
    4. Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
    5. Afrianto, E., Evi Liviawaty, Zafran Jamaris, Hendi. 2015. Penyakit Ikan. Penebar Swadaya: Jakarta Timur
    6. Nuryati, S., Suparman, M.A., Hadiroseyani, Y. 2008. Penggunaan Ekstrak Daun Paci-paci Leuca.sp untuk Pencegahan Penyakit Mikotik pada Ikan Gurame Osphronemus gourami. Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(2): 205–212 (2008)
    7. Ali, S.M., Eevense, O., Skaar, I. 2015. Recent advances in the mitigation of Saprolegnia infections in freshwater fish and their eggs. The Battle Against Microbial Pathogens: Basic Science, Technological Advances and Educational Programs (A. Méndez-Vilas, Ed.)
    8. Nuryati, S., Aulia, N. Rahman. 2015. Efektivitas ekstrak batang Musa paradisiaca untuk pengendalian infeksi Saprolegnia sp. pada larva ikan gurami. Jurnal Akuakultur Indonesia 14 (2), 151–158 (2015)
    9. Anonim.Saprolegniasis-Cotton Wool Disease.
    10. Aquaculture Fisheries Division. 2009. Prevention and Treatment of Fish Diseases. Good Aquaculture Practice Series 4




    No comments:

    Post a Comment