Nama
lain: -
Hospes
:
Semua
ikan salmon, salmon atlantik (Salmo salar), rainbow trout (Oncorhynchus
mykiss), dan brook trout (Salvelinus fontinalis) rentan terhadap
penyakit ini. Penyakit ini juga ditemukan pada berbagai spesies ikan air tawar
dan ikan air laut [1]. Diperoleh juga laporan pada ikan cyprinid seperti ikan
mas dan ikan hias mas koki [3]. Ikan Rainbow trout relative resisten namun
masih mungkin mendapatkan infeksi [4]
Stadium
rentan : semua usia [4]
Etiologi/
penyebab:
Aeromonas
salmonicida subsp. salmonicida, bakteri gram negatif non motil 0.8 x 1.3-2.0 μm [1]. Terdapat dua
strain yaitu A. salmonicida
atipikal dan tipikal [3]. Subspesies tipikal berkaitan dengan penyakit sistemik
(furunkulosis), sedangkan yang atipikal merupakan kelompok heterogen yang tidak
mengindikasikan pola fenotipikal pada kultur. Bakteri ini dapat bertahan lama
di tubuh ikan. Bakteri ini dapat menetap di perairan selama 3 minggu dan
disedimen hingga berbulan-bulan [6]
Epizootiologi
Pertama
kali penyakit ini terdeteksi di Jerman pada sebuah hatcheri tahu 1894 [7]. Penyakit
ini terdapat di Amerika Utara, Jepang, Afrika selatan, dan Eropa. Penularan terjadi secara
horizontal dan vertikal [4]. Penularan juga dapat melalui ikan karier. Infeksi
yang tersembunyi pada karier dapat muncul ketika stress. Penyakit dapat
terlihat secara nyata pada ikan salmon muda pada air tawar maupun laut. Air,
sedimen, peralatan, dan berbagai hal yang dapat menyebarkan agen infektif [1].
Bakteri ini telah terdeteksi di permukaan telur yang telah dibuahi [4].
Penularan juga dapat terjadi secara aerosol untuk daerah yang dekat [6].
Faktor
pendukung
Lingkungan
yang tercemar bahan organik. Pada kondisi perbedaan suhu yang ekstrim, musim
peralihan kemarau-hujan. Bakteri ini lebih mudah menyerang ikan yang terluka
karena penanganan yang kasar, kurang gizi, infeksi sekunder parasite, air kolam
terlalu subr dan zat asam terlalu rendah. Serangan terjadi pada saat suhu
tinggi dan oksigen rendah. Stress akibat kepadatan tinggi, keterlambatan
pemberian pakan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi [2]
Gejala
Klinis
Infeksi
bersifat perakut, akut, subakut, kronis atau laten. Penyakit sering terlihat
sebagai hemoragi septisemia pada infeksi perakut atau sub akut. Ikan mati dalam
2-3 hari dari munculnya gejala klinis [2]. Terkadang tidak ada gejala klinis
yang teramati, terutama pada kasus perakut. Ikan malas berenang atau berenang
di permukaan, kehilangan nafsu makan, dan teramati adanya stress pernafasan
yang ditandai dengan melompat di permukaan air [4]. Kejadian perakut biasanya
terjadi pada benih dengan gejala kulit menghitam. Kasus akut biasanya terjadi
di pembesaran. Kasus subakut atau kronis jarang terjadi [6]
Warna
tubuh menggelap, anoreksia, letargi, hemoragi pada basal insang dan sirip,
furunkel (lesi kulit) pada infeksi kronis [1]. Terdapat ulkus-ulkus yang
menyerupai bisul, perdarahan sirip, sirip putus, perdarahan insang atau insang
memucat, lendir pada rektum berdarah [2]. Lesi pada jaringan di bawah kulit
membentuk borok (ulcerative dermatitits) [3].
Perubahan
patologi
Furunkel
di kulit dan / otot melanjut menjadi lesi borok (biasanya pada kasus subakut
dan kronis pada salmon dewasa). Perdarahan teramati pada kulit, mulut, dan
pangkal sirip. Tubuh gelap, insang pucat, keluar cairan darah dari lubang
hidung, eksopthalmia. Limpa membengkak dan hati mengalami nekrosis. Perut
terisi mucus, darah, dan epitel yang mengalami peluruhan [4]. Usus mengalami
kongesti dan usus bagian belakang saling melekat dan bersatu, limpa membengkan.
Perdarahan berupa titik-titik (petechiae) pada otot dan adanya cairan berdarah
juga ditemukan. Ginjal mengalami nekrosis [2]. Terdapat akumulasi sel-sel
bakteri dan sel radang akibat eksotoksin leukositolitik [3]. Lamella insang
mengalami fusi dengan nekrosis pada epitelnya. Peradangan juga teramati di
insang. Sel-sel epitel usus mengalami peluruhan di lumen usus [4]. Saluran
pencernaan mengalami enteritis nekrotik dan terdapat eksudat kataralis [6]. Jantung
mengalami nekrosis terutama pada tepi atrium. Pada kulit lesi dimulai dengan
adanya lesi tebal berwarna putih, spongiotic epidermal hyperplasia pada
permukaan tubuh [5].
Gb. Furunkulosis pada ikan salmon. Sumber: T. HAstein (in Australian
Government Department of Agriculture, Fisheries and Forestry, 2012)
Gb. Furunkulosis pada ikan salmon. Sumber: T. HAstein (in Australian Government Department of Agriculture, Fisheries and Forestry, 2012) |
Metode
Diagnosa
Diagnosa
dilakukan melalui isolasi organ internal atau mucus kulit pada media
mikrobiologi dilanjutkan dengan uji biokimia. PCR, ELISA, aglutinasi, IFAT,
histopatologi dapat digunakan untuk mendiagnosa penyakit ini [1]. Pada medi
isolasi mengandung tryptone seperti TSA A.
salmonicida atipikal tidak menghasilkan pigmen sedangkan yang tipikal
menghadilkan warna coklat difus [3].
Diagnosa
banding
Enteric redmouth, bruising, septicemia
lainnya akibat bakteri gram negatif seperti Aeromonas hydrophila, septicemia
oleh virus [1]
Pencegahan
dan Pengendalian
Pengendalian
dapat dilakukan dengan vaksinasi, pengosongan lahan budidaya, budidaya satu
jenis umur saja, manajemen yang baik dan higienitas. Uji stress dapat dilakukan
untuk mendeteksi ikan karier tanpa gejala klinis. Antibiotik terkadang dapat
digunakan untuk infeksi awal [1]. Dekontaminasi iodine pada telur efektif
mencegah penularan secara vertikal [4]. Beberapa antibiotik yang dapat
digunakan antara lain oxytetrasiklin, florfenicol, enrofloxacin, amoxicillin
[6]
Referensi
1. Raidal, S., Garry Cross, Stan Fenwick, Philip Nicholls, Barbara
Nowak, Kevin Ellard, Frances Stephens. 2004. Aquatic
Animal Health: Exotic Diseases Training Manual. Murdoch Print: Australia
2.
Afrianto, E., Evi
Liviawaty, Zafran Jamaris, Hendi. 2015. Penyakit Ikan. Penebar Swadaya: Jakarta
Timur
3.
Irianto, A. 2005. Patologi
Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
4.
Australian Government
Department of Agriculture, Fisheries and Forestry. 2012. Aquatic Animal
Diseases Significant to Australia: Identification Field Guide, 4Th Edition,
DAFF, Canberra.
5.
Roberts, R.J. 2000. Fish
Pathology. WB Saunders
6.
Noga, E.J. 2010. Fish
disease : diagnosis and treatment / Second Edition. Wiley-Blackwell: Iowa
7.
Rodger, H.D. 2010. Fish
Disease Manual. Marine Institute and Marine Research Sub Programme of The
National Development Plant
Thanks for informations
ReplyDeleteunfortunately, ga bisa di copas :(