Nama lain: Rust Disease, oodiniasis, Golden dust
Etiologi/ penyebab:
parasit dinoflagellata Oodinium pillularis. Ukuran parasit
ini bervariasi. Dinoflagellata merupakan parasit berdiameter 100 mikron ,
memiliki kromatofora dan nukleus tunggal eksentrik. Saat berenang diameternya
menjadi 20 mikron dengan flagella transversal
dengan alur transversal dan flagella longitudinal pada sulcus
longitudinal. Bentuk organisme lain yang dapat menimbulkan gejala klinis serupa
adalah Oodinium limneticum dan Oodinium
vastotor. Kedua berukuran lebih dari 100 mikron meskipun ukuran khasnya
antara 50 – 70 mikron.
Hospes
berbagai ikan hias, jenis anabatinoid, danios,
goldfish, dan killifish. Ikan dengan produksi mucus berlebih seperti mandarin
dragonet (Synchiropis splendidus) membantu melindungi ikan dari parasit
eksternal. Ikan emperor angelfish (Pomacanthus imperator) merupan salah
satu spesies yang rentan terhadap amyloodiniasis.
Spesies
rentan
Ikan yang masih muda lebih rentan terhadap parasit
ini, mungkin karena sistem kekebalannya yang belum berkembang dengan baik.
Apabila ikan muda ini terpapar, maka spesies lainnya akan terinfeksi juga. Dan
bila tidak ditangani ikan dewasa pun akan mati. Terkadang beberapa ikan dapat
bertahan dari outbreak, hal ini biasanya disebabkan oleh berkembangnya
kekebalan terhadap parasit.
Faktor pendukung
Kualitas air yang buruk,
kondisi ikan yang stress
Gejala Klinis
Pada infestasi berat ikan
akan mati dalam 12 jam akibat rusaknya filament insang. Spesies ikan kecil akan
mati lebih cepat daripada ikan besar. Parasit ini biasanya terdapat pada sirip
dan insang. Parasit menimbulkan gejala berupa lapisan kelabu atau emas pada
insang. Terkadang ikan tampak memiliki titik-titik dengan pasir berwarna
keemasan. Sepintas penyakit ini mirip dengan jamur dimana tubuh seperti dibedaki. Bintik-bintik ini berukuran
jauh lebih kecil daripada bintik putih pada ich. Pada kondisi tertentu terlihat
seperti karat. Apabila disinari dengan senter akan lebih terlihat daripada yang
disebabkan oleh ich. Tahapan lanjut sisik akan menjadi rontok.
Pada stadium awal
infeksi, ikan terindikasi menggosok dan menggaruk sebagai upaya ikan untuk
melepaskan organsime penyebab. Pernafasan ikan menjadi lebih cepat yakni
terlihat dari pergerakan insang makin cepat. Ikan kehilangan nafsu makan, lesu,
dan lemah.
Perubahan patologi
Insang menjadi melekat
dan melipat, memproduksi mucus berlebih. Kulit seperti berdebu dengan ratusan parasit
sehingga akan berwarna dari kuning emas hingga hampir merah berkabut. Ikan
tampak seperti bercahaya di dalam air dan lesu dengan gerakan operculum ke
lateral. Sekresi mucus berkilau berwarna kuning padat terdapat pada insang dan
kulit. Secara histologi terlihat adanya organisme besar berbentuk oval
(diameter 80 mikron) dengan banyak kromatofora dan nukleus eksentrik tunggal
serta melekat pada sel epitel dengan pseudopodia.
Pada studi yang dilakukan oleh Feraz dan Summerworth (1998),
pada ikan corydoras dan Brochis splendens histologi kulit menunjukkan
tropont melekat dengan kedalaman berbeda-beda atau tertutup oleh sel epitel
yang mengalami hyperplasia. Tropont yang tertutup initelah mati, penutupan ini
merupakan akibat dari penetrasi yang dalam dari tropont dan mekanisme
pertahanan hospes. Pada insang, infeksi berkaitan dengan hipertrofi epitel
secara fokal dan hyperplasia difus, udema, dan fusi lamella serta epitel respirasi
Prognosis
Apabila penyakit
teridentifikasi lebih awal, paparan yang lebih parah dapat dicegah. Ikan dewasa
pada spesies tertentu tahan terhadap infeksi, meskipun demikian ikan tersebut
juga akan mati bila tidak ada penanganan. Ikan muda akan lebih mudah mati bila
tidak dilakukan penanaganan yang tepat. Namun bila penggunaan bahan pengobatan
sudah sesuai, akan diperoleh hasil yang memuaskan.
Patogenesis dan siklus hidup
Parasit menyerang kulit
dan memasukkan “akar” nya yang terlihat secara mikroskopis. Lokasi favorit
untuk menyerang ikan adalah insang sehingga akan menimbulkan gejala
megap-megap. Parasit ini menghancurkan lapisan epitel atau jaringan sensitive
dari insang. Setelah parasite dewasa, parasit akan lepas dari ikan dan memulai
beberapa stadium melalui pembelahan mitosis dan menghasilkan banyak sel yang berflagella.
Pada stadium flagella yang berenang bebas, organisme ini tetap memiliki
klorofil. Hal ini menyebabkan parasit berwarna emas atau serupa karat. Parasit
juga mampu menghasilkan makanan seperti layaknya tumbuhan melalui fotosintesis.
Namun ketika menjadi bentuk parasitic seluruh nutrisi dihasilkan dengan
memanfaatkan hospes sehingga dapat menimbulkan kematian bila terinfestasi
berat. Pada ikan bentuk dinoflagellate tumbuh dengan ukuran 5-6 kali sebelum
lepas dan bereplikasi pada stadium berenang bebas. Stadium ini mengharuskan parasit
mencari hospes dalam satu hari atau parasit akan mati.
Gb. siklus hidup parasit Oodinium (pic from Aquarium connection) |
Metode Diagnosa
Deteksi paling awal dapat teramati dengan perilaku ikan yang
menggosok-gosokkan tubuhnya. Deteksi lebih lanjut dapat menggunakan senter pada
ruang gelap pada ikan. Bintik putih akan terlihat pada kulit, sirip, dan
insang. Diagnosa definitive dapat dilakukan secara visual.
Diagnosa diferensial
Penyakit ini memiliki
kesamaan karakteristik dengan penyakit Ich. Namun demikian berbeda dengan ich
sebab white spot/ bintik putih pada velvet terlihat dengan kasat mata dan
tampak seperti taburan bedak di seluruh tubuh ikan (oleh karenanya disebut
dengan penyakit golden dust). Pengamatan dapat dilakukan dengan mematikan lampu
dan menyorotkan senter pada kulit ikan. Dibandingkan dengan ich, ikan mengalami perlipatan pada sirip,
gatalm dan sirip seperti ditutupi oleh kabut.
Pencegahan dan Pengendalian
Prinsip pada pengobatan
velvet meliputi tiga hal, penggunaan beberapa bak/wadah, penggunaan bahan
kimia, dan suportif. Penyakit ini dapat diterapi dengan 1 sendok makan garam
akuarium dalam 5 galon air. Garam juga secara tidak langsung dapat membantu
pernafasan ikan. Namun perlu diperhatikan bahwa parasit ini dapat bertahan pada
rentang salinitas yang lebar (3 – 45ppt) sehingga treatmen dengan hiposalinitas
tidak efektif untuk mengeradikasi parasit ini. Pada ikan air laut, pencelupan
pada air tawar dapat menyebabkan kondisi yang menurun pada ikan.
Organisme ini cukup sulit
diobati dengan bahan kimia namun organisme ini memliki respon terhadap treatmen
osmotik, kupri/ copper, formalin, mungkin antibiotik golongan quinolone dan
metronidazole. Khusus penyakit ini ikan tidak perlu dikarantina. Terhadap akuarium dapat dilakukan peningkatan
suhu dan perawatan kebersihan. Peningkatan suhu dapat dilakukan dengan
menyalakan lampu akuarium. Penggunaan karbon filter sebaiknya dihentikan selama
perawatan. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air
dan kondisi ikan. Pemberian pakan sesuai dosis dan bernutrisi dapat membantu
mencegah penyakit ini.
Penanganan dengan bahan kimia
lebih singkat daripada ich sebab stadium velvet
pada ikan melekat pada permukaan tubuh dan tidak terlindungi oleh apapun.
Terdapat satu referensi yang menyatakan bahwa strategi penanganan dapat
dilakukan juga dengan pengaturan lampu akuarium yang dimatikan kemudian
akuarium ditutupi dengan kertas untuk mencegah masuknya semua cahaya. Konsep
metode penanganan ini adalah parasit ini memiliki kloroplas dan memperoleh
sebagian besar energy dari cahaya. Penanganan semacam ini tidak dapat
dipastikan mampu menangani, namun tidak akan membahayakan apabila diterapkan
bersamaan dengan pemberian obat.
Tabel. Pengobatan dengan bahan kimia untuk Velvet disease
Obat/
Bahan
|
dosis
|
Penggunaan
|
Garam
akuarium
|
1
sendok makan untuk 5 galon air
|
|
Malachite
green 0,75%
|
5
tetes dalam 20 liter air
|
|
NaCl
1,5 -2,5%
|
Short
bath/ rendam sebentar
|
|
NaCl
0,7 – 1%
|
Long
Bath/ rendam lama
|
|
CuSO4/
Kupri sulfat
|
500
ppm
|
Rendam
selama 1 menit
|
Pilihan lain untuk
penanganan adalah mengkombinasikan penggunaan kupri sulfat dengan peningkatan
suhu air. Peningkatan suhu air 4-5oC hingga suhu menjadi 30oC
cukup efektif namun berbahaya. Suhu tinggi akan menurunkan kadar oksigen
(kondisi menjadi tidak ideal untuk ikan). Penggunaan kupri sulfat juga harus
hati-hati sebab banyak ikan rentan terhadap copper dan tingkat toleransinya
berbeda tiap spesies. Disamping itu kesadahan air juga berperan terhadap efek
kupri. Apabila tidak cukup sadah maka tidak ada efek yang diperoleh. Kada kupri
juga cenderung menurun dan harus sering dipantau apabila diperoleh hasil yang
diharapkan.
Dr Richmond Loh melalui
bukunya Fish Vet Essential menawarkan kombinasi Acriflavine, Aminoacridine, dan
formalin dalam satu produk. Acriflavine dipandang memiliki hasil yang maksimal
dengan efek minimal. Pasca penanganan disarankan juga untuk menggunakan filter
karbon untuk mengurangi sisa-sisa emas/ kuning di air. Penurunan suhu dapat memperlambat
reproduksi parasit sehingga dapat memberikan sedikit waktu untuk pengulangan
pengobatan. Namun harus dievaluasi toleransi spesies terhadap suhu rendah.
Beberapa spesies seperti white cloud dapat hidup dengan baik pada suhu rendah namun
yang lain seperti discus tidak bisa.
Referensi
Anonim. 2010. Disease and Treatment. Aquarium connection
Anonim. 2013. Tropical Fish Handout.
Debanks, M. 2012. The Betta Fish Owners Guide:How to Choose
and Care For Healthy and Happy Cupang Fish. Fred Quaye
Ferraz, E. dan Sommerville, C. 1998. Pathology of
Piscinoodinium spa (Protozoa: Dinoflagellida), parasites of the ornamental
freshwater catfishes Corydoras spp. and Brochis splendens (Pisces:
Callichthyidae). Disease of aquatic organisms Vol. 33: 43-49. 1998
Goldstein, R.J. 2004. The Betta Handbook. Barron’s
Educational Series: New York
Harms, C.A. 1996. Treatments
for Parasitic Diseases of Aquarium and Ornamental Fish. Seminars in Avian
and Exotic Pet Medicine, Vol 5, No 2 (April), 1996: pp 54-63
Michael, S.W. Common
Marinefish Disease. Fish Channel.
Leger, J.S. Select Condition
in The Pathology of Fishes. Article
Loh, R. dan Landos, M. 2011.Fish
Vet Essential. Richmod Loh
Publishing: Perth Australia
Redaksi Agromedia. 2008. Buku Pintar Ikan Hias Populer.Agromedia:
Jakarta
Reed, E.J. dan Traainor-Scalise- D.M. 2012. Betta Fish.
www.bufallobirdnerd.com
Supian, E.Sweeney, H.R., Palmeiro, B .,
Weber, E.P.S. 2009. Bacterial and Parasitic Disease of Pet Fish. Vet
Clin Exot Anim 12 (2009) 609–638 doi:10.1016/j.cvex.2009.06.010
Tullock, J.H. 2006. Betta: Your Happy Healthy Pet.
Wiley Publishing: New jersey
No comments:
Post a Comment