Nama lain: Krebspest, Kraftpest, ‘la peste’, ‘crayfish aphanomyciasis’ [2]
Etiologi/ penyebab: Aphanomyces asctaci, filum oomycote [1] termasuk family saprolegniaceae. Fungi tidak bersepta, cabang dengan hifa memiliki tebal 7-10 mikron. Zoospora biflagelata diproduksi secara aseksual. Terdapat empat grup berdasarkan amplifikasi DNA secara acak. Grup A-C berasal dari lobster air tawar sedangkan grup D berasal dari area subtropis.
Hospes : semua lobster air tawar rentan terhadap penyakit ini.
Pacifasticus leniusculus (Natural infection)
Procambarus clarkii (Natural infection)
Orconectes limosus (Natural infection)
Astacus astacus (Natural infection)
Austropotamobius pallipes (Natural infection)
Austropotamobius torrentium (Natural infection)
Astacus leptodactylus Turkish crayfish Natural
infection)
Camaroides japonicus (Experimental infection)
Cherax papuanus (Experimental infection)
Cherax destructor (Experimental infection)
Cherax quinquicarinatus gilgie (Experimental infection)
Cherax quadricarinatus (Experimental infection)
Astacopsis gouldi (Experimental infection)
Astacopsis fluviatilis (Experimental infection)
Euastacus kershawi (Experimental infection)
Euastacus clydensis (Experimental infection)
Stadium rentan : semua stadium rentan terhadap penyakit ini
[3]
Epizootiologi: penyakit ini menyebar luas di Eropa dan Amerika
Utara. Penyakit ini pertama kali muncul di utara Italia pada pertengahan abad
19 kemudian menyebar ke Balkan dan Laut Hitam hingga Rusia, Finlandia, dan
Swedia. Pada tahun 1960 penyakit ini muncul di Spanyol dan menyebar ke Inggris,
Turki, Yunani, dan Norwegia pada tahun 1980 an [2]. Penularan terjadi secara
horizontal dari zoospora di air. Lobster air tawar Amerika Utara merupakan
karier resisten. Parasit terkapsulir dalam selubung melanin lobster resisten
dimana tidak menimbulkan atau sedikit menginfeksi. Peralatan atau kendaraan
basah dapat menyebarkan zoospore ke media air lainnya [1]. Pada lobster
air tawar Amerika Utara prevalensi infeksi lebih rendah pada hewan yang baru saja mengalami moulting. Prevalensi pada stadium awal outbreak cukup rendah. Namun patogen mengalami multiplikasi yang dilepaskan ke air, sehingga dapat menimbulkan kematian 100% pada populasi yang bersebelahan. Prevalensi juga berubah-ubah sesuai dengan lamanya penyakit menyerang. Mortalitas penyakit bervariasi dan dapat meningkat dalam beberapa minggu hingga beberapa bulan [3]
air tawar Amerika Utara prevalensi infeksi lebih rendah pada hewan yang baru saja mengalami moulting. Prevalensi pada stadium awal outbreak cukup rendah. Namun patogen mengalami multiplikasi yang dilepaskan ke air, sehingga dapat menimbulkan kematian 100% pada populasi yang bersebelahan. Prevalensi juga berubah-ubah sesuai dengan lamanya penyakit menyerang. Mortalitas penyakit bervariasi dan dapat meningkat dalam beberapa minggu hingga beberapa bulan [3]
Faktor pendukung
Penelitian lapangan menunjukkan bahwa outbreak penyakit ini
terjadi pada rentang suhu yang luas, antara 4-20oC. Kecepatan penyebaran bergantung pada
beberapa faktor termasuk suhu air. Pada suhu rendah kurva epidemic sangat
lambat dan mortalitas teramati hingga beberapa bulan. pH optimal dimana zoospore
dapat berenang adalah 6-7,5 dengan rentang maksimal 4,5-9 [3].
Gejala Klinis
Kematian hanya terjadi pada lobster air tawar. Terdapat bercak putih pada abdomen dan basal
dari kaki jalan. Abnormalitas cara berjalan seperti kaku atau gerakan
terus-menerus dari kaki jalan. Bintik melanisasi terdapat pada karier atau
lobster yang terinfeksi subakut [1]. Lobster yang terinfeksi akan mati dalam
6-10 hari.
Gb. infeksi crayfish plague ditandai dengan warna putih pada otot dan deposit melanin (pict credit to Buller, 2008) |
Siklus hidup
Fungi ini bermultiplikasi
dengan hifa vegetative dan ramifikasi melalui jaringan horsper, kemudian
menghasilkan sporangia ekstramaktrikal yang melepaskan spora amoeboid utama.
Pada awalnya spora ini mengkista kemudian melepaskan zoospore biflagelata (zoospore
sekunder) yang berenang di kolom air.
Ketika melekat pada hospes rentan, spora akan mengalami germinasi dan
memproduksi hifa vegetative invasive.
Zoospora yang berenang bebas bersifat kemotaktik, tertarik pada bagian
kutikula dan sering berdiam di kutikula dekat dengan luka. Zoospora dapat
mengkista lagi dan menyerang kembali, memperpanjang periode infektif [3].
Perubahan patologi
Perubahan makroskopis yang terlihat adalah warna putih otot di
bawah kutikula abdomen yang lunak dan area melanisasi merah kecoklatan dimana
hemosit terkapsulasi dalam hifa. Area
yang terinfeksi meliputi jaringan ikat abdomen, sendi alat gerak,
insang, telson dekat anus, dan kadang pada mata [4].
Pada lobster air tawar Eropa patogen sering
mempenetrasi lamina basalis yang ada di bawah lapisan sel epidermis kemudian
menyebar ke jaringan ikat dan pembuluh darah. Sedangkan pada lobster air tawar
Amerika Utara infeksi hanya pada kutikula saja [3]. Hifa dari A. astaci
tumbuh pada bagian tidak terkalsifikasi dari kutikula dan meluas hingga ke tali
saraf. Makin toleran spesies terhadap penyakit, hifa akan terkapsulasi dalam
nodul melanisasi, menghambat proliferasi hifa. Spesies rentan tidak mampu
membentuk reaksi pertahanan, dan fungi berproliferasi meluas di lapisan
epikutikula dan lapisan eksokutikula dari eksoskeleton. Kerusakan kutikula dan
jaringan lunak memicu kematian [2]. Pada stadium akhir hewan menunjukkan
neurotoksisitas yang terlihat di siang hari, kehilangan koordinasi alat gerak, dan
kehilangan respon melipat ekor. Kehilangan alat gerak dan batang mata mungkin
terjadi. Paralisis seluruh abdomen biasanya terjadi 1-2 hari sebelum kematian
[4].
Gb. Gambaran histologi hifa jamur pada jaringan ikat dengan pewarnaan groccot silver stain yang di counter dengan HE (pict credit to Buller, 2008) |
Diagnosa banding
Toksin lingkungan, kualitas air buruk, Thelohania [1].
Penyakit porselen (porcelain disease) atau Thelohaniasis sangat serupa
dengan crayfish plague. Thelohania contejeani Henneguy, merupakan microsporidia
yang menginvasi serabut otot dan menghasilkan “warna putih porselen” yang
terlihat dari eksoskeleton [4].
Metode Diagnosa
Wet mout subkutikula
dan kutikula, histopatologi,isolasi, PCR, dan ISH [1]. Pada wet mount akan
teramatai hifa bercabang aseptat. Hifa dapat juga berbentuk granuler padat dengan
globulus refraktif (hifa muda aktif) atau vakuola dengan sitoplasma di bagian
tepi (hifa dewasa) atau sama sekali tanpa isi (hifa sangat tua). Pembuatan suspense
kutikula lunak dengan KOH 10% dan didiamkan selama 15menit akan memperjelas
kutikula dan mempermudah pengamatan[[4]. Pengamatan histopatologi dengan
pewarnaan rutin akan sulit teramati hifa sebb dindingnya yang tebal. Diperlukan
kombinasi dengan pewarna groccot silver dengan HE sebagai counter stain [4].
Pencegahan dan Pengendalian
Patogen ini dapat dibunuh oleh perebusan, pembekuan,
pengeringan, dan disinfeksi halogen. Pembatasan distribusi lobster terinfeksi
baik dalam kondisi hidup, mati, ataupun mentah. Disinfeksi serta pengontrolan
pergerakan air dibutuhkan untuk membatasi penyebaran penyakit [1]. Sodium
hipoklorit dan iodophore dapat digunakan sebagai disinfektan alat. Pengeringan lebih dari 24 jam juga cukup
efektif sebab oomycetes tidak tahan dengan pengeringan [2].
Pada penyakit ini pencegahan lebih diutamakan sebab sekali
fungi masuk ke dalam populasi rentan maka akan sulit menanganinya. Beberapa hal
berikut dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran:
- Pemindahan lobster yang terinfeksi atau mati dan berpotensi mencemari air, peralatan, atau benda lain yang mungkin dapat membawa patogen.
- Saat perencanaan pemindahan, sumber air harus diperhatikan apakah dapat menjadi sumber lobster yang terinfeksi
- Pemindahan ikan ke daerah epidemic crayfish plague dihindari sebab memiliki resiko tinggi penyebaran
- Bila ikan dipindahkan dari sumber yang didalamnya terdapat
lobster Amerika Utara, metode pemanenan pada lokasi asal harus dipastikan
lobster tidak terbawa, spora tidak ikut, peralatan didisinfeksi, dan saat
transport tidak terkontaminasi.
Referensi
1. Raidal, S., Garry Cross, Stan Fenwick, Philip Nicholls, Barbara Nowak, Kevin Ellard, Frances Stephens. 1004. Aquatic Animal Health: Exotic Diseases Training Manual. Murdoch Print: Australia
2. Reantaso M G., B., Mcgladdery S E, Subangsinghe. 2001. Asian Diagnostic Guide to Aquatic Animal Diseases. FAO Fisheries Technical Paper, No. 402, supplement 2. Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO), Rome, Italy, 240 pp.
3. OIE. Chapter 2.21: Crayfish Plague (Aphanomyces astaci).
4.Buller, N. 2008. Crayfish Plague. Department of Agriculture and Food Western Australia
No comments:
Post a Comment