Nama lain: P. monodon Nukleopolyhedrovirus (PemoNPV) [3]
Etiologi/ penyebab:
virus jenis baculovirus, dsDNA [1]. Virus ini beramplop dan berbentuk batang
[5].
Hospes : larva udang, kepiting, hewan payau lainnya [1]. Udang jenis Penaeus monodon, P. semisulcatus, Metapenaeus ensis, P. vannamei, P. merquensis [2,3], P. indicus [8]
Stadium rentan :
nauplii, mysis, larva, juvenil, PL [1,3]
Epizootiologi
Pertama kali penyakit ini dilaporkan pada
udang yang berasal dari Taiwan pada tahun 1977. Kejadian epizootic baru terjadi
pada thun 1988 di Taiwan [5]. MBV dilaporkan terjadi di Australia, Afrika
Timur, TImur Tengah, negara indo pasifik, Asia selatan hingga Asia Timur. Virus
tipe MBV juga ditemukan di Mediterania dan Afrika Barat, Tahiti, dan Hawai,
beberapa lokasi di Amerika Selatan dan Utara serta Karibean [4]. Penularan MBV
terjadi secara horizontal dan vertikal. INfeksi persisten pada udang penaeid
sebagai hospes MBV dan indukan P. monodon yang terinfeksi MBV mengekskresikan
feses terkontaminasi MBV saat pemijahan.
Oleh karenanya dapat mencemari telur dan menurunkan virus pada generasi
selanjutnya. Keluarnya MBV bersama feses biasanya terjadi pada outbreak. Dan
keparahan penyakit didapatkan pada juvenil daripada larva [8].
Virus ini diketahui menyebabkan mortalitas
sebesar 85-100% selama stadium larva dan post larva di hatcheri. Meskipun MBV
kurang mematikan dibandingkan bercak putih, infeksi MBV mengakibatkan kerugian
ekonomi hatcheri karena pertumbuhan yang lambat dan rendahnya tingkat
kelulushidupan post larva [7]. Prevalensi MBV bervariasi dari 1 hingga 100%
pada udang liar maupun udang budidaya [8]. Udang yang terinfeksi juga menjadi
rentan terhadap infeksi sekunder oleh vibrio dan protozoa. Oleh karena itu
infeksi MBV kerap terlihat sebagai multi infeksi [6]
Faktor pendukung
Salinitas dan pH [6], buruknya kondisi lingkungan budidaya [8]
Gejala Klinis
Udang lemah, nafsu makan turun, terdapat bintik hitam di
cangkang, hepatopankreas dan saluran pencernaan berwarna keputihan [2].
Perubahan warna tubu biru pucat-kelabu hingga biru gelap-hitam. Udang mengalami perlambatan pertumbuhan,
kehilangan nafsu makan [3]. Stadium protozoea,
mysis, dan PL awal dengan infeksi BP yang berat dapat menunjukkan midgut
keputihan (karena adanya badan oklusi dan debris sel di feses). Pada juvenil
dan dewasa tidak menunjukkan gejala klinis yang bernilai begitu juga dengan
larva yang terinfeksi ringan [9]
Perubahan patologi
Organ target virus adalah epitel tubulus
dan ductus hepatopankreas postlarva, juvenil, dan dewasa. Sedangkan pada
postlarva muda organ target adalah epitel midgut anterior [5]. Virus ini dalam
inti sel inang dapat membentuk badan oklusi (occlusion body). Badan
oklusi merupakan Kristal seperti bola yang terbentuk dari koloni virion dengan
matriks proteinnya. Inti sel hospes mengalami hipertrofi [1]. Badan onklusi ini
akan terlepas ke lumen setelah sel hancur [3]. Pada infeksi ringan, sebelum
pembentukan badan inklusi, sel yang terinfeksi memiliki nukleus yang hipertrofi
dengan kromatin nukleus yang mencolok dan nucleolus yang menepi sehingga nukleus
tampak memiliki cincin [6].
Gb. infeksi MBV pada hepatopankreas PL. Terdapat hipertrofi nukleus (panah merah) dan badan oklusi (panah putih) (pict credit to Bahari et al., 2014) |
Meskipun terdapat nekrosis fokal hingga difus pada
hepatopankreas, tidak ada tanda apapun yang menunjukkan reaksi seluler ataupun
peradangan yang memicu terbentuknya enkapsulasi hemosit atau melanisasi. Hal
ini bisa terjadi disebabkan kemampuan MBV untuk menyerupai protein hospes menghindari
respon pertahanan hospes. Atau, dikarenakan MBV yang bersifat intraseluler
sehingga tidak dapat dijangkau oleh mekanisme pengenalan dari pertahanan tubuh
hingga terjadi nekrosis dari sel yang terinfeksi. Kemudian debris sel nekrosis dan
virion MBV serta oklusi pada hepatopankreas dana tau lumen lambung
diekskresikan secara cepat. Oleh karena itu mekanisme pertahanan hospes tidak
punya banyak kesempatan merespon keberadaan MBV
[8]
Siklus Hidup
Siklus Hidup
Metode Diagnosa
Diagnosa dapat dilakukan dengan metode cepat dan histopatologi
[1] dan PCR [2]
Pemeriksaan
secara wet mount dapat dilakukan
menggunakan feses, HP, midgut [3]. Tehnik pemeriksaan secara cepat ini menurut Arifin
et al., (2010) sebagai berikut:
Alat
dan Bahan:
-
Spuit/ syringe 1mL
-
Larutan Malachite Green
Oxalate 0,1% dalam aquades
-
Objek glass
- Cover glass
Cara
kerja
- Udang ukuran besar :
diambil hepatopankreasnya kemudian dilakukan squash pada objek glass
- Benur/ post larva :
dipotong cephalothoraxnya dan diletakkan pada objek glass
- Tekan dengan objek glass/
cover glass, malachite green oxalate 0,1% dibubuhkan pada salah satu ujung
objek glass dan bagian lain diisap dengan kertas filter
- Diamati dengan mikroskop perbesaran
10-100x
- Diagnosa positif bila
teramati badan oklusi berbentuk Kristal bola berwarna hijau
Diagnosa banding
MMBV dan BP. Keduanya memiliki gambaran badan oklusi namun
dapat dengan mudah dibedakan dengan MBV sebab warnanya yang basofilik sedangkan
pada MBV bersifat eosinofilik [8]
Pencegahan dan
Pengendalian
Pengendalian penyakiit ini dapat dilakukan antara lain dengan
cara sebagai berikut:
a. Penyediaan benih bebas virus
b. Pemberian kalsium hipoklorit 30-40ppm untuk membebaskan air dari
virus
c. Pemberian imunostimulan beta 1-3 glukan atau vitamin C dalam
pakan
d. Menghindari perubahan
kualitas air secara mendadak serta mengganti air secara kontinyu
Perlakuan disinfeksi juga efektif untuk menginaktivasi virus.
Formalin, klorin, dan iodophore direkomendasikan untuk disinfeksi pada
hatcheri. Dari berbagai studi yang dilakukan, didapatkan kombinasi pencucian
dengan formalin yang dilanjutkan dengan iodophore mampu mengeliminasi infeksi
dari nauplii atau telur yang difertilisasi.
Dosis iodin yang direkomendasikan untuk menginaktivasikan MBV di
hathceri setidaknya adalah 10000ppm.
Referensi
Referensi
1 Arifin, Z., Handayani, R., Sri Murti Astuti, Noor Fahris. 2010. Waspadai Penyakit pada Budidaya Ikan dan Udang
Air Payau. Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau: Jepara.
2.Maskur,
Mukti Sri Hastuti, Taukhid, Angela Mariana Lusiastuti, M. Nurzain, Dewi Retno
Murdati, Andi Rahman, Trinita Debataraja Simamora. 2012. Buku Saku Pengendalian
Penyakit Ikan. Kementerian Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya.
3. Lio-Po. G.D. dan Inui, Y. 2014.
Health Management in Aquaculture Second Edition. Southeast Asian Fisheries
Development Center, Aquaculture Department.
4. Johnson,
S.K. 1995. Handbook of Shrimp Diseases. Department of Wildlife and
Fisheries Science, Texas A&M University.
5. Rajendran, K.V., M. Makesh, I. Karunasagar.
2012. Monodon Baculovirus of Shrimp. Indian J. Virol. (July–September
2012) 23(2):149–160 DOI 10.1007/s13337-012-0086-z
6. Anonim.
2015. Monodon Baculovirus (MBV) Disease of Penaeid Shrimp. Fisheries and
Ocean Canada
7. Meimandi-Bahari, S. A., Afsharnasab M., Motallebi
Moghanjoghi A. A., Azaritakami G.1, Sharifrohani M. 2014. Ultrastructural
and pathogenesis of Monodon baculovirus in SPF shrimp, Litopenaeus vannamei
imported to Iran. Iranian Journal of Fisheries Sciences 13(3) 640-652
8. Vijayan, K.K., S.V Alavandi, K.V. Rajendran, K.
Alagarswami. 1995. Prevalence and Histopathology of Monodon Baculovirus
(MBV) Infection in Penaeus monodon and P. indicus in Shrimp Farms in The
Southeast Coast of India. Asian
Fisheries Science 8 (1995): 267-272
9. OIE. 2016. Chapter 2.2.7 Spherical Baculovirosis
(Penaeus monodon – Type Baculovirus). Manual of Diagnostic Tests for
Aquatic Animals
No comments:
Post a Comment