Etiologi/ penyebab:
Orthomyxo-like virus, genus baru dari family
Orthomyxoviridae. Virus ini berkaitan erat dengan virus influenza tipe C
pada manusia [1]. Biologi dari virus ini belum banyak diketahui [3]. Virus ini
memiliki 10 segmen dengan negative sense RNA genome, beramplop
dengan partikel icosahedral 55-75nm [5,6]. Sembilan dari segmen gen
virus ini tidak memiliki kesamaan dengan virus lainnya, hanya satu segmen yang
sangat mirip dengan protein virus influenza tipe C. Virus ini bereplikasi di
inti dari sel ikan [4]. Virus ini sensitive terhadap eter dan kloroform [5]. Virus ini mampu hidup di perairan tawar dan payau [12]
Hospes:
Virus ini hanya menyerang
jenis ikan nila. Virus ini menyerang spesies S. galilaeus (Israel), T. zilli, O. aureus, T. simonis
intermedia, persilangan Oreochromis niloticus X Oreochromis
aureus, Oreochromis niloticus [5,6], nile
tilapia dan tilapia hybrid [9,10]. Jenis
ikan lain yang baru-baru ini dilaporkan terkena TiLV adalah ikan nila sungai (Barbonymus schwanenfeldii) dan nila liar
(Oreochromis niloticus) yang berasal
dari negara Malaysia bagian selatan [40]. Hal ini sekaligus mengonfirmasi
keberadaan TiLV di negara tersebut. Pada studi laboratorium mengenai inang TiLV
yang dilakukan oleh Jaemiwol (2018)
menggunakan 10 jenis ikan air hangat seperti gurame konsumsi (Osphronemus goramy), ikan sepat siam(Trichogaster pectoralis), iridescent
shark/patin siam/ jambal siam (Pangasianodon
hypophtthalmus), walking catfish (Clarias
macrocephalus), ikan gabus (Channa
striata), climbing perch (Anabas testudineus),
ikan mas (Cyprinus carpio), silver
barb (Barbodes gonionotus), kakap
putih (Lates calcarifer), dan ikan
nila merah hibrid (Oreochromis spp.),
hanya ikan nila merah hibrid dan ikan gurame konsumsi saja yang menunjukkan
gejala klinis dan hasil pengujian positif TiLV. Studi ini juga mengonfirmasi
penularan TiLV pada ikan nila ke ikan gurame, meskipun tingkat infeksi dan
kematian yang rendah [41].
Stadium rentan
Dilaporkan tokolan paling sering terinfeksi. Sekitar 90%
kematian terdapat pada tokolan nila merah umur 1 bulan pasca tebar di
pembesaran. Sekitar 9% kematian pada ukuran medium-dewasa [12]. Di Thailand,
ikan yang terinfeksi berukuran hingga 50gram. Namun, pada studi terkini telur
yang dibuahi, larva, benih, dan tokolan terdeteksi positif TiLV [29]. Sedangkan
di Mesir, kematian terdapat pada ikan berukuran >100gram [7]
Epizootiologi
Pada tahun 2009, di negara Israel teramati adanya penurunan
produksi ikan nila secara tajam. Penurunan ini tidaklah biasa dan banyak dugaan
mengarah pada infeksi virus ataupun infeksi resisten. Di Israel virus ini menyerang ikan nila alam
yang ada di danau Kinneret (Sea of Galilee) dan ikan di kolam
komersial [3]. Beberapa tahun kemudian ikan-ikan di kolam komersial di Ekuador juga mengalami kematian massal. Penyakit di kedua
negara ini tampaknya tidak saling berkaitan sebab di Israel teramati
gejala kerusakan otak dan sistem syaraf sementara di Ekuador perubahan yang
terjadi terdapat di hati. Namun pada akhir tahun 2012 para
peneliti membawa sampel ikan nila dari kedua tersebut dan hasilnya berupa virus
baru. Hasil sequence ikan nila dari Ekuador dan Israel menunjukkan virus yang
sama. Meskipun demikian belum diketahui bagaimana virus ini dapat berpindah
antara Israel dan Ekuador [4]. Kematian yang dapat
ditimbulkan oleh penyakit ini berkisar 80-100% dari total ikan yang terinfeksi
[1].
Berkaitan dengan tingkat mortalitas ini, dari seluruh data kematian tiap
negara, tingkat mortalitas oleh TiLV sangat bervariasi antara 0,71-90%. Hal ini
membuat para penelitia menduga, TiLV memiliki genotipe yang kompleks dan tidak
semua genotipe berkaitan dengan penyakit [39]. Virus ini telah mengakibatkan kerugian sebesar
USD 7,5 juta pada industri ikan nila di seluruh dunia setiap tahunnya [5]. Pada percobaan di Ekuador, kematian dimulai 4-7 hari
pasca infeksi benih (panjang 3cm, berat
3gr) dengan hanya 20% saja yang bertahan
[8]. Sedangkan pada uji in vivo yang dilakukan oleh Tattiyapong et al (2017),
kematian dalam 4-12 hari pasca injeksi intraperitoneal pada nila merah adalah
66% dan nila 86% [20].
Di Israel, outbreak dari virus ini
terjadi pada musim panas (Mei hingga Oktober). Virus ini dapat ditularkan dari ikan sakit ke ikan sehat.
Virus ini juga dapat menyebar dari satu kolam ke kolam lain. Studi juga
menunjukkan virus ini dapat menyebar melalui air. Namun demikian morbiditas dan
mortalitasnya hanya terbatas pada jenis ikan nila saja (Oreochromis
niloticus X Oreochromis aureus). Pada kasus di Israel,
spesies lain yang dibudidayakan di kolam yang sama dengan ikan nila seperti
ikan mas (Cyprinus carpio) dan gray mullet (Mugil cephalus) tidak
menunjukkan gejala klinis serupa dengan ikan nila bahkan setelah kohabitasi
jangka panjang [5, 6]. Penularan TiLV
adalah secara horizontal langsung [12]. Kohabitasi ikan nila yang terinfeksi TiLV
juga berpotensi menyebarkan penyakit, sebagaimana pada studi yang dilakukan
oleh Jaemwimol et al (2018) [41]. Belum ada
laporan penularan secara vertikal. Ikan yang terinfeksi baik dalam lingkungan budidaya
maupun liar merupakan satu-satunya reservoir dari infeksi. Sedangkan sumber
aslinya belum diketahui [12]. Resiko penularan
melalui daging beku atau filet tampaknya sangat minimal. Viabilitas virus TiLV
pda filet ikan yang terinfeksi klinis TiLV akan menurun akibat suhu dan lama
pembekuan. Hal ini diketahui dari studi yang dilakukan oleh Thammatorn et al
(2018) dimana filet ikan nila terinfeksi klinisTiLV yang dibekukan pada suhu
-20oC selama 90 dan 120 hari tidak menunjukkan adanya perubahan pada cell line.
Hal yang serupa, pada ikan nila yang terinfeksi subklinis, yang dibekukan
selama 14 hari pada suhu -20oC, juga tidak menimbukan gejala klinis dan
kematian ketika diujikan secara in vivo. Namun, meskipun demikian, masih
terdapat kemungkinan organ dalam yang tercemar mengandung virus dalam jumlah
tinggi[42].
Kasus TiLV terbaru dilaporkan di Mesir tahun 2017. Kasus
ini diawali dengan kematian ikan nila pada musim panas atau sindrom kematian
musim panas. Kematian ini telah terjadi dalam 3-4 tahun terakhir. Sekitar 37%
kolam nila terpapar [7]. Rilis OIE pada bulan Juni 2017 menyatakan bahwa China
Taipei telah terdeteksi virus TiLV pada ikan nila (O. niloticus x O. aureus). Mortalitas dan morbiditas sekitar 6,4%
[30]. Negara lain yang sudah mendeklarasikan keberadaan virus ini adalah
Kolombia, Ekuador, dan Thailand
[9], Malaysia [40]. Infeksi subklinis dari TiLV dilaporkan
terdapat di negara Tanzania dan Uganda melalui studi yang dilakukan pada Danau
Viktoria [44]. Gejala klinis dan kematian tinggi nila di
Thailand teramati pada ikan dengan berat 1-50gram. Kematiannya dapat mencapai
20-90%. Kematian akan lebih tinggi lagi bila ada infeksi parasit dan bakteri.
Mortalitas tertinggi terjadi dalam 14 hari setelah ditemukan ikan mati [10].
Variasi tingkat kematian ditemukan di Thailand dimana sekitar 20% pada budidaya
campuran nila merah dan nile tilapia pada kolam tanah hingga 90% pada keramba apung
[28]. Di akhir 2017, publikasi terkini terkait TiLV adalah pernyataan
keberadaan TiLV di India. Nila di dua daerah yakni Kerala dan Bengal Barat
terdiagnosa terinfeksi TiLV secara RT PCR, sequencing, histopatologi, cell
line, dan bioassay. Tingkat kematian berkisar antara 80-90%. Ikan yang
dikohabitasikan dengan ikan nila seperti carp (Labeo rohita, Catla catla, Cirrhinus mrigala), bandeng , dan pearl spot (Etroplus suratensis) tidak
menunjukkan gejala klinis [32]
Pada komunikasi
singkat yang dipublikasikan oleh Nicholson et al (2017), dari 8 farm nila
komersial dari area delta sungai Nil, Mesir, morbiditas pada saat terjadi
outbreak di tahun 2015 teramati sebesar 43-100% dimana 5 dari 8 farm terdeteksi
positif TiLV dan semua farm teridentifikasi Aeromonas (A.
hydrophilla, A. veronii, A. ichtiosmia, A. enteropelogenes, A. jandaei).
Pada farm nila di Mesir, spesies Aeromonas terdeteksi sejak beberapa decade
yang lalu berkaitan dengan beberapa outbreak penyakit (Ali, 2013 dalam
Nicholson et al (2017) [15]. Disamping Aeromonas, infeksi yang berbarengan
dengan TiLV antara lain Flavobacterium, Streptococcus, dan infestasi monogenean
Dactylogyrus, Gyrodactylus, Trichodina [10]
(*** informasi
pada awal Agustus, dilansir dari “Egypt Independent” [22] dan “Egypt Today”
[23] bahwasannya terdapat sanggahan terhadap adanya publikasi yang menyatakan
adanya penyakit TiLV di Mesir. Hal ini masih membutuhkan klarifikasi lebih
lanjut, terutama dari OIE.
Disamping itu terdapat adanya laporan teridentifikasinya
virus ini di Taiwan pada tambak di Taoyuan. Kematian dilaporkan sebanyak
2000-3000 ekor nila dan setelah diuji laboratorium terdeteksi TiLV [24]. Studi terbaru pada tahun 2019 menyatakan bahwa telah
terdeteksi TiLV pada budidaya ikan nila di Peru. Genom TiLV yang dideteksi
menunjukkan kemiripan dengan isolat Israel[34].
Dong et al (2017) melakukan studi dimana dilakukan
investigasi terhadap infeksi TiLV dari sampel ikan yang baik yang baru maupun
yang tersimpan sejak tahun 2012 hingga 2017 dari berbagai hatcheri di Thailand. Hasilnya sangat mengejutkan, dimana sebagian besar sampel
positif TiLV termasuk pada sampel lama. Dengan teridentifikasinya TiLV pada
sampel tahun 2012, artinya ada lebih dari 40 negara di dunia yang telah
mengimport benih dan tokolan nila dari Thailand yang beresiko terinfeksi TiLV.
Oleh karenanya sangat direkomendasikan bagi negara pengimport untuk keperluan
budidaya melakukan surveilans dan memasukkan TiLV dalam daftar inspeksi
karantina [27]. Ke 40 negara yang dimaksud antara lain: Algeria, Bahrain,
Bangladesh, Belgia, Burundi, Kanada, China, Kongo, Jerman, Guatemala, India,
Indonesia, Jepang, Jordania, Laos, Malaysia, Mozambique, Myanmar, Nigeria,
Pakistan, Filipina, Rumania, Rwanda, Saudi Arabia, Singapura, Afrika selatan,
Sri Lanka, Switzerland, Tanzania, Togo, Tunisia, Turki, Turkmenistan, Uganda,
Ukraina, United Emirat Arab, Inggris, Amerika Serikat, Vietnam, dan Zambia.
Sedangkan 3 negara lainny, El salvador, Meksiko, dan Nepal berpotensi rendah
sebab melakukan importasi sebelum tahun 2012 [26].
Gb. Peta sebaran TiLV di dunia. Warna merah: terlaporkan adanya TiLV. Warna oranye: 40 negara berpotensi tinggi terhadap TiLV; warna oranye muda: negara berpotensi rendah terhadap TiLV
Faktor Predisposisi/ Faktor
pendukung
Outbreak yang terjadi pada
musim panas (suhu air relative tinggi) mengindikasikan keterkaitan dengan
agen infeksius. Suhu air banyak berpengaruh pada kejadian penyakit ikan oleh
parasite, bakteri, dan virus. Mortalitas terbesar lebih teramati pada kolam
(sirkulasi tertutup) dibandingkan dengan perairan umum seperti danau (sirkulasi
terbuka) [6]. Pada kasus kematian di Mesir, kolam yang
besar, kepadatan yang tinggi, dan budidaya polikultur nila dengan grey mullet
diduga berperan pada kejadian TiLV [7]. Di Thailand ikan yang terinfeksi
didapati 1 bulan pasca tebar di pembesaran [10]. Penyakit ini lebih rentan
terjadi pada pemindahan ikan antar kolam. Stress juga berkaitan dengan kejadian
penyakit TiLV. Kaitan faktor lingkungan belum dapat teridentifikasi [12].
Gejala Klinis
Ikan yang terinfeksi menunjukkan gejala lesi dan ulcer
pada kulit, sisik terangkat, distensi abdomen, dan abnormalitas mata. Pada mata
mengalami katarak (kehilangan opacity nya), lensa rupture dengan uveitis atau
endophthalmitis, serta buphthalmia (pembengkakan bola mata), dan kehilangan fungsi
lensa (phthisis bulbi). Kornea terkadang mengalami perforasi (berlubang) dan
mengerut serta kehilangan fungsinya. Ikan menjadi kehilangan nafsu makan,
gerakan lambat, berkumpul di dasar kolam, berkurangnya perilaku schooling
(bergerak searah dan seirama) [8, 11,17]. Hasil pengamatan pada kasus
di Israel menunjukkan gejala berupa letargi, tubuh menghitam, endopthalmitis,
erosi kulit, kongesti ginjal, degenerasi ocular, dan encephalitis [5,6]. Penelitian berbeda di Ekuador menemukan bahwa perubahan lebih banyak terdapat pada hati dan saluran pencernaan dibandingkan sistem syaraf [5,6]. Hal menarik di temukan di Thailand yakni ikan yang mampu
bertahan dari kematian massal jarang menunjukkan gejala klinis. Ini
mengindikasikan adanya perkembangan imunitas untuk bertahan dan melawan virus
[10]. Infeksi subklinis semacam ini juga dijabarkan
dalam tulisan dari Senapin et al (2018). Dalam studinya ia menemukan adanya
tokolan maupun ikan nila dewasa sehat yang terdiagnosa positif TiLV. Bahkan uji
PCR untuk masing-masing organ juga menunjukkan hasil positif meskipun dalam
jumlah kecil. Uji histopatologi menunjukkan adanya gambaran syncytia sedangkan
ISH tidak menunjukkan reaksi positif. Diduga kuat, jumlah virus yang rendah mengindikasikan
ikan dalam stadium karier atau kronis yang dapat menjadi sumber reservoir
penularan virus. Namun demikian, mekanisme yang terjadi antara virus dan inang
sehingga muncul infeksi subklinis masih perlu dipelajari, termasuk kemungkinan
adanya varian virus yang sangat patogenik [37].
Gb. Ikan nila yang terinfeksi menunjukkan gejala berupa bola mata yang masukke dalam dan hilangnya fungsi okuler (phthisis bulbi) (picture credit to Eyngor et al., 2014)
Perubahan patologi
Organ utama yang menjadi target adalah mata, otak, dan
hati [12]. Perubahan
makroskopis ditunjukkan dengan perubahan okuler, meliputi kekeruhan lensa
(katarak). Pada kasus lebih lanjut lensa mengalami ruptur, phacoclastic
induced uveitis atau endopthalmitis yang disertai pembentukan membrane
cyclitic, diikuti dengan pembengkakan bola mata (bupthalmia), kehilangan
integritas bola mata dengan kornea berlubang, penyusutan, dan hilangnya fungsi
ocular (phthisis bulbi). Secara mikroskopis terlihat adanya undulasi,
penipisan, coiled, dan rupture kapsula lenticular, dikelilingi oleh fibroplasia
sirkuler serta fibrosis dengan multiple synechia hingga ke
iris dan corpus ciliaris (posterior synechia). Teramati juga adanya sejumlah
sel eosinofilik bergranula dan MMC. Infiltrasi ini meluas hingga ke
anterior chamber, iris, vitreous humour, dan choroid (endopthalmitis). Terdapat
perubahan berupa katarak pada lensa yang dicirikan struktur spheris homogen
eosinofilik (morgagnian globules), sel epitel lensa membesar dengan sitoplasma
eosinofilik microvacuolated (sel bladder), large lakes of proteinaceous
fluid (liquefied lens fibers), sel panjang pipih dan mengalami
mineralisasi (fibrous metaplasia). Sel epitel squamus kornea mengalami erosi
dan ulcerasi, terinfiltrasi oleh limfosit, makrofag, eosinophil, dan dibatasi
stroma neovaskularisasi serta edema [6].
Pada otak, perubahan
histopatologi yang teramati berupa edema, hemoragi pada leptomeninges, dan kongesti kapiler pada white dan gray
matter. Foki gliosis dan perivascular cuffing limfosit juga teramati.
Beberapa neuron pada telencephalon dan sebagian lobus opticus menunjukkan
berbagai tingkatan degenerasi neuron, termasuk vakuolisasi dan rarefaction
sitoplasmik serta pergeseran inti ke tepi (central chromatolysis) [6]. Selain encephalitis,
meningitis kronis ringan juga terjadi [7].
Gb. Perivascular cuffing limfosit pada otak dan cortex
(picture credit to Eyngor et al., 2014)
Lesi lain yang teramati
berupa erosi kulit, hemoragi pada leptomeninges, kongesti pada limpa dan
ginjal. Pada hati terdapat foki pembengkakan dan kosong dari sel-sel hati.
Sitoplasma sel hati terakumulasi pigmen bergranula berwarna kuning hingga coklat (lipoprotein) [6,
18]. Hepatitis kronis, multifokal, dan perivascular juga
teramati [7]. Ditemukan multinucleated giant cell atau pembentukan syncytial [4,5]. Syncytial
disini
dapat diartikan sebagai massa sitoplasma yang memiliki banyak inti sel tanpa
memiliki batas internal. Sel-sel multinuclear ini dapat berasal dari satu sel
atau fusi dari beberapa sel (-red) [18].
Limpa mengalami hyperplasia
dengan proliferasi limfosit mengelilingi bentukan ellipsoid. MMC baik di hati
maupun limpa meningkat, ukuran dan jumlahnya [6]. MMC teramati pada stadium akhir dari infeksi kronis
[17]. Kongesti dan atau hemoragi umum ditemukan juga pada limpa. Epidermis
secara moderat mengalami hemoragi superficial, peradangan, dan oedema [7]
Syncytial Hepatitis (SHT) dan TiLV.
Syncytial Hepatitis (SHT) dan TiLV.
Syncytial hepatitis of
Tilapia (SHT) diduga merupakan virus baru yang menyebabkan kematian nila di
Ekuador [19]. Organ target utama adalah saluran pencernaan termasuk hati.
Virionnya ditemukan hanya di hepatosit pada space of disse (perisinusoid
space), bukan di dalam endotel, yang artinya virus SHT merupakan virus
epithelial. Karakteristik dari SHT adalah pembentukan syncytia yang
bukan merupakan ciri dari orthomyxovirus. Pembentukan syncytia dipicu
oleh faktor fusi, seperti yang dimiliki oleh paramyxovirus. Penyakit ikan yang
berkaitan dengan hepatoseluler syncytia juga pernah dilaporkan pada
infeksi reovirus-like dan herpesvirus [19]. TiLV secara histopatologi salah
satunya dicirikan dengan pembentukan syncytial. Meskipun demikian
terjadi perbedaan tissue tropism (jaringan yang disenangi patogen)
secara makroskopis dan histologi antara SHT dan TiLV. Pada TiLV lesi ditandai
dengan encephalitis, opthalmitis, degenerasi hepatoseluler. Sedangkan pada SHT
terjadi nekrosis hati dengan dissosiasi/ pembentukan syncytia yang
disertai nekrosis mukosa saluran pencernaan. Hal ini mengindikasikan keduanya
adalah virus yang berbeda, meskipun
perbedaan tissue tropism mungkin saja terjadi pada 1 virus.
Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tissue tropism antara lain
strain, umur ikan, dan variasi kerentanan interstrain terhadap SHT. SHT terjadi
hanya pada benih yang kematiannya terjadi secara cepat. Sedangkan TiLV terjadi
pada ikan yang lebih besar dan melalui percobaan mampu bertahan 7-10 hari pasca
infeksi. Walaupun terdapat perbedaan tissue tropism, virus yang
berkaitan dengan SHT secara ultrastruktur serupa dengan kelompok
orthomyxovirus, yang memiliki homologi genetic (sebagian) dengan TiLV
[18].
Gb. Multinucleated giant cell atau pembentukan syncytial pada hati
(picture Copyright © Bacharach et al. (2016))
Metode Diagnosa
Diagnosa presumtif ditentukan dengan melakukan kultur virus dari ikan yang
terinfeksi pada E-11 cell line atau sel otak ikan nila. Hasil
propagasi menunjukkan CPE pada hari ke 5-10 pasca infeksi. Cell
line
terbaru yang dikembangkan bernama TiB cell (Tilapia
Brain cell) telah ujikan dapat digunakan sebagai alat uji, penyiapan
vaksin, pencegahan dan pengendalian penyakit TiLV [35]. Sedangkan cell line
lainnya OnlL (Oreochromis niloticus
Liver) dan OnlB (Oreochromis
niloticus Brain) dikembangkan dan diklaim sebagai material uji in vitro
yang sensitif [43]. Metode lain yang
dapat digunakan adalah in situ Hibridisasi. Analisis Transmission
Electron Microscopy dipergunakan untuk melihat induksi CPE pada biakan
yang terinfeksi. Studi
eksperimen untuk menghasilkan penyakit serupa dapat dilakukan dengan infeksi
buatan secara intra peritoneal ataupun mengunakan infeksi alami secara
kohabitasi. Analisis histopatologi dari organ yang difiksasi menggunakan NBF
10% dilakukan untuk melihat perubahan jaringan yang disebabkan oleh virus ini.
Pemeriksaan secara PCR (RT-PCR dan
semi-nested PCR) dapat
dilakukan dari organ otak, ginjal, hati, jantung, dan limpa [5, 6, 11,12, 35].
Protokol
semi-nested PCR telah dikembangkan dan dapat digunakan secara bebas untuk
mendeteksi TiLV. Sampel terinfeksi berat akan memiliki2 band aplicon pada 415bp
dan 250bp, sedangkan yang terinfeksi ringan hanya memiliki band 250bp [13]. Deteksi
TiLV dengan metode PCR baik nested maupun qPCR serta cell line pada sampel
kasus klinis telah dipaparkan oleh Tsofack et al (2016) [16]. Pengembangan
metode PCR terbaru adalah SYBR green based reverse transcription quantitative
PCR (RT-qPCR). Metode ini dapat menggunakan jaringan insang, hati, otak,
jantung, ginjal anterior, dan limpa. Metode RT-qPCR ini lebih baik dari metode
sebelumnya sebab mampu medeteksi hingga pengenceran 10-7 (100 kali
lebih baik daripada RT konvensional PCR dan 10.000 kali lebih baik daripada
kultur sel [31]. Selanjutnya metode RT-qPCR ini dikembangkan
kembali menggunakan taqman assay untuk mendeteksi TiLV [45].
Metode pengujian untuk TiLV saat ini telah banyak
berkembang. Suatu metode alternatif amplifikasi DNA disamping PCR yakni LAMP
(Loopmediated Isothermal Amplification) terbukti dapat digunakan untuk
mendeteksi TiLV. Metode yang dikembangkan oleh Yin et al (2019) ini dapat
mendeteksi minimal 1,6 copy virus dengan sensitifitas dan spesifitas 100% [36].
Partikel virus intrasitoplasmik dapat teramati pada
jaringan terinfeksi dengan TEM [14]. Uji dengan in situ hivbridisasi (ISH)
mengindikasikan virus ini melakukan replikasi dan transkripsi pada lokasi
terjadinya perubahan patologi di hati dan sistem syaraf pusat [17]. TiLV telah
dapat direproduksi secara eksperimental melalui pasase (low-passage)
injeksi intraperitoneal dengan kematian >80% dan 80-100% dengan kohabitasi [8]. Uji postulat
Koch telah dilakukan oleh Tattiyapong et al (2017) dimana ia menginjeksikan supernatant
secara intraperitoneal dari kultur sel E-11 sebanyak 1 x 106 TCID50/ikan.
Pada pengamatan selama 14 hari, gejala klinis teramati muncul pada hari 3-5
pasca infeksi. Tingkat kematian pada studi ini adalah 86% pada nila dan 66%
pada nila merah [20]
Sebuah penelitian terbaru dari Liamnimitr et al (2018)
menemukan bahwa mucus dapat digunakan untuk sampling non-lethal virus TiLV.
Mukus dianggap lebih mudah dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Metode
ini dapat dilakukan pada ikan nila bernilai tinggi dan ikan ukuran dewasa
(konsumsi). Melalui kohabitasi, virus dapat terdeteksi di mucus 1-12 hari
setelah infeksi. Sedangkan di hati dan usus terdeteksi 2-5 hari pasca infeksi. Virus
berada di hati dan usus hingga 14 hari dan 12 hari pasca infeksi. Pada
penelitian ini, ikan nila sehat dapat terinfeksi TiLV 1-2 hari setelah terpapar
dengan ikan terinfeksi. Pada infeksi awal, jumlah virus di jaringan terinfeksi
masih rendah. Penelitian yang sama juga menemukan bahwa tidak ada virus TiLV
terdeteksi pada sampel feces. Namun demikian hal ini belum pasti, apakah feces
dapat menyebarkan virus TiLV pada kondisi alami [33]
Diagnosa Banding
Kesehatan Masyarakat
Referensi
Diagnosa Banding
-
Pencegahan dan Pengendalian
Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit ini termasuk
penyakit baru. Vaksin yang digunakan untuk pencegahan hingga saat ini masih
dalam tahap penelitian dan pengembangan [3]. Pada studi yang dilakukan oleh
Eyngor et al (2014), ikan yang bertahan dari mortalitas
penyakit ini menjadi kebal terhadap infeksi TiLV. Ikan –ikan inilah yang
dapat dikembangkan sebagai indukan untuk mencegah kematian populasi akibat
penyakit ini [6].
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan sebagai upaya
pencegahan dan pengendalian penyakit ini antara lain:[11], [21], [41]
·
Kontrol
biosekuriti sebelum, selama, dan pasca produksi
· Membatasi perpindahan ikan dari satu farm ke farm lain
· Melakukan cara budidaya ikan yang baik
· Melakukan sanitasi pada seluruh peralatan dan tahapan budidaya
· Memisahkan penggunaan alat antar kolam
· Penggunaan immunostimulan
· Meminimalisir stress pada ikan
· Menurunkan kepadatan tebar
· Pengelolaan pakan dengan baik
· Berhati-hati dalam budidaya polikultur ikan nila dengan ikan lainnya
· Membatasi perpindahan ikan dari satu farm ke farm lain
· Melakukan cara budidaya ikan yang baik
· Melakukan sanitasi pada seluruh peralatan dan tahapan budidaya
· Memisahkan penggunaan alat antar kolam
· Penggunaan immunostimulan
· Meminimalisir stress pada ikan
· Menurunkan kepadatan tebar
· Pengelolaan pakan dengan baik
· Berhati-hati dalam budidaya polikultur ikan nila dengan ikan lainnya
Virus ini masih baru dan perkembangan serta penyebaran
virus terus terbaharui sepanjang tahun. Pengetahuan mengenai TiLV masih banyak
yang harus dikaji dan diteliti antara lain [9,10]
· Spesies yang terinfeksi TiLV
· Uji diagnostic yang terpercaya
untuk TiLV
· Pola
penyebaran di dalam dan antar negara apakah melalui nila hidup atau melalui
produk perikanan
· Belum ada
informasi ketahanan patogen di luar hospes, stabilitas, tingkat kematian pada
berbagai stadia, karier, vector, dan treatmen
· Pengembangan vaksin
· Seleksi spesies nila yang
resisten
Beberapa
rekomendasi yang diberikan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) antara
lain [9,11]:
Importasi nila hidup
Importasi nila hidup
- Negara pengimpor harus memberlakukan perhitungan manajemen resiko untuk menurunkan kemungkinan produk yang diimport terinfeksi TiLV
- Uji diagnostic ikan untuk TiLV
- Sertifikasi kesehatan internasional (negatif TiLV) harus ada, terutama dari negara terinfeksi atau beresiko
- Karantina dan monitoring ikan yang baru tiba dan mengalami kematian
- Respon tanggap darurat berupa penahanan hingga eradikasi bila positif TiLV
Negara
yang terkonfirmasi TiLV
- Melakukan surveilans aktif untuk menentukan sebaran infeksi dan mengidentifikasi faktor resiko
- Edukasi masyarakat mengenai TiLV, gejala klinis, dampak ekonomi social, dan pelaporan bila ada kematian massal
- Melakukan uji diagnostic terpercaya ketika ada kematian nila yang ganjil dan bila ada gejala klinis serupa TiLV
- Mendesain dan melengkapi satu/dua laboratorium nasional untuk melakukan diagnosis TiLV
- Melakukan penelitian untuk mengetahui peranan TiLV dalam kematian massal
- Membangun Task Force dengan representative dari institusi nasional
- Mengimplementasikan program biosekuriti di level pembudidaya
Negara yang status TiLV belum diketahui/ beresiko
- Surveilans aktif keberadaan TiLV, spesies rentan dan sebarannya
- Edukasi masyarakat mengenai TiLV, gejala klinis, dampak ekonomi social, dan pelaporan bila ada kematian massal
- Membuat analisis resiko terhadap introduksi nila hidup
- Skrining nila hidup berupa benih atau indukan yang diimport untuk keperluan budidaya
- Investigasi seluruh laporan kematian ikan nila
- Mengembangkan respon tanggap darurat terhadap outbreak
Kesehatan Masyarakat
Hingga saat ini belum ada laporan hubungan penyakit ini
dengan kesehatan manusia dan isu terkait konsumsi nila terinfeksi dari berbagai
negara [11]
Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia
Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia
Melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan, terhadap
adanya penyakit Tilapia Lake Virus ini
pemerintah mengambil kebijakan sebagai berikut [25,26,27]:
1. Menetapkan
Tilapia Lake Virus sebagai penyakit yang harus dicegah pemasukannya ke dalam
wilayah RI melalui SK BKIPM no 393/KEP-BKIPM/2017
2. Mengeluarkan
surat Edaran no 3975/DJPB/VII/2017 mengenai Pencegahan dan pemantauan terhadap
penyakit Tilapia Lake Virus (TiLV) pada ikan nila
3. Melarang
pemasukan calon induk, induk, benih ikan dari negara yang terkena wabah TiLV
4. Membatasi
pemasukan calon induk, induk, benih ikan dari negara yang tidak terkena wabah
TiLV dengan syarat melampirkan izin pemasukan ikan hidup, sertifikat kesehatan
bebas TiLV, hasil uji TiLV
5. Mendorong terlaksananya CPIB
dan CBIB
6. Penyediaan benih yang bebas
TiLV
7. Membatasi
lalu lintas antar area untuk daerah yang mengalami permasalahan budidaya nila
8. Menerapkan
biosekuriti dan sanitasi pada unit pembenihan dan budidaya
9. Melakukan surveilans dan
monitoring TiLV
10. Membatasi sementara penebaran benih TiLV di perairan umum
11. Menjaga padat tebar dan kelayakan kualitas air
12. Melakukan pengujian TiLV di pintu pemasukan dan
pengeluaran
13. Melakukan analisis resiko importasi ikan nila baik hidup
maupun produknya
14. Memperketat pengujian dan pemeriksaan terutama pada
importasi ikan nila oleh Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu
15. Sosialisasi kepada pembudidaya dan masyarakat terkait
penyakit TiLV
16. Peningkatan kapasitas laboratorium untuk pengujian dan
pencegahan TiLV
Berikutnya adalah hal-hal terkait pengendalian bila
terjadi indikasi serangan TiLV [27]
a. Melapor kepada dinas/ penyuluh/ posikandu/ satgas untuk
TiLV
b. Menyebarluaskan informasi kepada pembudidaya sekitar
c. Membatasi lalu lintas orang dari dan ke lokasi wabah
d. Melarang penggunaan air. sarana, prasarana alat di lokasi
wabah
e. Melakukan pengamatan gejala klinis
f. Melakukan pengambilan sampel
Referensi
[1] Anonim. Tilapia Lake Virus. From
Wikipedia
[2] Anonim. 2016. Scientist Find Virus
behind Tilapia Die-Offs in Israel, Ecuador. China.org.cn
[3] Anonim. 2016. Scientist Identify
Deadly Tilapia Virus.
[4] Anonim. 2016. Researchers Discover
New Fish Virus That Threatens Global Tilapia Stocks. American Society
for Microbiology.
[5] Bacharach, E., Nischay Mishra, Thomas
Briese, Michael C. Zody, Japhette Esther Kembou Tsofack, Rachel Zamostiano,
Asaf Berkowitz, James Ng, Adam Nitido, André Corvelo, Nora C. Toussaint, Sandra
Cathrine Abel Nielsen, Mady Hornig, Jorge Del Pozo, Toby Bloom, Hugh Ferguson,
Avi Eldar, W. Ian Lipkin. 2016. Characterization of a Novel
Orthomyxo-like Virus Causing Mass Die-Offs of Tilapia. Journal mBio
Volume 7 Issue 2 e00431-16
[6] Eyngor M, Zamostiano R, Kembou Tsofack JE,
Berkowitz A, BercovierH, Tinman S, Lev M, Hurvitz A, Galeotti M, Bacharach E,
Eldar A. 2014. Identification of a novel RNA virus lethal to tilapia. J
Clin Microbiol 52:4137–4146
[7]. Mohamed
Fathi, Cathryn Dickson, Malcolm Dickson, William Leschen, Johanna Baily, Fiona
Muir, Kristina Ulrich, Manfred Weidmann. Identification of Tilapia Lake
Virus in Egypt in Nile tilapia affected by ‘summer mortality’ syndrome. Aqua(2016),
doi: 10.1016/j.aquaculture.2017.03.014
[8].
Kibenge, F.B.S. dan Godoy, M.G. 2016. Aquaculture Virology. Academic
Press: London
[9]
Food and Agriculture Organization (FAO). 2017. Outbreaks of Tilapia Lake
Virus (TiLV) Threaten The Livelihoods and Food Security of Millions of People
Dependent on Tilapia Farming. Global information and early warning system
on food and agriculture (GIEWS)
[10]
Suratchepong, W., Jenatanakit, T., Nothabenjawan, N., Tattiyapong, P,.,
Sirikanchana, K., Amonsin, A. 2017. Outbreaks of Tilapia Lake Virus
Infection, Thailand, 2015-2016. Research Letter, Emerging Infectious
Disease, vol 23, no 6
[11]
CGIAR. 2017. Tilapia Lake Virus (TiLV): What to Know and do?. CGIAR
Research Program on Fish, Fact Sheet
[12]
OIE. 2017. Tilapia Lake Virus (TiLV) – A Novel Orthomyxo-Like Virus.
OIE, World Organization for Animal Health
[13] Dong,
H.T., Siriroob, S., Meemetta, W., Santimanawong, W., Gangnonngiw, W., Pirarat, N., Khunrae, P., Rattanarojpong, T., Vanichviriyakit,
R., Senapin, S. 2017. A warning and an improved PCR detection method for
tilapia lake virus (TiLV) disease in Thai tilapia farms. ENACA
[14].
NACA.2017.Tilapia Lake Virus (TiLV) – an Emerging Threat to Farmed Tilapia
in The Asia Pacific Region. Disease Advisory NACA
[15] Nicholson P, Fathi MA, Fischer A, et al. Detection of Tilapia
Lake Virus in Egyptian fish farms experiencing high mortalities in 2015. J Fish
Dis. 2017;00:1–4.
[16] Tsofack, J.E.K., Zamostiano,R., Watted, S., Berkowitz, A., Rosenbluth, E., Mishra, N., Briese, T., Lipkin, W.I., Kabuusu,
R.M., Ferguson, H., del Pozo, J., Eldar, A., Bacharach, E. 2016. Detection
of Tilapia Lake Virus (TiLV) in Clinical 1 Samples by Culturing and Nested
RT-PCR. J. Clin. Microbiol. doi:10.1128/JCM.01808-16
[17]. Dinesh, R., George, M.R., John, K.R., Abraham, S. 2017. TiLV-
A Worldwide Menace to Tilapines Aquaculture. Journal of Entomology and
Zoology Studies 5(2): 605-607
[18] del-Pozo, J., Mishra, N., Kabuusu, R., Cheetham, S., Eldar, A., Bacharach,E., Lipkin,
I.W., Ferguson, H.W. 2016. Syncytial Hepatitis of Tilapia (Oreochromis
niloticus L.) is Associated With Orthomyxovirus-Like Virions in
Hepatocytes. DOI: 10.1177/0300985816658100
[19] Ferguson, H.W., Kabuusu, R., Beltran, S., Reyes, E., Lince,
J.A., J del Pozo, J. 2014. Syncytial hepatitis of farmed tilapia, Oreochromis niloticus (L.):
a case report. Journal of Fish Diseases 2014, 37,
583–589 doi:10.1111/jfd.12142
[20] Tattiyapong,
Puntanat, Dachavichitlead, Worawan, Surachetpong, W. 2017 Experimental
infection of Tilapia Lake Virus (TiLV) in Nile tilapia (Oreochromis niloticus)
and red tilapia (Oreochromis spp.). Veterinary Microbiology http://dx.doi.org/10.1016/j.vetmic.2017.06.014
[21]
Lusiastuti, A.M. 2017. Mewaspadai Kedatangan Penyakit Eksotik Tilapia Lake Virus
(TiLV) pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Info Akuakultur edisi no
28/Tahun III/15 Mei 2017
[22] Anonim.
2017. Egypt is Free from Tilapia Lake Virus: FAO. Egypt Independent
[23]
Anonim. 2017. FAO Confirms Egypt Free from Tilapia Lake Virus: Minister.
Egypt Today 05/08/17
[24]
Anonim. 2017. Taiwan Reports Tilapia Lake Virus. Focus Taiwan 140617
[25] Herdikiawan, D. dan Rahman, A. 2017. Waspada TiLV
pada Ikan Nila. Info Akuakultur edisi no 29/Tahun III/15 Juni 2017
[26]. DJPB. 2017. Surat Edaran no 3975/DJPB/VII/2017
[27] DJPB. 2017. Sambutan Direktur Kawasan dan Kesehatan
Ikan pada acara Seminar Pencegahan TiLV 9 Agustus 2017
[28] Dong, H.T., G.A. Ataguba, P. Khunrae, T. Rattanarojpong,
S. Senapin. 2017. Evidence of TiLV infection in tilapia hatcheries in
Thailand from 2012 to 2017 reveals probable global spread of the disease.
aquaculture (2017), doi: 10.1016/
j.aquaculture.2017.06.035
[29] Jansen MD and Mohan CV. 2017. Tilapia lake virus (TiLV): Literature review.
Penang,
Malaysia: CGIAR Research Program on Fish Agri-Food Systems. Working Paper:
FISH-2017-04.
[30]
OIE. 2017. Tilapia Lake Virus Disease,
Chinese Taipei. OIE Report
[31]
Tattiyapong, P., Sirikachana, K., Surachetpong, W. 2017. Development and Validation of a Reverse Transcription Quantitative
Polymerase Chain Reaction for Tilapia Lake Virus Detection in Clinical Samples
and Experimentally Challenged Fish. J Fish Dise 2017 1-7
[32] B.K.
Behera, P.K. Pradhan, T.R. Swaminathan, N. Sood, Prasenjit Paria, Abhishek Das,
D.K. Verma, Rajkumar, M.K. Yadav, A.K. Dev, P.K. Parida, B.K. Das, K.K. Lal,
J.K. Jena. 2017. Emergence of Tilapia
Lake Virus associated with mortalities of farmed Nile Tilapia Oreochromis
niloticus (Linnaeus 1758) in India. AQUA 632923
[33] Liamnimitr, P., Thammatorn, W., U-thoomporn, S., Tattiyapong, P., Surachetpong,
W. 2018. Non-lethal sampling for Tilapia
Lake Virus detection by RT-qPCR and cell culture. Aquaculture 486 (2018)
75–80
[34].Pulido, L.L.H., M.M. Chìo, A.L.H. Chaparro, H.T.
Dong., S. Senapin. 2019 Tilapia lake virus (TiLV) from Peru is genetically
close to the Israeli isolates, aquaculture, https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.2019.04.058
[35] Wang, Y., Q. Wang, W. Zeng, J. Yin, Y. Li, Y. Ren,
C. Shi, S.M. Bergmann, X. Zhu. 2018. Establishment and characterization of a cell
line from tilapia brain for detection of tilapia lake virus. J Fish Dis. 41:1803–1809
[36]. Yin, J., Q. Wang., Y. Wang, Y. Li, W. Zeng, J. Wu,
Y. Ren, Y. Tang, C. Gao, H. Hu, S. M. Bergmann. 2019. Development of a simple
and rapid reverse transcription–
loopmediated isothermal amplification (RT‐LAMP) assay for
sensitive detection of tilapia lake virus. J Fish Dis.1–8
[37]. Senapin, S., K. U. Shyam, W. Meemetta, T.
Rattanarojpong, H. T. Dong. 2018. Inapparent infection cases of tilapia lake
virus (TiLV) in farmed tilapia. Aquaculture 487: 51-55
[39]. Senapin, S. Emergency Response to Emerging Disease:
TiLV in Tilapia. Presentation
[40] Abdullah, A., R. Ramly, M.S.M. Ridzwan, F. Sudirwan,
A. Abas, K. Ahmad, M. Murni, B.C. Kua. 2018. First detection of tilapia lake
virus (TiLV) in wild river carp (Barbonymus schwanenfeldii) at Timah Tasoh
Lake, Malaysia. J Fish Dis.1–4
[41] Jaemwimol, P., P. Rawiwan, P. Tattiyapong, P.
Saengnual, A. Kamlangdee, W. Surachetpong. 2018. Susceptibility of important
warm water fish species to tilapia lake virus (TiLV) infection. Aqua
doi:10.1016/j.aquaculture.2018.08.028
[42] Thammatorn, W., P. Rawiwan, W. Surachetpong. 2018. Minimal
risk of tilapia lake virus transmission via frozen tilapia fillets. J Fish Dis.
1–7.
[43] Swaminathan, T.J., C. Ravi, R. Kumar,
A.Dharmaratnam, V.S. Basheer, P.K. Pradhan, N. Sood. 2018. Derivation of two
tilapia (Oreochromis niloticus) cell lines for efficient propagation of Tilapia
Lake Virus (TiLV). Aqua doi:10.1016/j.aquaculture.2018.04.012
[44]. Mugimba, K.K., A.A Chengula, S. Wamala, E.D Mwega,
C.J Kasanga, D.K Byarugaba, R.H Mdegela, S. Tal, B. Bornstein, A. Dishon, S.
Mutoloki, L. David, Evensen, H.M Munang’andu. 2018. Detection of tilapia lake
virus (TiLV) infection by PCR in farmed and wild Nile tilapia (Oreochromis
niloticus) from Lake Victoria. J Fish Dis. 1–9
[45]. Waiyamitra, P., P. Tattiyapong, K. Sirikanchana, S.
Mongkolsuk, P. Nicholson, W. Surachetpong. 2018. A TaqMan RTqPCR assay for
tilapia lake virus (TiLV) detection in tilapia. Aqua doi:10.1016/j.aquaculture.2018.07.060
\
Nice complete info...
ReplyDeleteBoleh di republish untuk blog kami pak Dokter Ikan ?
Silahkan pak,disertakan sumbernya saja. Saya senang apabila artikel ini bermanfaat bagi masyarakat luas.
Delete