Nama lain: myo, penyakit udang rebus
Etiologi/ penyebab: Totivirus,
dsRNA, partikel virus berdiameter 40nm [1]
Hospes:
Penaeus vannamei, Farfantepenaeus subtilis [8]. P. stylirostris dan P. monodon
dapat terinfeksi secara eksperimen. Juvenil udang vaname yang dibudidayakan di
laut, air payau, maupun air dengan salinitas rendah memiliki dampak terparah
dari infeksi ini [1]. Hingga saat ini belum ada laporan infeksi pada udang/
krustasea liar [8]
Stadium rentan
Prevalensi IMNV banyak pada juvenil dan
dewasa [8]. Namun adapula yang menyatakan IMNV menyerang udang usia 40 hari
masa pemeliharaan [7]
Epizootiologi
Penyakit IMNV telah
dilaporkan terjadi di barat laut Brazil dan di Asia Tenggara [1]. Indonesia merupakan
salah satu negara yang secara resmi tercatat sebagai negara yang terinfeksi
oleh IMNV. Laporan pertama IMNV adalah
dari Situbondo, Jawa Timur pada bulan Mei 2006. Tahun 2007, IMNV sudah mencapai
Sumatera bagian Utara dan 2009 ditemukan di Kalimantan Barat serta Sulawesi.
IMNV di Indonesia diduga berasal dari indukan yang diimport dari Brazil. Hal
ini mungkin terjadi sebab secara genetic virus IMNV di Indonesia 99,6% identic
dengan virus IMNV di Brazil [7]
Mortalitas dari
penyakit ini bervariasi dari 40-70% pada budidaya udang vaname [1]. Kematian
mencapai 40-95% atau 7-15 udang per hari untuk udang usia 60-80 hari [4]. Nilai
konversi pakan udang juga dapat meningkat hingga 4 atau lebih. Pada daerah
dimana IMNV bersifat enzootic, prevalensinya dapat mencapai 100% [1]. Data dari
FKPA (Forum Komunikasi Praktisi Akuakultur) menunjukkan bahwa tingkat
kelulushidupan dari kasus IMNV tahun 2011 semakin menurun dibandingkan tahun
2007. Bahkan pada kasus berat SR (tingkat kelulushidupan) hanya tinggal 25% saja
[7].
Penyakit IMNV ini
ditransmisikan secara horizontal yaitu dengan kanibalisme. Penularan melalui
air dan secara vertikal melalui indukan sangat mungkin terjadi [1]. Berdasarkan
salah satu penelitian, IMNV terdeteksi 100% positif pada ovarium dan viabilitasnya
rendah pada sperma. Yang artiny, sumber penularan secara vertikal adalah induk
betina [8].
Mortalitas dan morbiditas dapat terjadi pada
berbagai stadium, namun stadium juvenil adalah yang paling rentan [2]. Pola serangan secara kronis dapat terjadi
namun dengan mortalitas rendah. Penyakit ini sering terjadi melibatkan infeksi
lainnya seperti TSV dan WSSV [5]. Namun infeksi ini tidaklah fatal bila
dibandingkan dengan virus YHV, TSV, WSSV. Artemia franciscana, pakan
alami ini terbukti merupakan vector IMNV. Namun kematian massal udang L.vannamei yang diberi pakan A.
franciscana belum teliti. Bivalvia dan polichaeta juga terdeteksi positif
IMNV dari tambak terinfeksi, namun belum diketahui apakah sebagai vector atau
karier [8]
Faktor Predisposisi/ Faktor pendukung
Suhu dan salinitas diduga kuat
berpengaruh sebagai faktor pendukung terjadinya penyakit ini [1]
Gejala Klinis
Gejala klinis menciri dari penyakit ini
adalah berkurangnya ukuran hepatopankreas, hilangnya transparansi dan warna di
sekitar ekor, nekrosis abdomen dan cephalothorax, titik-titik putih di otot
serta nekrosis telson [2]. Insang dan organ limfoid juga dapat terdampak [8]. Gambaran ini dapat melanjut menjadi berwarna
kemerah seperti udang direbus [4]. Udang yang terinfeksi kehilangan nafsu makan
dan berenang di permukaan [6] dan diikuti dengan kematian yang tinggi [7]
Gb. udang dengan infeksi myo menunjukkan gejala otot berwarna putih, kehilangan transparansi pada beberapa segmen (gambar dari Melena et al., 2012)
Perubahan patologi
Organ target utama
dari IMNV antara lain otot skelet
(jarang pada otot jantung), jaringan ikat, hemosit, dan sel parenkim organ limfoid.
Pada fase akut, penyakit IMNV ditandai dengan area nekrosis yang meluas di otot
skelet, terutama pada bagian segmen distal abdomen dan ekor. Pada stadium
kronis beberapa ekor udang area nekrosis dapat berwarna kemerahan. Pada
pembedahan, organ limfoid mengalami hipertrofi (ukuran membesar 3-4 kali dari
normal) [1]. Perubahan otot teramatai 3 hari pasca percobaan injeksi dengan
IMNV murni, dan lesi otot benar-benar teramati pada hari ke 5 injeksi [8].
Pada preparat
histologi, penyakit ini dicirikan dengan nekrosis koagulatif yang kadang
dtandai dengan oedema diantara serabut otot. Nekrosis ini dapat melanjut
menjadi nekrosis liquefactive yang diikuti dengan infiltrasi dan akumulasi
hemosit. Pada lesi yang lebih lanjut, hemosit dan otot yang mengalami
keradangan akan digantikan dengan matriks longgar fibrosit dan jaringan ikat
fibrous yang tersebar diantara hemosit dan foki (yang diduga) dari otot yang
meregenerasi [1]. Badan inklusi basofilik dapat terlihat di dalam sitoplasma
sel otot, hemosit, jaringan ikat, dan dalam speroid organ limfoid [3]. Hipertrofi
pada LO disebabkan oleh akumulasi speroid. Terkadang speroid menjadi speroid ektopik yangmenyebar dan
ditemukan diberbagai organ seperti jantung, insang, tubulus kelenjar antennal,
dan tali syaraf ventral [1, 4].
Gb. Histopatologi udang dengan IMNV. Terdapat infiltrasi sel radang (panah tipis) dan nekrosis koagulative (panah tebal) (Gambar A). Gambar B menunjukkan otot normal (Gambar dari Melena et al., 2012)
Metode Diagnosa
Fase akut dan kronis dari penyakit ini
dapat didiagnosa secara presumtif dengan histologi. Namun demikian, lesi pada
otot skelet dan LO tidak bersifat spesifik untuk IMNV. Informasi yang membantu diagnosa
dapat diperoleh dari sejarah penyakit, gejala klinis, morbiditas, mortalitas,
dan PCR [1]. Probe spesifik untuk IMNV dengan In situ hibrididsasi saat ini
juga sudah banyak dikembangkan untuk mendeteksi penyakit ini [4].
Imunodiagnostik dengan antibody poliklonal juga sudah banyak dikembangkan [8].
Diagnosa Banding
Penyakit
IMNV berbeda dengan penyakit ekor putih pada udang penaeid dan udang galah,
meskipun keduanya menimbulkan gejala yang mirip dengan IMNV. Pada udang penaeid
dan udang galah penyakit ekor putih disebabkan oleh nodavirus. Sedangkan
penyakitnya disebut Penaeus vannamei Novavirus (PvNV) dan Macrobrachium
rosenbergii nodavirus (MrNV) [1].Perubahan warna otot menjadi putih juga
dapat disebabkan oleh perubahan kondisi lingkungan (suhu dan salinitas)
atau kondisi udang yang stress [6]. IMNV
dapat dengan mudah dibedakan dengan muscle
cramp syndrome dengan adanya infiltrasi hemosit pada otot yang mengalami
nekrosis koagulatif. Gambaran ini tidak ditemukan pada muscle cramp syndrome.
IMNV tidak bereplikasi di jaringan enteric, hal ini dapat menjadi pembeda
dengan penyakit lainnya [8].
Pencegahan
Upaya utama yang sebaiknya dilakukan
adalah dengan pencegahan.Beberapa hal terkait dengan manajemen dan biosekuriti
harus ditingkatkan. Berikut adalah uraian hal-hal yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya IMNV.
a a. Penerapan manajemen budidaya yang baikPerlakuan
manajemen budidaya seperti pembuangan lumpur, sterilisasi air, pemusnahan
krustasea serta predator lainnya yang berpotensi menyebarkan penyakit ini [7].
Biosekuriti harus diterapkan. Skrining dan karantina induk atau post larva yang
dikirim antar negara serta pengiriman PL yang bebas IMNV menjadi tindakan yang
sangat penting untuk mencegah penyakit ini [4]. Dan yang tak kalah penting
adalah menjaga kualitas air selalu optimal (DO>4ppm, pH 7,2-8,2, alkalinitas
mendekati 120ppm,salinitas >15ppt) [7]
b. PakanPakan yang diberikan harus cukup, baik dari kualitas maupun kuantitasnya. Pakan berlebih akan menghasilkan bahan organic yang tinggi [7]
c. Menekan VibrioProbiotik dapat digunakan. Usahakan total vibrio dibawah 1% dari total bakteri. Disamping itu juga harus mengambil udang yang menunjukkan gejala stress dari tambak. Hal ini bertujuan menghindari penularan horizontal[7].
d. Konsep carrying capacity (daya tampung)Setiap tambak memiliki batas kemampuan untuk menampung udang. Oleh karenanya bila sudah tidak memungkinkan, pemanenan parsial direkomendasikan. BIla tidak, udang akan stress. Budidaya dengan polikultur juga membuahkan hasil yang baik. Nila yang dilepas di tambak dengan jumlah sedikit akan membantu melawan proliferasi patogen melalui mucus epidermisnya yang mengandung polipeptida [7].
b. PakanPakan yang diberikan harus cukup, baik dari kualitas maupun kuantitasnya. Pakan berlebih akan menghasilkan bahan organic yang tinggi [7]
c. Menekan VibrioProbiotik dapat digunakan. Usahakan total vibrio dibawah 1% dari total bakteri. Disamping itu juga harus mengambil udang yang menunjukkan gejala stress dari tambak. Hal ini bertujuan menghindari penularan horizontal[7].
d. Konsep carrying capacity (daya tampung)Setiap tambak memiliki batas kemampuan untuk menampung udang. Oleh karenanya bila sudah tidak memungkinkan, pemanenan parsial direkomendasikan. BIla tidak, udang akan stress. Budidaya dengan polikultur juga membuahkan hasil yang baik. Nila yang dilepas di tambak dengan jumlah sedikit akan membantu melawan proliferasi patogen melalui mucus epidermisnya yang mengandung polipeptida [7].
Pengendalian [7],
Apabila terjadi kasus, beberapa metode
pengendalian ini dapat diterapkan:
a a. Karantina tambak yang terinfeksi, lakukan sterilisasi
b.Minimalisir penggantian air
c. Meningkatkan aerasi
d.Berikan molase sebesar 25% dari pakan setiap hari atau probiotik serta imunostimulan yang mengandung chitosan, vitamin C, asam lemak omega, glucan, mannan, oligosakarida, fosfolipid, dan astaxanthin serta mineral. Neto dan Nunes (2015) telah melaporkan penambahan 1000 mg/kg of β-1,3/1,6-glucan yang merupakan ekstrak polisakarida diding sel baker's yeast Saccharomyces cerevisiae dalam pakan untuk L. vannamei meningkatkan SR bila diuji tantang secara oral dengan IMNV. Untuk chitodan juga dapat diberikan dengan dosis 3 ml/kg pakan [8]
e. Mengambil udang yang mati
f. Amati siklus bulan terang dan gelap untuk meningkatkan kondisi tambak dengan mengoksidasi bahan organic berlebih menggunakan sodium perkarbonat dan mineral
g. BIla kematian bertambah buruk, lakukan pemanenan
b.Minimalisir penggantian air
c. Meningkatkan aerasi
d.Berikan molase sebesar 25% dari pakan setiap hari atau probiotik serta imunostimulan yang mengandung chitosan, vitamin C, asam lemak omega, glucan, mannan, oligosakarida, fosfolipid, dan astaxanthin serta mineral. Neto dan Nunes (2015) telah melaporkan penambahan 1000 mg/kg of β-1,3/1,6-glucan yang merupakan ekstrak polisakarida diding sel baker's yeast Saccharomyces cerevisiae dalam pakan untuk L. vannamei meningkatkan SR bila diuji tantang secara oral dengan IMNV. Untuk chitodan juga dapat diberikan dengan dosis 3 ml/kg pakan [8]
e. Mengambil udang yang mati
f. Amati siklus bulan terang dan gelap untuk meningkatkan kondisi tambak dengan mengoksidasi bahan organic berlebih menggunakan sodium perkarbonat dan mineral
g. BIla kematian bertambah buruk, lakukan pemanenan
Pengobatan
Loy
et al (2012) mengungkapkan penggunaan dosis tunggal rendah (0.02 mg) dari 81 or
153 bp fragment (dsRNA95-475) dapat melindungi dari serangan IMNV [8]. Pada
percobaan lain, penggunaan sinbiotik yang diformulasikan dari probiotik Vibrio
alginolitycus SKT-bR dan prebiotic oligosakarida kentang (Ipomoea
batatas L.) pada udang vaname melalui pakan mampu menunjukkan pertumbuhan yang
signifikan setelah diuji tantang dengan IMNV [10]
Herbal
Sejauh ini dari penelusuran, belum banyak
publikasi mengenai pengobatan herbal untuk IMNV. Hal ini mungkin disebabkan
oleh penyakit ini yang relative baru dan persebarannya terbatas (tidak di banyak
negara. Beberapa pengobatan herbal yang telah dipublikasi antara lain:
a. a. Meniran (Phyllantus niruri)
Pada
percobaan digunakan tepung meniran yang dicampur dengan pakan. Tepung disiapkan
dari daun meniran yang dikeringkan lalu dihaluskan dan dicampurkan pakan.
Meniran yang diberikan sebanyak 20mg/kg pakan. Pelekatan dengan pakan
menggunakan putih telur sebesar 2,5% dari pakan. Pemberian meniran ini mampu
meningkatkan SR pada udang yang diinfeksi IMNV[9]
b. b. Natural herbal oil
formulation (formulasi minyak herbal alami)
Ini
merupakan suatu produk yang dipublikasikan oleh perusahaan swasta di Indonesia.
Dalam produk ini terkandung ekstrak minyak Lavandulalatifolia,
Pinussylvestris, Jasminumofficinale, Citrus limon, Prunumsavium, Viola odorata,
Gardenia jasminoides, Cocos nucifera, Rosa damascene dan Eucalyptus
globulus. Pada percobaan udang vaname ukuran juvenil (1,9 gram) diberikan
formula ini yang dicampur pakan selama 14 hari sebelum kemudian di uji tantang
dengan IMNV. Hasilnya adalah tingkat mortalitas menurun dan gambaran nekrosis
otot lebih sedikit dibandingkan kontrol positif. Pada penggunaannya, formulasi
ini dikombinasikan juga dengan pengaplikasian produk cair ®pondguard sebagai
suplemen air. Pada suplemen air ini terkandung minyak esensial Eucalyptus globulus,
Pinussylvestris and Lavandulalatifolia yang diaplikasikan dengan
dosis 0.2 ppm/hari setelah bak dibersihakn dan penggantian air (20% per
hari)[11]
Referensi
[1] OIE. 2014. OIE Manual of
Diagnostic Tests for Aquatic Animals Chapter 2.2.06: White Spot Disease.
[2] Lopes,
M.A.T., Patrícia Raquel Nogueira Vieira-Girão, José Ednésio da Cruz Freire, Ítalo
Régis Castelo Branco Rocha, Francisco Hiran Farias Costa, Gandhi Rádis-Baptista.
2011. Natural co-infection with infectious hypodermal and hematopoietic
necrosis virus (IHHNV) and infectious myonecrosis virus (IMNV) in Litopenaeus
vannamei in Brazil. Aquaculture 312 (2011) 212–216 www.elsevier.com/
locate/aqua-online
[3] Poulos,
B.T dan Lightner, D.V. 2006. Detection of infectious myonecrosis virus
(IMNV) of penaeid shrimp by reverse-transcriptase polymerase chain reaction
(RT-PCR). Disease of Aquatic organism Vol. 73: 69–72, 2006
[4]. Lio-Po.
G.D. dan Inui, Y. 2014. Health Management in Aquaculture Second Edition.
Southeast Asian Fisheries Development Center, Aquaculture Department.
[5].Maskur,
Mukti Sri Hastuti, Taukhid, Angela Mariana Lusiastuti, M. Nurzain, Dewi Retno
Murdati, Andi Rahman, Trinita Debataraja Simamora. 2012. Buku Saku Pengendalian
Penyakit Ikan. Kementerian Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya.
[6] Anonim.
2011. Menghadapi Serangan IMNV pada Vaname. Majalah Warta Budidaya. Tahun
ke 9 edisi XXIX/2011
[7] Thong,
P.Y. 2011. Prevention and control of IMNV in vannamei shrimp in Indonesia.
AQUA Culture Asia Pacific Magazine September/October 2013
[8] Prasad,
K.P,Shyam, K.U., Banu,H., Jeena,K., Krishnan,
R. 2016. Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) – An alarming viral pathogen to
Penaeid shrimps. Aquaculture 477 (2017) 99–105
[9]. Sukenda,
Nuryati, S., Sari, I.R. 2011. Pemberian meniran Phyllanthus niruri untuk
pencegahan infeksi IMNV (infectious myonecrosis virus) pada udang vaname
Litopenaeus vannamei. Jurnal Akuakultur Indonesia 10 (2), 192‒202 (2011)
[10]
Oktaviana, A., Widanarni, Yuhana, M.2014. The Use of Synbiotics to Prevent
IMNV and Vibrio harveyi Co-Infection in Litopenaeus vannamei. HAYATI
Journal of Biosciences Volume 21, Issue 3, September 2014, Pages 127-134
[11]
Babikian, H.Y., Jha, R.K., Babikian, Y.H., Wisoyo, D., Asih, Y., Srisombat, S., Jiaravanon, B.2017. Effectiveness
of Natural Herbal Oil Formulation against Infectious Myonecrosis Virus in
Whiteleg Shrimp Penaeus vannamei. Multidisciplinary Advances in Veterinary
Science 1.2 (2017): 50-56.
Mantap!!!
ReplyDeleteLagi butuh tulisan tentang EHP nih Dok... :)
mau nanya , klw gambaran untuk IMNV menggunakan metode Tisue imprint bagaimana ya? mohon penjelasannya. trima kasihg
ReplyDeleteunruk wet mount bisa dilakukan dengan tissue squash baik diwarnai ataupun tidak. Organ yang diambil untuk metode ini hanya otot dan organ limfoid. Pada otot terlihat serabut-serabutnya menghilang. Pada organ limfoid akan terlihat akumulasi massa sel berbentuk bulat (ini adalah speroid) di antara struktur organ limfoid yang normal.
Deleteuntuk lebih jelas bisa cek di http://www.oie.int/fileadmin/Home/eng/Health_standards/aahm/current/chapitre_infectious_myonecrosis.pdf