Koi Herpes virus (KHV)
v Nama lain: Carp Interstitial Nephritis and Gill Necrosis Virus (CNGV)
Etiologi/ penyebab: family
alloherpesviridae (ds DNA) yang dikenal sebagai cyprinid herpesvirus 3
(CyHV-3) [1]
Hospes: koi (Cyprinus carpio koi), ikan mas (Cyprinus
carpio carpio). Semua kelompok usia ikan, juvenil hingga dewasa rentan
terhada KHV, namun ikan ukuran 2,5-6 gram lebih rentan daripada ikan ukuran
230gram. Larva ikan mas resisten terhadap KHV namun ikan mas ini rentan
terhadap infeksi pada saat pendewasaan [10]. Virus ini juga terdeteksi pada
jaringan ikan hias pasca kohabitasi dengan ikan koi. Satu studi di Jerman
menyatakan KHV terdeteksi melalui PCR pada ikan mas koki (red, lion-head &
shubunkin), grass carp (Ctenopharyngodon idella), ide (Leuciscus idus)dan
lele hias (Ancistrus sp.) [10].
Epizootiologi
Kejadian infeksi KHV pertama kali terjadi di Inggris pada
tahun 1996. Selanjutnya virus ini berhasil diisolasi di Amerika Serikat pada
tahun 1998 setelah terjadi wabah pada ikan mas (Cyprinus carpio) dan
ikan koi (C. carpio koi). Di Indonesia wabah KHV terjadi tahun 2002
kemudian tersebar di pulau Jawa, Sumatera, dan Bali. Infeksi ini menyebabkan
kerugian ekonomi hingga Rp. 7 milyar (Wasito et al., 2013) [1]. Tingkat
kematian dari kasus KHV dapat mencapai 90-100% dalam 2-3 hari [2]. Temperatur
air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemunculan wabah [1].
Gejala Klinis
Gejala klinis dari KHV adalah letargi, pergerakan bernafas di
permukaan, nekrosis insang, mata masuk ke dalam, dan sekresi mucus meningkat [2]. Ikan yang
terinfeksi kehilangan nafsu makan dan menunjukkan gerakan berenang yang tidak
seimbang. Insang berwarna pucat serta membengkak sedangkan epitel kulit terkelupas serta terlihat lepuh pada kulit. Hemoragi
dapat ditemukan pada operculum, sirip, ekor, dan perut [3,5]. Pada beberapa
kasus, ikan yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala klinis. Pemeriksaan
mikroskopis kerap kali berhubungan dengan bakteri dn parasite [6].
Penularan
Sumber penularan utama adalah ikan mas atau ikan koi. Keduanya
juga bertindak sebagai karier sebab infeksinya dapat terjadi secara persisten
[1]. KHV juga dapat menyebar melalui air, feses, sedimen, dan ikan yang terinfeksi [4]. Virus ini relatif
stabil di air (dapat hidup selama 4 jam di air), namun lebih stabil di sedimen
atau media filter. Terdapat beberapa indikasi bahwa infeksi dapat menyebar
melalui filter yang terkontaminasi. Insang dan atau usus dapat menjadi portal
masuknya virus [8]. Penyakit ini memiliki waktu inkubasi 5-7 hari yang ditandai
dengan kematian dan penyebaran yang cepat ketika suhu air 15-25oC [6]. Vektor
lain seperti ikan lain, invertebrate parasit, burung piscivorous, dan mamalia
dapat berperan dalam penularan [10].
Perubahan patologi
Perubahan patologi paling menciri teramati di insang dan
ginjal. Tingkat keparahan lesi pada insang tergantung pada pathogenesis virus
dan infeksi sekunder ektoparasit. Pada infeksi secara eksperimental konsentrasi
virus KHV pada infeksi akut lebih tinggi dibandingka konsentrasi setelah dua
bulan infeksi. Konsentrasi virus KHV
pada infeksi secara akut terdapat pada insang, ginjal, dan otak [1].
Lesi secara histopatologi teramati di epitel insang, limpa,
usus, dan ginjal [2]. Epitel insang mengalami hyperplasia dengan degenerasi dan
nkerosis serta badan inklusi dari sel yang terinfeksi. Hati, limpa, ginjal,
serta saluran pencernaan mengalami nekrosis pada parenkim disertai banyak
makrofag dan sel debris. Jaringan syaraf tidak begitu menunjukkan banyak
perubahan meskipun badan inklusi dapat teramati pada neuron [3]. Infeksi secara
in vivo menimbulkan perubahan patologi berupa nekrosis ringan sampai
sedang dan hemoragi pada insang serta ulcerasi fokal pada kulit. Pemeriksaan
histopatologi insang menunjukkan sel-sel besar ovoid sampai polygonal berwarna
basofilik dengan badan inklusi besar intranuklear berwarna basofilik pucat.
Selain itu juga teramati adanya hyperplasia, adesi, atrofi, dan nekrosis sel
epitel disertai infiltrasi sel radang terutama limfosit [1]. Studi yang
dilakuan oleh Pikulkaew et al (2008) menyatakan bahwa badan inklusi yang
ditemukan adalah intranuklear yang menyerang berbagai sel. Badan inklusi ini
menciri dengan warna basofilik dan ukuran yang besar dengan kromatin dinding
inti yang termarginasi-menebal, beberapa badan inklusi serupa dengan cowdry
tipe A [2].
Patogenesis
Mekanisme infeksi virus kHV hingga saat ini belum diketahui
dengan pasti. Diduga virus ini masuk melalui insang, bereplikasi dalam sel-sel
epitel insang dan menginduksi terbentuknya lesi denudasi dan nekrosis mukosa
insang. Virus bereplikasi di insang lalu mengekskresikan virus ke dalam air
sehingga menginfeksi ikan lainnya. Selanjutnya virus mengalami viremia dengan
menginfeksi sel darah putih dan akhirnya menginfeksi ginjal. Pada ginjal virus
KHV menginduksi lesi nefritis interstitial [1]. Beberapa faktor resiko
perkembangan penyakit KHV telah diidentifikasi antara lain ukuran ikan, kadar
oksigen, aliran air [11].
Metode Diagnosa
Diagnosa awal penyakit dapat dilihat
dari gejala klinis. Pemeriksaan
histologi mampu mengkonfirmasi keberadaan virus ini dengan adanya proliferasi
epitel insang dengan degenerasi dan nekrosis serta badan inklusi
intranuklear. Isolasi virus menggunakan
sel KF-1 dapat menjadi alternative untung mengonfirmasi agen penyebab penyakit
ini namun metode ini tidak bisa menggunakan jaringan yang dibekukan [3].
Standar emas dari diagnosa KHV adalah
deteksi DNA virus dengan PCR [2]. DNA hibridisasi juga dapat digunakan untuk
mendeteksi KHV. PCR dan DNA hibridisasi telah dikonfirmasi dapat mendeteksi DNA
KHV pada insang, saluran pencernaan, dan hati. Namun DNA tidak terdeteksi pada
otak dari ikan ekspesrimen, kedua pengujian tersebut memperoleh data yang tidak
konsisten. Hal ini menunjukkan virus DNA berada dalam jumlah rendah di otak. Ini
juga yang menyebabkan herpesvirus pada beberapa kasus tidak menimbulkan lesi
jaringan neural pada infeksi primer [3].
Pemeriksaan melalui mikroskop electron
mampu memberikan gambaran virion KHV [6]. Diagnosa melalui ikatan antigen antibodi juga telah dikembangkan. Pengujian seperti ELISA dapat mengetahui antibody yang
dihasilkan oleh ikan dalam melawan virus. Salah satu kelemahan dari ELISA
adalah tidak mampu memastikan apakah ikan masih terinfeksi oleh virus, sehingga
tidak direkomendasikan sebagai alat diagnosa utama [3].
Diagnosa Banding
Gejala klinis KHV berbeda dengan Herpesvirus cyprinid. Infeksi
Cyprinid Herpesvirus (CHV) berperan dalam menyebabkan lesi cacar atau tumor
kulit pada ikan mas dewasa. Virus CHV juga dapat menyebabkan infeksi sistemik,
tidak hanya pada ikan mas namun juga pada cyprinid lainnya termasuk koi usia
kurang dari dua bulan. Infeksi CHV dan KHV dapat dibedakan dengan
immunofluorensce dan PCR [3]. Bacterial septicemia yang disebabkan oleh Aeromonas
dapat menjadi diagnose banding lainnya [9].
Pencegahan dan
Pengendalian
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan terhadap infeksi KHV
adalah dengan pemeriksaan KHV secara dini [1]. Para peneliti juga mencoba
mengembangkan spesies ikan mas baru yang resisten terhadap KHV [5]. Kontrol
dari penyakit ini salah satunya adalah dengan meningkatkan suhu hingga 30oC,
namun hal ini dapat meningkatkan infeksi bacterial dan parasite. Vaksinasi
mampu memberikan kesembuhan 80-95% [7]. Vaksin hidup biasa digunakan untuk
melindungi ikan pada uji tantang. Vaksin mampu menginduksi antibody dan
perlindungannya mencapai 8 bulan. Di Jepang, pemberian vaksin berbasis liposome
dengan KHV yang tidak aktif dapat melindungi ikan mas dalam melawan KHV [10]. Virus ini tidak mampu bertahan dalam iodophor
200mg/L selama 1 menit dan benzalkonium Cl 60mg/L, 30% etil alcohol selama 20
menit [7]. Manajemen biosekuriti dapat diterapkan seperti karantina, disinfeksi
alat, telur, mengurangi faktor stres, serta membasmi ikan yang mati [10].
Virus KHV
merupakan virus yang mampu hidup secara laten pada inang dan aktif kembali jika terdapat faktor pemicu. Sehingga
populasi yang pernah terpapar belum tentu aman dari KHV sebab diyakini virus
tersebut masih ada dalam tubuh ikan [11]. Ikan-ikan yang mati dari kasus ini
sebaiknya dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur bersama disinfektan.
Sedangkan populasi ikan yang tersisa sebaiknya dilakukan pemanenan untuk
kepentingan ekonomis. Kolam yang terpapar dikeringkan selama satu minggu
sebelum penanaman kembali. Sangat disarankan penanaman dengan jenis lain untuk
memutus rantai virus KHV [11].
Referensi
[1]
Wasito, R., Hastari Wuryastuti, Bambang Sutrisno. 2013. Gambaan
Histopatologi Insang Ikan Mas di Daerah Endemik Koi Herpesvirus. Jurnal
Veteriner Vol 14 No.3 344-349
[2]
Pikulkaew, S., Tongkorn Meeyam, Wijit Banlunara. 2008. The Outbreak of Koi
Herpesvirus (KHV) in Koi (Cyprinus carpio koi) from Chiang Mai Province,
Thailand. Thai J Vet Med 39(1): 53-58
[3]
Pokorova, D., T. Vesely, V. Piackova, S. Reschova, J. Hulova. 2005. Current Knowledge
on Koi Herpesvirus (KHV): A Review. Vet.
Med. – Czech, 50, 2005 (4): 139–147
[4]
El-Din, M.M.M. 2011. Histophatological Studies in Experimentally Infected
Koi Carp (Cyprinus carpio Koi) with Koi Herpervirus in Japan. World Journal
of Fish and Marine Science 3(3):252-259
[5]
Sunarto, A., Akhmad Rukyani, Toshiaki Itami. 2005. Indonesian Experience on
the Outbreak of Koi Herpesvirus in Koi and Carp (Cyprinus carpio). Bull.
Fish. Res. Agen. Supplement No. 2, 15-21, 2005
[6]
Lio-Po, G.D. Recent Developments in The Study and Surveillance of Koi Herpesvirus
(KHV)
in
Asia, pp. 13-28. In Bondad-Reantaso, M.G., Jones, J.B., Corsin, F. and
Aoki, T. (eds.). Diseases
in
Asian Aquaculture VII. Fish Health Section, Asian Fisheries Society, Selangor,
Malaysia.
385
pp.
[7].
Lio-Po. G.D. dan Inui, Y. 2014. Health Management in Aquaculture Second
Edition. Southeast Asian Fisheries Development Center, Aquaculture Department.
[8]
Noga, Edward J. 2010. Fish disease : Diagnosis and Treatment Second Edition.
Iowa State University Press: Iowa
[9]
Raidal,S., Garry Cross, Stan Fenwick, Philip Nicholls, Barbara Nowak, Kevin
Ellard & Frances Stephens. 2004. Aquatic Animal Health: Exotic Disease
Training Manual. Murdoch Print
[10]
OIE. 2012. Aquatic Manual Diagnostic Test
[11]
Perdana, R.G. 2008. Studi Epidemiologi Koi Herpes Virus yang Menyerang Ikan
Mas (Cyprinus carpio) di Pulau Jawa. Thesis. Universitas Terbuka Jakarta.
No comments:
Post a Comment