-->

atas

    Friday, 23 October 2015

    Koi Herpes Virus (KHV)

    Koi Herpes virus (KHV)

    v  Nama lain: Carp Interstitial Nephritis and Gill Necrosis Virus (CNGV)


      Etiologi/ penyebab: family alloherpesviridae (ds DNA) yang dikenal sebagai cyprinid herpesvirus 3 (CyHV-3) [1]

       Hospes: koi (Cyprinus carpio koi), ikan mas (Cyprinus carpio carpio). Semua kelompok usia ikan, juvenil hingga dewasa rentan terhada KHV, namun ikan ukuran 2,5-6 gram lebih rentan daripada ikan ukuran 230gram. Larva ikan mas resisten terhadap KHV namun ikan mas ini rentan terhadap infeksi pada saat pendewasaan [10]. Virus ini juga terdeteksi pada jaringan ikan hias pasca kohabitasi dengan ikan koi. Satu studi di Jerman menyatakan KHV terdeteksi melalui PCR pada ikan mas koki (red, lion-head & shubunkin), grass carp (Ctenopharyngodon idella), ide (Leuciscus idus)dan lele hias (Ancistrus sp.) [10].

      Epizootiologi
    Kejadian infeksi KHV pertama kali terjadi di Inggris pada tahun 1996. Selanjutnya virus ini berhasil diisolasi di Amerika Serikat pada tahun 1998 setelah terjadi wabah pada ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan koi (C. carpio koi). Di Indonesia wabah KHV terjadi tahun 2002 kemudian tersebar di pulau Jawa, Sumatera, dan Bali. Infeksi ini menyebabkan kerugian ekonomi hingga Rp. 7 milyar (Wasito et al., 2013) [1]. Tingkat kematian dari kasus KHV dapat mencapai 90-100% dalam 2-3 hari [2]. Temperatur air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemunculan wabah [1].

          Gejala Klinis
    Gejala klinis dari KHV adalah letargi, pergerakan bernafas di permukaan, nekrosis insang, mata masuk ke dalam, dan  sekresi mucus meningkat [2]. Ikan yang terinfeksi kehilangan nafsu makan dan menunjukkan gerakan berenang yang tidak seimbang. Insang berwarna pucat serta membengkak sedangkan epitel kulit terkelupas serta terlihat lepuh pada kulit. Hemoragi dapat ditemukan pada operculum, sirip, ekor, dan perut [3,5]. Pada beberapa kasus, ikan yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala klinis. Pemeriksaan mikroskopis kerap kali berhubungan dengan bakteri dn parasite [6].

    Penularan
    Sumber penularan utama adalah ikan mas atau ikan koi. Keduanya juga bertindak sebagai karier sebab infeksinya dapat terjadi secara persisten [1]. KHV juga dapat menyebar melalui air, feses, sedimen,  dan ikan yang terinfeksi [4]. Virus ini relatif stabil di air (dapat hidup selama 4 jam di air), namun lebih stabil di sedimen atau media filter. Terdapat beberapa indikasi bahwa infeksi dapat menyebar melalui filter yang terkontaminasi. Insang dan atau usus dapat menjadi portal masuknya virus [8]. Penyakit ini memiliki waktu inkubasi 5-7 hari yang ditandai dengan kematian dan penyebaran yang cepat ketika suhu air 15-25oC [6]. Vektor lain seperti ikan lain, invertebrate parasit, burung piscivorous, dan mamalia dapat berperan dalam penularan [10].

       Perubahan patologi
    Perubahan patologi paling menciri teramati di insang dan ginjal. Tingkat keparahan lesi pada insang tergantung pada pathogenesis virus dan infeksi sekunder ektoparasit. Pada infeksi secara eksperimental konsentrasi virus KHV pada infeksi akut lebih tinggi dibandingka konsentrasi setelah dua bulan infeksi. Konsentrasi virus KHV  pada infeksi secara akut terdapat pada insang, ginjal, dan otak [1].

    Lesi secara histopatologi teramati di epitel insang, limpa, usus, dan ginjal [2]. Epitel insang mengalami hyperplasia dengan degenerasi dan nkerosis serta badan inklusi dari sel yang terinfeksi. Hati, limpa, ginjal, serta saluran pencernaan mengalami nekrosis pada parenkim disertai banyak makrofag dan sel debris. Jaringan syaraf tidak begitu menunjukkan banyak perubahan meskipun badan inklusi dapat teramati pada neuron [3]. Infeksi secara in vivo menimbulkan perubahan patologi berupa nekrosis ringan sampai sedang dan hemoragi pada insang serta ulcerasi fokal pada kulit. Pemeriksaan histopatologi insang menunjukkan sel-sel besar ovoid sampai polygonal berwarna basofilik dengan badan inklusi besar intranuklear berwarna basofilik pucat. Selain itu juga teramati adanya hyperplasia, adesi, atrofi, dan nekrosis sel epitel disertai infiltrasi sel radang terutama limfosit [1]. Studi yang dilakuan oleh Pikulkaew et al (2008) menyatakan bahwa badan inklusi yang ditemukan adalah intranuklear yang menyerang berbagai sel. Badan inklusi ini menciri dengan warna basofilik dan ukuran yang besar dengan kromatin dinding inti yang termarginasi-menebal, beberapa badan inklusi serupa dengan cowdry tipe A [2].  



       Patogenesis
    Mekanisme infeksi virus kHV hingga saat ini belum diketahui dengan pasti. Diduga virus ini masuk melalui insang, bereplikasi dalam sel-sel epitel insang dan menginduksi terbentuknya lesi denudasi dan nekrosis mukosa insang. Virus bereplikasi di insang lalu mengekskresikan virus ke dalam air sehingga menginfeksi ikan lainnya. Selanjutnya virus mengalami viremia dengan menginfeksi sel darah putih dan akhirnya menginfeksi ginjal. Pada ginjal virus KHV menginduksi lesi nefritis interstitial [1]. Beberapa faktor resiko perkembangan penyakit KHV telah diidentifikasi antara lain ukuran ikan, kadar oksigen, aliran air [11].

        Metode Diagnosa
        Diagnosa awal penyakit dapat dilihat dari  gejala klinis. Pemeriksaan histologi mampu mengkonfirmasi keberadaan virus ini dengan adanya proliferasi epitel insang dengan degenerasi dan nekrosis serta badan inklusi intranuklear.  Isolasi virus menggunakan sel KF-1 dapat menjadi alternative untung mengonfirmasi agen penyebab penyakit ini namun metode ini tidak bisa menggunakan jaringan yang dibekukan [3].
     Standar emas dari diagnosa KHV adalah deteksi DNA virus dengan PCR [2]. DNA hibridisasi juga dapat digunakan untuk mendeteksi KHV. PCR dan DNA hibridisasi telah dikonfirmasi dapat mendeteksi DNA KHV pada insang, saluran pencernaan, dan hati. Namun DNA tidak terdeteksi pada otak dari ikan ekspesrimen, kedua pengujian tersebut memperoleh data yang tidak konsisten. Hal ini menunjukkan virus DNA berada dalam jumlah rendah di otak. Ini juga yang menyebabkan herpesvirus pada beberapa kasus tidak menimbulkan lesi jaringan neural pada infeksi primer [3].
    Pemeriksaan melalui mikroskop electron mampu memberikan gambaran virion KHV [6]. Diagnosa melalui ikatan antigen antibodi juga telah dikembangkan. Pengujian seperti ELISA dapat mengetahui antibody yang dihasilkan oleh ikan dalam melawan virus. Salah satu kelemahan dari ELISA adalah tidak mampu memastikan apakah ikan masih terinfeksi oleh virus, sehingga tidak direkomendasikan sebagai alat diagnosa utama [3].
     
       Diagnosa Banding
    Gejala klinis KHV berbeda dengan Herpesvirus cyprinid. Infeksi Cyprinid Herpesvirus (CHV) berperan dalam menyebabkan lesi cacar atau tumor kulit pada ikan mas dewasa. Virus CHV juga dapat menyebabkan infeksi sistemik, tidak hanya pada ikan mas namun juga pada cyprinid lainnya termasuk koi usia kurang dari dua bulan. Infeksi CHV dan KHV dapat dibedakan dengan immunofluorensce dan PCR [3]. Bacterial septicemia yang disebabkan oleh Aeromonas dapat menjadi diagnose banding lainnya [9].

       Pencegahan dan Pengendalian
    Upaya pencegahan yang dapat dilakukan terhadap infeksi KHV adalah dengan pemeriksaan KHV secara dini [1]. Para peneliti juga mencoba mengembangkan spesies ikan mas baru yang resisten terhadap KHV [5]. Kontrol dari penyakit ini salah satunya adalah dengan meningkatkan suhu hingga 30oC, namun hal ini dapat meningkatkan infeksi bacterial dan parasite. Vaksinasi mampu memberikan kesembuhan 80-95% [7]. Vaksin hidup biasa digunakan untuk melindungi ikan pada uji tantang. Vaksin mampu menginduksi antibody dan perlindungannya mencapai 8 bulan. Di Jepang, pemberian vaksin berbasis liposome dengan KHV yang tidak aktif dapat melindungi ikan mas dalam melawan KHV [10].  Virus ini tidak mampu bertahan dalam iodophor 200mg/L selama 1 menit dan benzalkonium Cl 60mg/L, 30% etil alcohol selama 20 menit [7]. Manajemen biosekuriti dapat diterapkan seperti karantina, disinfeksi alat, telur, mengurangi faktor stres, serta membasmi ikan yang mati [10].
                    Virus KHV merupakan virus yang mampu hidup secara laten pada inang dan aktif  kembali jika terdapat faktor pemicu. Sehingga populasi yang pernah terpapar belum tentu aman dari KHV sebab diyakini virus tersebut masih ada dalam tubuh ikan [11]. Ikan-ikan yang mati dari kasus ini sebaiknya dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur bersama disinfektan. Sedangkan populasi ikan yang tersisa sebaiknya dilakukan pemanenan untuk kepentingan ekonomis. Kolam yang terpapar dikeringkan selama satu minggu sebelum penanaman kembali. Sangat disarankan penanaman dengan jenis lain untuk memutus rantai virus KHV [11].

    Referensi

    [1] Wasito, R., Hastari Wuryastuti, Bambang Sutrisno. 2013. Gambaan Histopatologi Insang Ikan Mas di Daerah Endemik Koi Herpesvirus. Jurnal Veteriner Vol 14 No.3 344-349
    [2] Pikulkaew, S., Tongkorn Meeyam, Wijit Banlunara. 2008. The Outbreak of Koi Herpesvirus (KHV) in Koi (Cyprinus carpio koi) from Chiang Mai Province, Thailand. Thai J Vet Med 39(1): 53-58
    [3] Pokorova, D., T. Vesely, V. Piackova, S. Reschova, J. Hulova. 2005. Current Knowledge on Koi Herpesvirus (KHV):  A Review. Vet. Med. – Czech, 50, 2005 (4): 139–147
    [4] El-Din, M.M.M. 2011. Histophatological Studies in Experimentally Infected Koi Carp (Cyprinus carpio Koi) with Koi Herpervirus in Japan. World Journal of Fish and Marine Science 3(3):252-259
    [5] Sunarto, A., Akhmad Rukyani, Toshiaki Itami. 2005. Indonesian Experience on the Outbreak of Koi Herpesvirus in Koi and Carp (Cyprinus carpio). Bull. Fish. Res. Agen. Supplement No. 2, 15-21, 2005
    [6] Lio-Po, G.D. Recent Developments in The Study and Surveillance of Koi Herpesvirus (KHV)
    in Asia, pp. 13-28. In Bondad-Reantaso, M.G., Jones, J.B., Corsin, F. and Aoki, T. (eds.). Diseases
    in Asian Aquaculture VII. Fish Health Section, Asian Fisheries Society, Selangor, Malaysia.
    385 pp.
    [7]. Lio-Po. G.D. dan Inui, Y. 2014. Health Management in Aquaculture Second Edition. Southeast Asian Fisheries Development Center, Aquaculture Department.
    [8] Noga, Edward J. 2010. Fish disease : Diagnosis and Treatment Second Edition. Iowa State University Press: Iowa
    [9] Raidal,S., Garry Cross, Stan Fenwick, Philip Nicholls, Barbara Nowak, Kevin Ellard & Frances Stephens. 2004. Aquatic Animal Health: Exotic Disease Training Manual. Murdoch Print
    [10] OIE. 2012. Aquatic Manual Diagnostic Test

    [11] Perdana, R.G. 2008. Studi Epidemiologi Koi Herpes Virus yang Menyerang Ikan Mas (Cyprinus carpio) di Pulau Jawa. Thesis. Universitas Terbuka Jakarta.

    No comments:

    Post a Comment